Alta membenarkan letak kaca matanya, mengikat ulang rambut untuk ke tiga kalinya. Kepalanya sedikit pening setelah berkutat dengan laptopnya selama, kurang lebih, lima jam. Siapa yang bilang jadi penulis best seller itu perkara mudah? Edit, edit, edit, dan teror dari editor selalu mengusik Alta. Bahkan ia membatalkan janji makan malam dengan salah satu bungsunya karena editornya mendesak agar draft yang dijanjikan Alta selesai dalam tiga hari.
Mungkin Erky benar, di umurnya yang sudah tiga puluh delapan, sudah waktunya untuk Alta fokus mengurusi anak-anak. Yang kemudian hanya dimarahi oleh anak-anaknya karena mereka adalah penggemar tulisan Alta.
"Nanti sequel-nya gak ada, dong, Ma? Jangan, ah, nulis aja, aku minta anter Ayah aja. Atau naik ojek online." Ujar Arthur, anak pertama Alta yang paling manja pada Alta, sambil mengambil selai coklat untuk rotinya. Hingga kemarin, di usianya yang sudah menginjak enam belas tahun, ia selalu minta antar Alta ke mana-mana. Entah itu naik motor atau mobil, jika Alta sedang lengang, Alta selalu jadi supir pribadi anaknya itu.
Tiga puluh menit kemudian, ketika Alta baru saja pulang dari mengantar Arthur sekolah, kedua anak bungsunya menangis setelah berbicara dengan Erky di meja makan. Ketika Alta dalam jarak pandang mereka, keduanya berlari ke arah Alta sambil tersedu. "Masa Papah bilang Mamah udahan bikin ceritanya!" June berteriak marah pada Alta.
Alta memeluk keduanya, mencoba menenangkan sembari memberi tatapan tatapan tajam pada Erky yang hanya bisa terkekeh di tempatnya di meja makan.
"Alta, belum selesai?"
Ketika Alta berbalik, ia melihat Erky sedang memandanginya sambil bersandar pada kerangka pintu. Rambutnya sedikit acak-acakan, terlihat ia baru saja bangun dari tidurnya. Alta melihat jam yang tertera pada layar laptopnya, pukul setengah dua pagi.
"Sebentar lagi selesai, mungkin."
Alta tersenyum tipis, mencoba menyampaikan maafnya. Namun Erky hanya menghela napas dan pergi ke arah dapur. Ia pun berhenti menulis untuk beberapa saat, nampaknya Erky sudah lelah dengan kesibukan Alta yang selalu berkutat dengan laptopnya sepanjang hari jika tidak sedang mengurusi anak-anak mereka. Alta memang cinta menulis, ia juga suka ketika anak-anaknya bersemangat ketika membicarakan novel yang dibuatnya. Tapi, ia lebih mencintai Erky, tentu saja. Jadi jika Erky benar-benar ingin Alta berhenti menulis, ia akan berhenti saat itu juga.
Entah sudah berapa lama ia melamun, Alta sedikit kaget ketika ada yang menepuk bahunya. Erky berjalan mengitarinya dan duduk di samping Alta, membawa dua cangkir coklat panas dengan marshmallow di atasnya.
"Ini," ujar Erky sembari memberikan salah satunya pada Alta.
Alta tersenyum, menerima cangkir tersebut. "Makasih."
"Kamu nangis? Lagi adegan sedih nulisnya?"
Alta yang bahkan tidak sadar, segera menghapus air matanya. Menggeleng, lalu meminum coklat panas yang diberikan Erky.
Ia ingat, Erky sering melakukan ini dulu, lama sekali. Saat pertama kali itu Alta tertawa lalu menarik dagu Erky dan mengecupnya di bibir sebelum mengatakan terima kasih. Nampaknya sekarang ia sudah terlalu tua untuk itu dan Erky terlalu lelah untuk melakukannya setiap minggu ketika Alta harus terjaga semalaman untuk melanjutkan naskahnya.
Namun setelah menempuh pendidikan masternya dan tidak mengerjakan apa-apa selain mengurus anak sulungnya, ketika ia sedang mengandung kedua anak bungsunya, Alta memutuskan untuk mulai menulis. Dan manuskrip iseng yang ia coba kirim ke penerbit tiga tahun kemudian membuahkan hasil tentang apa yang Alta bisa lakukan tanpa mengganggu waktunya dengan keluarga, sebelum ia sadar betapa melelahkannya deadline itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshower ✔
RomanceCowok yang diidam-idamkan wanita itu Erky. Ganteng, tinggi, super tajir, dan super friendly ke semua orang. Sayangnya, bahkan dengan fisik dan kepribadian yang hampir sempurna di mata orang, tetap saja diputusin pacarnya sewaktu ngelamar dengan alas...