sembilan

28 3 2
                                    

Bau antiseptik, bau pembersih lantai, bau cairan infus, bau obat-obatan, bau kain-kain yang dijemur di rooftop, dan bau khas yang rumah sakit lainnya.

Disana ada seorang perempuan yang sedang menyantap roti kesukaannya, yaitu roti cokelat keju.

"Nyam, hwaaa enak!" suara girang perempuan itu yang tak lain adalah Micha. Tiba-tiba ada suara dubrakan yang terdengar dari pintu kamar nomor 153--kamar milik Micha. Tak lama setelah pintu itu terdengar, masuklah dua orang laki-laki yang merupakan teman Micha. Mukanya saling sebal, karena satu temannya hampir terjatuh karena terdorong oleh satu temannya yang lain. Micha yang mulutnya terkontaminasi dengan selai cokelat dan keju terkejut.

"Hwa kalian ngapain kesini?" tanya polos Micha.

Sebelum kedua temannya menjawab, tiba-tiba masuklah Yorika atau yang biasa Micha panggil Kak Ori.

"Degra? Saga? Loh kok kalian kesini?" tanya Yorika.

"Ya nengok Micha lah!" jawab mereka berdua kompak.

"Emang kalian siapanya Micha?" pertanyaan Yorika baru saja mungkin bisa menembus jubah peluru sekaligus hingga mereka berdua tak bisa berkata apa-apa, sebelum akhirnya Degra berkata.

"Ini gue beli buah-buahan buat Micha."

"Sialan lo! Gue yang beli!" ucap Saga tak terima.

Satu jam yang lalu

Suasana yang tak biasanya terjadi pada Degra dan Saga. Suasananya aneh. Mereka saling sebal satu sama lain tetapi mereka tetap bersama. Contohnya saat ini mereka sedang canggung mendiskusikan apa yang akan dibeli untuk diberikan kepada Micha.

"Kata lo kita beli apa?" tanya Degra.

"Terserah lo." jawab Saga.

"Lo kenapa sih jadi gitu sama gue, jangan-jangan masalah tadi ya? Padahal gue udah jawab gue ga punya perasaan sama Micha." jelas Degra.

Namun ternyata Saga tidak mendengarkan, malah membeli buah untuk diberikan kepada Micha.

Sialan.

"Lo ga papa kan?" tanya Degra saat ia akan pulang.

"Aku kan cuma demam paling disini cuma 3 hari." jawab Micha.

Degra mengiyakan. Degra membuka pintu hendak keluar.

"Btw thanks ya. Thanks juga buat Saga." ucap Micha.

"Hm."

Sesaat setelah Degra keluar, datang lagi teman yang menjenguk Micha.

"Hai Micha." sapa manis Rain.

"Hai." jawab Micha yang tak kalah manis juga.

"Kamu kesini sendirian?" tanya Micha.

"Ga, aku sama temenku. Namanya Mari." jawab Rain.

Mari membuka pintu dan masuk ke kamar rawat Micha.

"Lengkapnya Anastasya Marina." ucap Mari melengkapi sambil tersenyum.

Mata Micha membelalak. Roti kesukaan yang Micha pegang jatuh ke lantai.

-hujan-

Tiga hari kemudian

Micha sudah sembuh total.

"Hai." sapa Micha kepada Degra.

Degra tersenyum simpul.

"Hari ini ada pr fisika loh." ucap Degra sengaja.

"Aaaa! Liat punyamu dong! T_T" pinta Micha.

"Gak mau." tukas Degra.

"Tapi kan aku baru sem--" sebelum menyelesaikan pembicaraannya. Micha melihat ada buku di meja Degra. Fisika. Judul bukunya. Dengan otak-otak khas pencuri handal. Micha langsung merenggut buku itu. Dan langsung berlari.

"Eh!" teriak Degra mengejar.

"Aku salin dulu baru aku balikin." jawab licik Micha.

Alhasil mereka saling mengejar demi memperebutkan buku itu.

Saga yang melihat kejadian itu. Tertawa pahit. Dia langsung meninggalkan ruangan kelas.

Sabtu, 16 Desember 2017.

Hari penerimaan rapot semester 1.

Awan mendung terlihat di sekitar kepala Micha yang sedari tadi menerima omelan dari Degra.

"Hih yang bener aja, kamu dapet ranking 200 dari 240 anak. Jumlah nilaimu 700 dari 1000. Kamu selama ini belajar apa aja sih? Kamu ga pernah dengerin guru ya?" omelan Degra yang tak ada henti-hentinya.

"Maafkan saya wahai pangeran pintar yang dapet rangking 1 dengan jumlah 969 dari 1000. Karena saya memang tidak dianugerahi otak sepintar anda. Maafkan saya selama ini selalu berkata paham jika ditanyai guru walaupun aslinya tidak pernah paham apa yang dikatakan guru." jawab Micha.

"Apapun alesanmu, pokoknya selama liburan ini ikut aku ke perpustakaan aku ajari apa pun yang kamu belum paham. Mumpung aku ga ada kerjaan." perintah Degra.

Mampus. Batin Micha.

Kembali lagi menggunakan otak bulusnya. Micha mencoba melarikan diri dari Degra.

1, 2, ...

"Tiga!" teriak Micha langsung berlari. Namun tidak berlangsung lama. Degra mampu meraih gantungan kunci gudetama, yang merupakan tokoh kesayangan Micha yang digantung di tasnya.

Gudetama laknat.

"Anti kabur-kabur klub." ucap Degra sambil tersenyum simpul.

"Huehehe." kekehan Micha yang dibarengi senyuman masam.

-hujan-

Suara kicauan burung di pagi hari. Suara alarm yang langsung Micha matikan karena dia sudah bangun terlebih dahulu.

Micha bercermin. Ia mengenakan ikatan pita di pangkal rambutnya. Ketika Micha merasa sudah bagus. Ia keluar dari kamarnya. Micha mengenakan sepatu slop yang jarang ia pakai. Wanita separuh baya mendekatinya.

"Kok kamu sudah bangun, rapi lagi. Sehat kah anak Ibu?" tanya Ibu Micha.

"Micha mau ke perpustakaan, mau belajar." jawab Micha. Ibu Micha yang meragukannnya langsung menyentuh dahi Micha.

"Anget nak." ucap Ibu Micha.

"Ih Ibu. Micha juga terpaksa pagi-pagi ke perpustakaan. Ada temen Micha yang maksa mau ngajarin Micha gara-gara kemaren nilai Micha gak bagus." ucap Micha.

"Temen Micha yang mana?" tanya Ibu Micha.

"Rahasia." ucap Micha meringis. Langsung berpamitan dengan Ibunya.

Bersambung.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang