satu dua

21 3 0
                                    

8 Januari 2018

Liburan sekolah telah usai.

Micha tampak merenungkan sesuatu, ia melihat tangannya dan sesekali melihat keluar jendela. Degra mendekati Micha dengan perlahan, mencoba untuk mengagetkannya.

"Ba!" teriak Degra sambil menepuk pundak Micha.

"Ba apa?" ucap Micha yang membuat Degra menyadari bahwa usahanya gagal.

"Bukan apa-apa. Kamu kenapa ngelamun?" tanya Degra.

"Kamu suka aku ya!" ucap Micha kepada Degra sambil meringis.

"Enggak lah," ucap Degra reflek.

"Bercanda!" ucap Micha lalu tertawa.

Walaupun sedikit kesal, Degra merasa sedikit lega karena Micha sudah kembali lagi. Lagi-lagi Degra tersenyum karena Micha.

Bel istirahat berbunyi.

"Hai!" sapa Rain pada Degra. Rain tampak begitu bahagia.

"Hai juga Rain," jawab Degra sambil tersenyum.

"Ehm, Degra. Aku ingin bicara sesuatu," ucap Rain.

"Apa?" ucap Degra sambil menaikkan satu alis.

"Karena kita sudah lama tidak bertemu, apakah sebaiknya kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama?" ucap Rain sedikit gugup.

Degra mengangguk.

-hujan-

"Hei Saga!" panggil Yori.

"Hm?" ucap Saga sambil menoleh.

"Apakah kau ingat Arin?" tanya Yori.

"Iya. Mengapa kau tanya soal Arin?" ucap Saga.

"Dia bersekolah di sekolah yang sama dengan kita," ucap Yori.

"Be-benarkah?!" ucap Saga kaget.

Flashback on

"Jika kalian bertanya siapa aku? Aku adalah gadis yang menyedihkan."

"Hari ini. Bukan, bahkan setiap hari. Aku terus saja diganggu."

"Bukankah sekolah adalah tempat di mana anak-anak berkumpul, bermain bersama, dan membuat kenangan bahagia?"

"Namun, lain denganku. Setiap kami berkumpul, aku selalu saja mendapatkan tatapan yang tidak aku suka. Selalu diberi respon yang tidak baik ketika aku berbicara. Selalu tidak diperdulikan ketika aku ingin mencoba hal baru. Dan selalu saja diperlakukan seakan aku adalah orang yang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan."

"Jujur. Aku merasa hari di sekolah sangat melelahkan. Menahan air mata itu tidaklah mudah. Terasa seperti ada benda berat yang masuk di paru-paruku. Terasa berat dan sulit bernapas. Aku harus mendongakkan kepalaku. Dan berfikir hal-hal bahagia yang tidak pasti terjadi. Dan malah membuatku menjadi lebih banyak berharap."

"Orang-orang pasti mengatakan 'Kamu terlalu melebih-lebihkan' 'Kamu orang yang perasa' 'Kamu egois' 'Kamu cengeng'. Aku juga pernah berfikir 'Bagaimana kalau itu benar?' 'Bagaimana kalau akulah yang salah?'. Jadi aku selalu saja mengingat ulang semua yang terjadi. Kuulang detik tiap detiknya. Namun, itu semua membuatku bingung. Detik manakah yang menunjukkan bahwa aku salah sampai-sampai tidak boleh mendapatkan kebahagiaan?"

Setiap pulang sekolah aku selalu menuliskan buku harianku yang berjudul "Definisi Aku". Setelah selesai menulisnya, aku pulang ke rumah.

"Aku pulang," ucapku ketika sampai di rumah.

Aku melihat ibuku yang sedang terduduk di sofa sambil menyeruput teh hangatnya.

Aku berlari dan memeluk ibuku dari belakang dan berkata, "Aku diganggu lagi sama temanku."

"Udah jangan dipikirkan lagi ya cantik. Lagian kalo Ibu berbuat sesuatu tidak akan ada yang berubah," ucap ibuku sambil menangis dan memelukku.

Aku selalu paham dengan kata-kata itu. Namun, entah mengapa aku merasa tidak suka dengan kata-kata itu.

Flashback off

-hujan-

"Aku pulang," ucap Degra sambil membuka pintu rumahnya. Kini Degra tidak pulang sendirian, ia bersama Rain.

Kara langsung berlari keluar dari kamarnya. Ia tampak kebingungan dengan sosok Rain.

"Kara, Ibu di mana?" tanya Degra.

'Ibu sedang pergi dengan Ayah,' jelas Kara menggunakan bahasa isyarat.

"Hai Kara, kita sudah lama tidak bertemu ya," ucap Rain sambil mengusap rambut Kara. Kara tampak kebingungan.

"Kara waktu itu kan masih berumur 3 tahun, mungkin dia tidak ingat," ucap Degra.

"Oh iya, kakak maafkan deh. Tapi kali ini ingat kakak ya, janji?" ucap Rain sambil memberi jari kelingkingnya.

"Oh iya, kakak mau mengerjakan tugas kelompok ya, kalau Kara mau sesuatu katakan pada kakak," ucap Degra. Kara mengangguk.

Flashback on

"Hai, kamu Kara ya?" tanya seorang gadis.

Kara mengangguk.

"Kamu adik Degra ya? Pasti kamu banyak mengalami masa sulit. Dia pasti tidak mengijinkanmu membeli es krim," ucap gadis itu.

Kara tertawa.

"Kara, kamu mau es krim?" tanya gadis itu.

Kara mengangguk.

Gadis itu mengeluarkan sebungkus es krim dan memberinya kepada Kara.

"Shhh, tapi jangan bilang Kak Degra. Nanti es krimmu diambil," ucap gadis itu sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya.

Kara menerima es krim itu lalu tersenyum.

Flashback off

-hujan-

"Tugas kelompokmu sudah jadi?" tanya Micha. Degra mengangguk.

"Sayang sekali kita tidak sekelompok. Kemarin kamu ngerjain di mana?" tanya Micha.

"Di rumahku. Dengan Rain," jawab Degra.

"Oh Rain. Degra, jujur aku tidak terlalu suka dengan Rain," ucap Micha.

"Mengapa?" tanya Degra.

Bersambung

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang