"Rasanya gimana bawa-bawa itu?"
Rio menunjuk perut Alta yag mulai membesar karena kehamilannya. Alta kemudian menepis tangan Rio tersebut, dengan nada yang sedikit dingin, menatap Rio dengan tatapan tajam. "Gak boleh tunjuk-tunjuk perut yang lagi hamil, pamali."
Cowok itu mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah, Alta yang sedang hamil mood-nya buruk sekali. Mencoba melihat ke sekeliling untuk kesekian kali, Rio mencari tanda-tanda sahabatnya yang mungkin saja sudah sampai. Gara-gara ada kecelakaan di jalan tol, Rio dimintai tolong untuk menjemput Alta–di mana tempat les renangnya dekat dengan kantor Rio–dan paling tidak menemani wanita itu makan siang di restoran terdekat.
Ia sudah mencoba menolak dari yang halus hingga blak-blakan mengatakan bahwa ia tidak sanggup menanggung mood swing Alta. Cewek itu memang tidak meminta yang aneh-aneh atau jadi super bawel atau manja, hanya saja sifat dinginnya berlipat ganda.
"Ya, gak terus-terusan gitu. Kadang manja—minta ditemenin—tapi bisa dibilang gak parah banget kayak istri-istri temen kantor gue yang lain," ujar Erky ketika ditanya Rio perihal Alta ketika pertama kali Rio menyadari perubahan sifat Alta. Tidak terbayang manja yang dimaksud Erky, dan Rio tidak mau membayangkannya, menggelikan.
Mungkin minta dtemani main XBOX, seperti yang didapati Rio dua minggu lalu ketika bertemu Erky untuk membahas pekerjaan. Dari—dengan anggunnya—memainkan piano selama setengah jam, Alta berhenti memainkannya lalu berjalan ke sisi lain ruangan, menyalakan XBOX lalu duduk bersila di depan TV yang juga tidak jauh dari tempat Rio dan Erky berdiskusi. Cewek itu dengan asiknya bermain lalu meminta Erky mengambilkan cemilan dengan senyuman manis, menghentikan permainan RPG yang nada latarnya masih menggema.
"Buah aja, ya?" anjur Erky. Alta mengangguk, lalu kembali asik bermain.
Setelah meletakkan sepiring melon yang sudah dipotong di samping Alta, Alta membisikkan sesuatu lalu mencium pipi Erky sambil mengucapkan terima kasih.
"Hampir lupa," ujar Erky ketika kembali ke tempat Rio. "Mau minum apa? Untung Diingetin Alta."
Meminta air putih saja, Rio lalu bertanya tentang kebiasaan Alta itu. "Emang gitu, mood-nya pindah dari nonton resital biola ke laser tag dalam beberapa menit. Suka gak inget sama hamilnya."
"Lo turutin semuanya?" tanya Rio lagi, setengah bingung. Memang Erky itu kaya, tapi dari ingin nonton resital biola ke laser tag dalam waktu singkat, Rio tidak kepikiran cara memenuhi keinginan Alta yang perubahannya–bisa dibilang–cukup ekstrem.
Setengah tertawa, Erky menjawab, "Ya, itu di pikirannya aja, mood-nya doang, tapi kalau yang dia bener-bener inginin gak pernah aneh-aneh, kok. Paling delivery fast food kesukaannya atau beli buku novel baru."
Begitulah. Meskipun Alta dan Erky terlihat teramat-sangat bahagia, Rio masih suka keadaannya sekarang. Berkencan dengan gadis yang ia suka, kembali ke apartemen satu kamarnya, lalu berangkat kerja di pagi hari. Kenyataan yang ia rasakan tidak sesuram apa yang dikatakan orang-orang.
Hanya yang menjadi masalah adalah orang tuanya yang mendesaknya terus untuk menikah, meskipun Rio baru saja menginjak genap dua puluh tujuh tahun bulan lalu. Sepupu-sepupu Rio yang seumurnya sudah mulai memliki tunangannya. Dan ia, yang tidak pernah sekalipun mengenalkan satu gadis pun pada orang tuanya, membuat mereka cemas. Terutama ibu Rio.
Karena ujung pemikirannya terlanjur mengarah ke sana, Rio berpikir untuk menanyakannya pada Alta. Ketika pandangannya dialihkan pada wanita itu, ternyata Alta sudah menatapnya terlebih dahulu. "Mau tanya apa?"
Rio menghela napas, tampaknya—meskipun disertai perubahan mood ekstrem—kemampuan membaca pikiran Alta masih bekerja, entah ada hubungan pada keduanya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshower ✔
RomantizmCowok yang diidam-idamkan wanita itu Erky. Ganteng, tinggi, super tajir, dan super friendly ke semua orang. Sayangnya, bahkan dengan fisik dan kepribadian yang hampir sempurna di mata orang, tetap saja diputusin pacarnya sewaktu ngelamar dengan alas...