satu sembilan

25 1 2
                                    

09 Mei 2018

Degra sedang membaca-baca buku dongeng di perpustakaan di sekolahnya, setelah dia belajar untuk persiapan Penilaian Akhir Semester Kelas XI nya.

Hari ini Micha tidak berangkat sekolah. Oleh karena itu, Degra berada di perpustakaan sendirian.

Degra selalu berandai-andai. Bagaimana kalau waktu itu aku tidak pindah lagi? Pasti aku memiliki lebih banyak waktu bersama Micha.

Bagaimana kalau Micha tidak pernah sakit?

Degra segera menghapus pikiran itu. Semua yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ia tidak boleh membuat Micha sedih karena memiliki pemikiran seperti itu.

Sedang apa Micha di rumah sakit? Apakah ia sedang menjalani pengobatan atau belajar untuk Penilaian Akhir Semester?

Flashback on

2 Mei 2018

"Ayo kita belajar bersama!" pinta Micha kepada Degra.

Degra yang tadinya sedang fokus menyalin tulisan dari papan tulis ke bukunya, menjadi fokus kepada Micha.

"Kau minta diajari pelajaran apa?" tanya Degra.

"Ish. Aku kan tidak minta diajari, aku hanya minta untuk belajar bersama," jawab Micha.

Degra sedikit aneh mendengar jawaban Micha, tetapi ia hanya mengiyakan.

Sepulang sekolah

Micha menarik tangan Degra untuk mengikutinya ke perpustakaan.

Micha mengeluarkan tumpukan buku ke meja sehingga mengeluarkan bunyi 'bruk' yang lumayan keras.

Otomatis Micha menjadi pusat perhatian anak-anak yang sedang belajar juga di sini.

"Maaf~" ucap Micha sambil tersenyum dan menunduk-nundukan kepalanya.

Micha duduk di seberang bangku Degra, yang membuat mereka duduk berhadap-hadapan.

"Sebenarnya aku tidak sebodoh yang kau bayangkan hehehe," ucap Micha.

Degra menaikkan alisnya. Dia mengeluarkan buku soal-soal yang ia bawa setiap hari menjelang ujian.

"Coba kita kerjakan satu soal ini. Kita lihat apakah kau bisa mengerjakannya," tantang Degra.

1 menit kemudian.

Degra sudah menyelesaikan 1 soal.

Tak lama kemudian Micha juga menyelesaikannya.

Degra melihat jawaban milik Micha dan ternyata jawabannya benar.

"Iya mungkin kau tidak sebodoh yang aku bayangkan," ucap Degra sambil mengacak-acak rambut Micha.

"Ayo satu soal lagi. Aku akan menyelesaikannya lebih cepat darimu!" tantang Micha.

Belum ada satu menit.

"Benar kan! Aku lebih cepat darimu," ucap Micha sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

Tak lama kemudian Degra menyelesaikan soalnya.

"Jawabannya berapa?" tanya Micha penasaran.

"51. Kau?" tanya Degra kembali.

"Sama," ucap Micha sambil menunjukkan bukunya.

"Selama ini aku selalu memberikan jawaban yang salah selama ujian. Lihat saja, nanti aku akan mendapatkan nilai lebih tinggi darimu di Penilaian Akhir Semester!" ucap Micha lantang.

"Iya-iya," jawab Degra.

Degra hanya tersenyum melihat tingkah Micha.

Flashback off.

Degra membereskan buku-bukunya, lalu meninggalkan meja tempat ia belajar di perpustakaan.

Degra berjalan keluar dari gerbang sekolah.

Aku ingin menjenguk Micha. Aku akan membeli roti coklat. Mungkin, roti coklat adalah makanan yang wajib dibawa untuk menjenguk Micha.

Batin Degra sambil tertawa.

Kelopak-kelopak bunga sakura jatuh berguguran. Seperti salju, tetapi dengan warna merah muda. Degra sering tidak percaya dengan pemandangan yang ia dapatkan di musim semi.

Degra mengambil kelopak bunga yang jatuh di kepalanya.

Aku suka musim semi.

Batin Degra.

Kelopak bunga yang Degra ambil terbang ke arah seorang gadis cantik yang sedang memakai payung transparan di bawah pohon sakura yang berguguran. Gadis itu menoleh lalu tersenyum padaku.

Cantik. 'Sangat cantik sekali', mungkin jika kalimat itu adalah sebuah kalimat yang dibenarkan, pasti Degra sudah melontarkan kalimat itu dengan sangat keras.

Aku suka musim semi, karena Micha di musim semi adalah Micha paling cantik daripada di musim-musim sebelumnya.

Batin Degra.

"Mengapa kau memakai seragam padahal kau tidak berangkat ke sekolah?" tanya Degra.

"Eum, ingin saja," ucap Micha sambil tertawa.

"Ayo kita jalan-jalan di sekitar sini!" pinta Micha.

Degra mengangguk.

Degra mengambil payung yang dipegang Micha. Kemudian, Degra memayungi dirinya dan Micha.

Mereka berdua berjalan di bawah payung transparan. Sehingga saat mereka melihat ke atas, mereka bisa melihat kelopak-kelopak bunga yang berjatuhan di atas mereka.

Degra mengadahkan salah satu tangannya yang seakan ingin mengumpulkan air hujan. Bedanya, saat ini ia ingin agar kelopak bunga sakura jatuh di telapak tangannya.

Mengingat-ingat hujan. Oh iya!

"Dulu kau bilang padaku bahwa namamu berkaitan dengan hujan kan?" tanya Degra.

"Iya! Kau masih ingat?" jawab Micha tersentak.

"Nama lengkapku Micha Amaryllis. Kau tahu Bunga Amaryllis? Bunga Amaryllis hanya mekar pada saat musim hujan tiba. Biasanya mekar pada akhir bulan November hingga pertengahan Desember. Saat aku lahir yaitu tanggal 10 Desember 2001, kau tahu kan? Saat itu juga sedang hujan, tanpa sengaja Ibuku melihat bunga-bunga Amaryllis yang mekar. Ibuku keren kan?" jelas Micha antusias.

Degra terpesona mendengar alasan Micha.

"Wah, hebat sekali!" ucap Degra sambil mengacak-acak rambut Micha.

"Lain kali ajak aku bertemu dengan Ibumu ya!"

Bersambung

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang