Menembus Batas Dimensi (Characters Q&A)

44.9K 1.8K 90
                                    

Alta, Erky, dan Rio duduk bersebelahan. Saling bertukar pandang dengan bingung.

"Ini siapa yang nyaranin, sih? Jani sampe ditinggalin di rumah, udah malem begini. Gemma lagi nginep," ujar Rio, terdengar kesal karena harus meninggalkan Jani sendirian karena anak perempuan mereka sedang menginap di rumah temannya.

Satu-satunya perempuan di ruangan itu bersandar pada suaminya, menyilangkan lengannya. "Aku juga baru beres bedah buku, capek tahu," timpal Alta.

Erky yang satu-satunya tidak berkomentar, hanya memeluk Alta dan mencium puncak kepalanya. Beberapa menit berselang setelah mereka menunggu dalam diam, akhirnya Evan masuh ke dalam ruangan dengan selembar kertas di tangan dan cengiran khas bocah di mukanya. Cengiran yang tidak cocok sama sekali ketika Evan sudah bergelar profesor dan seorang bapak dengan satu anak.

"Maaf, maaf. Tadi ada tamu dulu di kampus," salam Evan sembari duduk di kursinya menghadap tiga orang itu.

"Gak apa-apa, Pak Rektor." Erky tertawa kecil mendengar nada sarkasme Alta.

Rio mulai bersuara lagi, "Mulai aja pertanyaannya. Eh ... tunggu, lo kenapa jadi host? Gak dapet pertanyaan?"

"Ouch!" Semuanya tertawa melihat Evan mengatakannya sembari meletakkan tangan di dada. "Namanya juga figuran, mana ada yang tertarik sama gue."

"Ya, udah, mulai aja pertanyaannya, Van. Udah malem, kasian Alta udah capek." Erky mengingatkan, yang dihadiahi ciuman di pipi oleh Alta, membuat Evan tersenyum melihatnya. Dan Rio yang mengatakan, "Gross." Namun dihiraukan oleh semua orang.

Evan berdeham. "Ladies first, pertanyaan pertama buat Alta dari mifthakhull, dia bilang, terpukau sama karakter kamu, pokoknya."

Alta melihat ketiga orang dalam ruangan secara bergantian, yang memang sedang menatap Alta, seperti menunggu reaksi. "Itu, kan, bukan pertanyaan?" tanya Alta bingung.

Semua orang tertegun sesaat, lalu Rio dan Evan tertawa sementara Erky mencoba menahan miliknya. "Bilang 'makasih', Alta," tegur Erky, yang akhirnya tidak sanggup menahan tawanya juga.

Mengerjap beberapa kali, Alta baru tersadar. Masih dengan wajah yang bingung, Alta menyampaikan, "Oh, iya. Terima kasih, mifthakhull."

Evan mencoba berhenti tertawa, setelah berhasil lalu melanjutkan sesi tanya jawab mereka. "Dari biella_na, apa alasan Alta terima Erky gitu aja. Nah, lho, Alta."

"Mampus, mana bisa jawab dia," komentar Rio, kemudian ditoyor oleh Erky. "Diem lo."

Alta menghiraukan Erky dan Rio yang berdebat, menatap Evan lurus. Mencondongkan tubuhnya ke arah Evan sembari menumpu dagu, dan tersenyum jahil. "Kesempatan move on dari Evan."

Erky dan Rio berhenti berdebat dan menatap Alta dengan kaget, 30 tahun sejak hari itu dan mereka baru mendengar alasannya hari ini. "Serius?" tanya Erky sembari berkedip beberapa kali. Mungkin ingin memastikan apakah jawaban Alta tadi hanya mimpi. Evan sendiri hanya kembali membaca daftar pertanyaan dengan kedua telinga yang memerah.

"Serius." Alta menjawab Erky sebelum kembali bersandar pada laki-laki yang jelas terlihat sangat syok itu.

"Ya, selamat kepada biella_na, karena pertanyaan kamu, akan ada Sunshower bagian 2, perceraian Erky dan Alta," monolog Rio penuh dengan sarkasme.

Ibu dengan tiga anak itu tertawa mendengarnya, juga karena melihat Erky yang masih nampak syok. "Bercanda, Erky. Aku juga gak tahu kenapa, ingin aja."

Evan menggelengkan kepala menatap pasangan itu. "Untuk Erky dari mifthakhull .... "

Tidak melanjutkan, Evan malah berdeham, menahan tawa. Untuk beberapa detik, ketiga orang di depannya menunggu, namun setelah Evan membaca dalam diam, ia malah tertawa. Lumayan keras kali ini. Rio, yang tidak sabar, mengambil kertas di tangan Evan dan membaca keras-keras. "Namanya cinta, tuh, gitu, ya. Merasa tak pantas lalu ingin melepas tapi tak ingin melihatnya bahagia dengan orang lain. Erky, aku mau kamu ada di kehidupan nyata aku, deh, kayaknya, yang bisa secinta itu sama Alta."

Semua orang, kecuali Erky, terbahak-bahak. Laki-laki paruh baya itu menutupi wajah dengan kedua tangannya dan bergumam, "Mau mati aja aku, malu banget."

Alta, yang masih tertawa, menepuk-nepuk punggung Erky. "Bilang apa?"

Menghela napas, Erky akhirnya bersuara dengan mukanya yang masih merah padam. "Terima kasih, mifthakhull."

Mengambil kembali kertasnya, Evan membacakan pertanyaan selanjutnya untuk Erky. "Dari agustinahenis05 dan richtiara, kenapa Erky punya pikiran buat ngelamar cewek secara random?"

"Kalau kenapa milih orang yang belum dikenal, alasannya ada di surat, chapter 16,5," jelas Erky. Lalu melanjutkan setelah berpikir sejenak, "Aku, sehari sebelum ngelamar, liat Alta di perpustakaan lagi baca buku, duduk berdua di sebelah cowok. Kukira pacarnya, tapi Alta malah pergi sendiri sehabis tos-tosan sama cowok itu. Aku liat dia mukanya datar banget kayak yang bosen, tapi kemudian ketawa sendiri, aku pikir Alta lucu. Jadi, milih Alta itu gak random seratus persen."

Ketiga orang itu menatap Erky, sambil tersenyum. Erky menatap balik karena merasa tidak nyaman dilihat seperti itu dan bertanya, "Kenapa?"

"Stalker," tanggap Alta, yang kemudian dicubit pipinya oleh Erky hingga mengaduh dan mengutarakan maaf sembari menyerah.

"Terakhir, untuk Rio. Dari mifthakhull, ditunggu cerita kamu beserta cintamu yang pada akhirnya dilabuhkan kepada siapa." Evan dan Erky hanya dapat saling pandang dan Rio terlihat berpikir keras. "Jadi Mee belum nulis cerita gue sama Jani? Tadi spoiler, dong?"

Setelah menghela napas, Alta melemparkan bantal sofa ke arah Rio. Bangkit dari duduknya dan menarik tangan Erky sebelum mengucapkan salam, lalu menghilang di balik pintu studio bersama Erky.

Sunshower ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang