11. Izin

87.4K 8K 203
                                    

"You're so conceited, I said 'I love you'. What does it matter if I lie to you?"

The Sound - The 1975

***

Tari sudah setuju untuk ikut ke Bali bersama Alta dan Erky. Dan pada akhir bulan Juni, setelah mereka beres menyelesaikan ujian akhir semester hari terakhir dan akan memesan tiket, Alta dan Erky terdiam di depan rumah Alta, Erky merasa sedikit gugup, dari dalam mobil melihat bapak Alta sedang membaca koran sore di depan rumah.

"Yakin, mau minta izin?" goda Alta, yang sedari tadi tertawa melihat Erky yang gugup tapi keras kepala.

Erky mencubit pipi Alta dan cewek itu mengaduh, memegangi pipinya. "Aw."

"Aku harus bilang, gimana pun juga, bapak kamu harus tau kamu pergi sama siapa."

"Terus kenapa grogi banget? Takut digergaji sama bapak?"

Erky menatap gadis di sebelahnya, mencoba mencubit pipi Alta lagi namun gadis di sebelahnya lebih siap kali ini. Alta menutupi pipinya dengan kedua tangan. "Minta izin ke bapak kamu lebih berat dari minta mobil ke ayah."

Ia melihat cewek di sebelahnya memutar bola mata sebelum berlalu meninggalkannya, keluar dari mobil mendahului Erky. "Dasar orang kaya," gerutu Alta sambil menutup pintu mobil.

Erky tertawa kecil, keluar mobil lalu menekan tombol kunci. Alta sudah berada di depan gerbang ketika ia menyusulnya, menutup kedua pipi lagi ketika Erky mendekat. Erky hanya tertawa melihatnya, lalu mengacak-acak rambut Alta. Rambut yang memang sudah biasa berantakan itu terlihat semakin semerawut. "Potong rambut kamu, yuk?"

"Kenapa emangnya?" tanya Alta sambil merapikan rambutnya dengan jari.

"Gak apa-apa, biar rapi aja. Biar segar keliatannya."

Alta meyetujuinya, bilang akan memotong rambutnya sebelum mereka pergi ke Bali. "Alta, kok, ngobrol di pager? Ajak masuk dong."

Suara bapak Alta terdengar beberapa meter jauhnya dari tempat mereka berdiri, Erky sedikit tersentak. tentu saja, ini bukan pertama kalinya Erky mengunjungi rumah Alta. namun ini benar-benar pertama kalinya Erky bertemu dengan bapaknya Alta, entah apa yang dipikirkan nasib, namun setiap Erky datang dan masuk ke rumah Alta, ia tidak pernah bertemu langsung dengan beliau. Sedang pergi, masih di kantor, sudah tidur, dan sedang dinas ke luar kota, selalu begitu. Maka pertama kalinya ia bertatap muka langsung ketika meminta izin untuk 'membawa pergi anaknya' terasa amat-sangat canggung.

"Om," mulai Erky, ia dan Hardi, bapak Alta, duduk di ruang tamu, sementara Alta mengintip dari ruang keluarga yang hanya bersekat lemari. Sebelah wajahnya muncul dan menatap Erky lekat, Erky sendiri, setelah melihat Alta seperti itu, tidak bisa fokus dengan apa yang akan dibicarakannya dengan Hardi. "Saya mau ngajak Alta liburan, Om."

"Ke mana?" tanya Hardi.

Erky berdeham pelan, lalu menjawab pelan, "Ke Bali, Om."

Bapak Alta tertawa. "Anak sekarang mainnya jauh-jauh, ya?"

Erky ikut tertawa, ia mendengar bapak Alta menyuruhnya untuk menunggu sebentar lalu Hardi memanggil Alta untuk bergabung dengan mereka. "Kamu mau ke Bali?"

"Iya."

"Uangnya ada buat beli tiket sama hotel?"

"Ada, Pak, udah nabung." Erky menatap Alta bingung, maksudnya untuk mengajak Alta liburan tentu saja Erky yang tanggung biayanya, Alta dimaksudkan untuk hanya membawa baju dan membawa diri. Lagipula biaya menginap itu gratis karena ayah Erky selalu mendapat jatah menginap di salah satu hotel besar di Kuta karena memang salah satu pemilik.

Sunshower ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang