26. Tol

61K 5.6K 94
                                    

"'Cause today, your words felt like a knife. I'm not living this life."

Like A Knife - Secondhand Serenade

***

Setelah berjanji akan pulang sebelum pukul sembilan malam, ibu Alta akhirnya menyetujui perihal dirinya yang akan pergi ke Jakarta bersama Evan. Menyuruhnya untuk berhati-hati dan berbicara pada Evan, sepertinya agar tidak mengebut di jalan tol.

Rasanya sudah lama Alta tidak berada di dekat Evan, berdua di dalam satu mobil. Agak canggung mungkin, jadi Alta mencoba membuka topik pembicaraan. "Gimana Jerman?"

Mungkin karena sedikit kaget, Evan sedikit tersentak ketika mendengar Alta berbicara. "Agak dingin."

"Kalau orang-orangnya?"

"Ramah." Alta mengangguk dua kali.

"Punya temen?"

"Lumayan banyak."

"Hmm ... populer, ya?" tanya Alta secara retorikal sambil tersenyum. Jahil Alta mulai tak terkendali, agak di luar kesadarannya ketika mendengar dirinya sendiri bertaya pada Evan. "Pacar?"

"Eh?" Evan terdengar kaget, membuat Alta mengulangi pertanyaan Evan. "Eh?"

Ketika ia sadar, muka Alta berubah merah padam. Ia tertawa dengan nada canggung, "Iya, gitu, punya pacar?"

"Aku ... gak bakal ngelamar kamu kalau punya, kan?"

"Ah, iya."

Alta merasa ingin menghantam kepalanya ke dashboard. Ia berusaha agar suasana tidak canggung, kenapa sekarang Alta merasa lebih canggung dari sebelumnya. Lalu, setelah setengah jam berlalu dalam diam, Alta merasa ada yang aneh dari Evan. "Kamu udah gak ngerokok?"

Evan melirik ke arah Alta setelah mengambil tiket di pintu Tol Buah Batu. "Udah berhenti."

Mendengarnya, Alta sedikit senang. Dulu, tidak ada perkataan Alta yang bisa membuat Evan menaruh rokoknya. Bahkan mereka pernah bertengkar di resoran cepat saji karena Alta tidak mau duduk di area khusus rokok. Hasilnya mereka makan di tempat terpisah.

"Kenapa?" tanya Alta sambil tersenyum.

Evan terdiam sejenak. "Pingin aja."

"Gak mungkin," tanggap Alta sambil tertawa kecil. "Maksudnya?" tanya Evan.

"Dulu, udah berapa tahun aku minta kamu berhenti ngerokok?"

Setelah menunggu beberapa detik dan tidak mendapat jawaban, Alta mengerutkan keningnya, "Kamu gak sakit, kan?"

"Sakit?"

Mata Alta mengerjap, bingung. "Iya, berhenti ngerokok, kamu sakit paru-paru, mungkin?"

Evan tertawa kecil. "Enggak, lah. Bukan, aku masih sehat, kok, masih sering olah raga, segar bugar gini."

"Terus?"

Cowok itu melihat ke arah Alta, berpaling, lalu menghela nafas. Terdiam sejenak, mungkin untuk berpikir. "Kalau aku kasih tau kenapa, nanti kamu naksir lagi sama aku."

Tanpa sadar, mulut Alta setengah terbuka sambil menatap Evan dengan menunjukkan wajah yang mengisyaratkan yang bener aja. Evan tertawa melihatnya. Alta ikut tersenyum, sudah lama tawa seperti ini tidak terdengar olehnya. "Aku berhenti karena kamu gak suka rokok."

"Makasih, Evan." Alta tersenyum ketika Evan berpaling padanya setelah mendengar namanya disebut oleh Alta. "Tapi, harusnya berhenti karena diri kamu sendiri, bukan karena aku ataupun orang lain."

Sunshower ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang