satu nol

32 3 0
                                    

Micha berjalan melewati toko-toko yang ramai karena hari libur. Micha hanya melewati toko-toko itu. Namun, sesampainya di depan toko roti. Micha menghentikan langkahnya. Micha melihat ke sekitarnya. Lalu Micha kembali melihat ke dalam toko.

"Hwaaa enak, rumah Degra nggak di sekitar sini kan? Makan dulu ah..." ucap Micha hendak masuk ke toko roti. Tiba-tiba ada tangan yang memegang, lebih tepatnya menarik rambut Micha.

"Akhh" jerit Micha kesakitan. Ternyata itu Degra. Micha memukul tangan Degra berkali-kali.

"Iya, iya, iya. Maaf, maaf, maaf." ucap Degra sambil kesakitan. Micha menghentikan pukulannya. Sekarang berganti dengan tatapan sengit.

"Lagian kamu juga ngapain di sini. Bukannya udah janji ke perpus buat belajar?" ucap Degra sebal. Sekarang wajah Micha berubah 180 derajat. Kini ia mulai menggunakan wajah kucingnya yang sangat cute.

"Hehehe, beliin aku roti coklat keju ya?" pinta Micha. Kalau Degra tau akhirnya akan seperti ini, ia pasti akan memilih untuk berpura-pura tidak melihat Micha tadi. Tetapi Degra menganggukan kepalanya.

Kenapa gue ngangguk_-

Batin Degra.

Setelah sampai di meja, Degra langsung mengeluarkan segala jenis buku dari tasnya. Micha melongo melihatnya. Ia berpikir bagaimana mungkin tasnya bisa muat diisi buku sebanyak itu. Dan sekarang Micha berpikir bahwa Degra itu adalah titisan Dora.

"Ih, kita belajar disini?" keluh Micha.

"Yang penting udah aku beliin kan?" jawab Degra.

Degra membuka salah satu buku. Degra langsung melewati halaman per halaman menuju kumpulan soal. Degra menepuk pundak Micha yang sedang makan roti untuk menunjukkan soal.

"Kaget." ucap Micha tersedak.

"Ini mulai dari no 1, jawabannya apa?" tanya Degra.

"C." jawab Micha singkat yang tetap fokus memakan rotinya.

"No 2?" tanya Degra.

"A" jawab Micha singkat lagi.

"Caranya gimana?" tanya Degra.

"Pertama nyari ini dulu baru abis itu blablabla" jelas Micha.

"Bukannya waktu ulangan kamu salah yang bentuk soal ini ya? Persis lagi soalnya." ucap Degra bingung.

"Hehehe, waktu itu aku jawab asal-asalan." jawab Micha enteng.

"Hih kok masa gitu?!" ucap Degra.

Micha memegang wajah Degra. Ia mendekatkan wajahnya ke Degra dan berkata, "Aku mempunyai banyak rahasia yang hampir semua orang tidak mengetahui.". Degra tersenyum. "Kamu mau tau salah satu rahasiaku?" tanya Micha. Degra mengangguk. "Sebenarnya aku tidak bodoh." ucap Micha. Micha tertawa lepas. Meski Degra tidak tahu pasti apa yang dikatakan Micha. Ia tersenyum sambil memandang wajah Micha.

Degra dan Micha keluar dari toko roti. Mereka berjalan melewati jembatan.

"Saat sudah sore, sungai berwarna lembut seperti permen kapas." ucap Micha.

"Otakmu isinya makanan ya? Pantesan pipimu ini tambah gembul." ucap Degra sambil mencubit pipi Micha.

"Biarin." cetus Micha.

"Ayo lompat ke sungai!" ajak Micha.

"Masa sore-sore lompat ke sungai." jawab Degra sedikit tersentak.

"Hahaha aku kan bercanda. Kamu polos banget ternyata." ucap Micha lagi-lagi ia tertawa lepas.

"Cih." cetus Degra. Ia mempercepat jalannya.

"Tunggu." ucap Micha. Ia menyamakan langkahnya dengan Degra.

"Ini rumahku." ucap Degra.

"Ternyata aku sering lewat depan rumahmu. Rumahku masih lurus lagi." ucap Micha.

"Mau ku antar?" tanya Degra. Micha menggeleng. "Nggak terlalu jauh." ucap Micha.

-hujan-

Saga berjalan mendekati Micha sesaat setelah Degra masuk ke rumahnya.

"Aku mau ke rumah." ucap Micha. "Aku antar." ucap Saga. Mereka melangkahkan kakinya.

"Sekarang kalian akrab ya?" ucap Saga. Micha menoleh, "Siapa?". "Kau dengan Degra." ucap Saga. "Mungkin." jawab Micha.

Micha menghentikan langkahnya. Dia duduk di kursi yang ada di depan pohon. "Kau tau semua?" tanya Micha. "Tentang apa?" tanya Saga. "Tentang masa laluku dengan Degra." ucap Micha. Saga mengangguk. "Mengapa kau tidak membiarkan aku dengan Degra?" tanya Micha. Saga ikut duduk di samping Micha dan menjawab, "Karena aku terlalu menyukaimu.". Air mata Micha menetes dan tersenyum. "Lebih baik kau menghilangkan perasaan itu sebelum kau terluka." ucap Micha. Saga menggeleng. "Dengarkan satu cerita." ucap Micha. Micha berbisik di telinga Saga. "Aku ---". Mata Saga membelalak.

-hujan-

Telepon rumah Degra berdering. Degra berjalan mendekati telepon dan mengangkatnya. "Halo?" ucap Degra. Terdengar suara dari telepon, "Ini aku Rain. Aku sudah di depan rumahmu. Aku ingin mengatakan sesuatu.". Degra segera berlari keluar rumahnya dan ia mendapati Rain tengah berdiri di depan gerbang rumahnya. Degra membuka pintu gerbang dan mendekati Rain. Rain memeluk Degra erat. "Akhirnya ku temukan kau, teman masa kecilku." ucap Rain.

Bersambung

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang