Yup, I'm coming backkkkk....
Nggak banyak pembukaan lagi, silahkan dinikmati~~
*_*
"Say,"
"Hm?"
"Sayang..,"
"Hmm?"
"Aku mau ngomong sayang,"
"Hmmm..,"
"Iiihhh...Stella, liatin aku dong,"
"Heh, kalo mo ngomong, ngomong aja. Aku denger. Nggak perlu liat kan?" kataku sambil meletakkan pulpen merahku.
"Tapi aku mau kamu liatin aku, sayang," kata pria itu sambil mengerucutkan bibirnya.
Aku mengurut dahiku yang sudah mulai tegang. Keadaan seperti ini membuat aku semakin pusing. Bagaimana tidak? Sejak masuk kantor, Rafa sudah bertengger di ruanganku dan memilih untuk menemaniku dibanding bekerja di kantornya sendiri.
Dan sedari tadi, dia merecokiku dengan pertanyaan dan cerita-cerita yang sama sekali tidak aku acuhkan.
Bulan ini perusahaan kami akan merekrut karyawan magang dari beberapa universitas terkenal di Jakarta. Aku harus mengecek kembali proposal mereka dan beberapa berkas penting terkait kepindahan atau resign karyawan dan masih banyak lagi!
Di jaman emansipasi seperti sekarang ini, sulit sekali menemukan seorang wanita yang tidak sibuk. Bahkan seorang ibu rumah tangga pun sibuk! Dan Rafa membuat kesibukanku bertambah. Aku merasa sedang bekerja menjadi babysitternya. Huh!
Aku menghela nafas dengan pelan.
"Kamu mau ngomongin apa, Fa?"
"Nggak jadi deh, kamu sibuk," katanya sambil menundukkan kepala dan menatap layar hitam di ponselnya.
'Tuhan beri aku kekuatan!' geramku dalam hati.
"Sorry. Tadi aku sibuk, sekarang nggak lagi. Kamu mau ngomong apa?" Aku menahan nada suaraku agar tidak terdengar emosi.
"Aku tadi tanya, Dion itu siapa?"
Deg! Nama itu lagi.
"Bukan siapa-siapa," jawabku singkat. Mengalihkan pikiranku yang membawa kenangan lama kembali, aku mulai merapikan kertas-kertas di atas mejaku.
"Tapi, kok kemarin kamu langsung..,"
"Dia itu seniorku waktu aku kuliah di Jerman. Nggak lebih," potongku cepat.
"Ayo kita makan siang, aku sudah lapar," Aku langsung berdiri dan menyambar tasku dari atas meja di samping kursiku.
Aku melihat Rafa langsung berdiri dan mengikuti langkahku untuk keluar dari ruangan ini.
"Ar, saya makan siang di luar, ya. Kira-kira ada agenda apa lagi hari ini?" tanyaku di depan meja Arion, sekretarisku.
"Hari ini tidak ada rapat atau pertemuan yang lainnya sih, bu. Cuma tadi pagi tiba-tiba dari perusahaan BluePrint co. menelepon dan meminta jadwal ibu seminggu ke depan,"
Penjelasan Arion membuat keningku mengernyit.
"Lalu, kamu berikan jadwal saya?"
"Tidak, bu. Saya belum sempat menanyakan langsung ke ibu,"
Aku menghela nafas. "Thanks, Ar. Kamu nggak perlu beritahu jadwal saya ke mereka. Bilang saja kalau mau bertemu kamu bisa buatkan jadwalnya dalam minggu ini. Dan tidak ada meeting di jam makan siang," kataku mengingatkan Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Stella!
ChickLitPernah nggak kalian ngebayangin seorang cewek independen - banget- harus bergumul dengan masalah percintaan?? Apalagi dilema antara masa lalu dan masa depannya. Gimana cara dia memilih?? *note: no cast. Just find yourself in this story. Which one ar...