5. Perasaan

105K 9.5K 216
                                    

"You're the closest to heaven that I'll ever be, and I don't wanna go home right now."

Iris - Goo Goo Dolls

***

Alta memperhatikan Anna yang sedang menatap ke atas, kebiasaan yang sama yang ditunjukan Erky ketika ia sedang berpikir. Bahkan kebiasaannya untuk menaruh alat makan ketika sedang bicara pun sama, mungkin memang kebiasaan itu diturunkan dari ibunya.

"Jadi tuh, waktu ditolak, si Erky, udah kaya anak gadis mau dipingit. Diem terus di kamarnya, mentang-mentang ada kamar mandi di dalem. Makan cuma sekali atau dua kali sehari, dua kali pun kalau dimasakin rendang sapi kesukaannya. Nyalain aja terus lagu galau di kamarnya sambil main game di komputer, Rio dateng ke rumah juga malah disuruh pulang. Tante, nih, ya, dateng bawain sepatu yang dia ingin dari berbulan-bulan sebelumnya, cuma dibilang 'makasih'," jelas Anna, menunjukan muka tidak semangat lalu memimik nada bariton Erky saat mengucapkan kata terakhir tadi.

Ia tertawa melihat Anna yang sedang menirukan Erky. Entah kenapa ketika sedang berbicara dengan Anna, Alta merasa sedang berbicara dengan temannya yang seumuran dan bukannya wanita yang berumur dua puluh tujuh tahun lebih tua darinya.

"Emang gak apa-apa Tante kasih tau ini ke Alta? Erky gak akan marah?" tanya Alta.

Anna hanya mengibaskan tangannya. "Mana berani dia marah sama tante, tar gak dikasih uang tambahan kalau main."

Sedari tadi, Anna meneror Alta dengan pertanyaan tentang hubungannya dengan Erky, sempat kaget setelah mengetahui kalau Erky langsung melamarnya seperti itu. Namun setelahnya, tidak berhenti paparan seluruh kisah tentang patah hati Erky, dimulai dari satu setengah bulan yang lalu ketika lamaran Erky ditolak hingga sekitar sepuluh hari yang lalu di mana akhirnya Anggi memutuskan hubungannya dengan Erky. Mungkin sama dengan lama mata kuliah dua SKS, hanya saja jika Alta biasanya merasa bosan saat sedang kuliah, ketika Anna menjelaskan tentang Erky, Alta menyerap tiap kata yang dituturkan.

"Mirip ayahnya, sikapnya itu," tambah Anna setelah menelan potongan sayur dari mangkuk saladnya. Alta sendiri, yang merasa tidak enak, hanya memesan jus dan berkata sudah makan meskipun belum. Berdoa setiap detiknya, selagi mereka berbicara, semoga perutnya tidak berbunyi.

Alta memiringkan kepalanya. "Tapi, kalau wajahnya mirip Tante banget."

"Iya, lah. Ganteng gitu jadinya, pasti dari tante. Ayahnya Erky juga ganteng, sih, tapi dulu. Eh, enggak, deh, masih ganteng, kalau lagi gak nyebelin." Pernyataan itu membuat Alta tertawa lagi dan juga membuat Alta mengerti dari mana sifat Erky yang suka asal celetuk.

"Jadi, tante mau nanya, nih. Kamu kenapa bisa terima lamaran Erky, padahal baru berapa detik kenal?" Alta tidak menjawab langsung. Entah kenapa, jika menjawab hanya 'kenapa enggak' di depan wanita yang kemungkinan akan jadi ibu mertua di masa depan terdengar kurang ajar.

"Apa karena Erky ganteng?" tanya Anna lagi setelah pertanyaan pertama tidak di jawab, mencoba mempersempit lingkup jawaban.

Alta tersenyum. "Kalau boleh jujur dan maaf sebelumnya, Tante, kak Rio itu lebih ganteng dari Erky menurutku."

Anna tertawa mendengar pengakuan Alta. "Itu, sih, Tante juga tau, emang dia banyak pacarnya, kan?"

"Alta kurang tau, Tante." Alta tertawa kecil, karena memang Alta belum pernah mendengar gosip seperti itu perihal Rio.

"Oke, oke," kata Anna, ikut tertawa untuk beberapa saat lalu mengembalikan pembicaraan ke topik awal, "atau, jangan-jangan, gak maksud nyinggung, ya, kamu tau Erky anak siapa?"

Sunshower ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang