Here I come agaiiiinnn!!!!!
Fiuhh..akhirnya dapat kesempatan buat upload part baru ~la..la..la (narilompatgirang)
Update akan mulai rutin dari sekarang. Seminggu sekali di weekend ~berhubung weekend adalah hari berimajinasi~ akan diupdate cerita ini...
Terima kasih bagi yang masih mau membaca cerita abal-abal ini TT,TT
Ini murni dari imajinasi saya, terinspirasi dari imajinasi dan perasaan saya~curcollll
And, last but not least~ HAPPY READING!!! -'3'-
*-*
"Jadi, apakah kamu sudah ingat, Stella?" pertanyaannya membuyarkan memoriku.
Ah, ternyata dia. Laki-laki berseragam SMA yang kuberikan harta karun-ku.
Aku hanya menyunggingkan senyum menjawab pertanyaannya.
"Ternyata kau sudah tenang sekarang?" Aku memajukan tubuhku dan meraih kotak musik itu dan menutupnya.
"Terima kasih karena sudah mengembalikannya kepada saya."
"Tapi..," suaranya terhenti karena dering ponsel. Aku melirik ke arah tasku yang bergetar.
"Sebentar," kataku memberi tanda untuk diam.
"Halo, ma,"
"Kamu di mana sekarang? Lagi sama Rafa kan?"
"Iya, ma, aku sekarang lagi sama Rafa. Kami lagi ngobrol di kafe," jawabku sambil melirik Rafa yang bengong karena namanya disebut.
"Loh, kok di kafe? Bukannya kalian ke dokter kandungan?"
"Ma, kan udah aku jelasin semalem, aku nggak hamil ma,"
"Ya tetep aja, Stella. Kamu harus periksa. Kalau tiba-tiba kamu hamil gimana?"
Ck, keras kepala banget sih mama.
"Emang siapa yang bakal hamil sih ma. Ngapa-ngapain aja nggak," kataku sebal.
"Mama nggak mau dengar alasan lagi. Sekarang angkat kaki dari kafe itu dan pergi ke rumah sakit yang semalem Tante Mira bilang. Mama nggak mau tau, kalo kamu nggak pergi dengan Rafa sekarang juga, mama akan urus pernikahan kalian secepat mungkin,"
"Tapi, ma.." tut..tut..tut..
Sambungan diakhiri begitu saja dengan ultimatum dari mama aku harus ke dokter kandungan.
Aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan beranjak dari tempat itu. Rafa yang masih bingung akhirnya ku tarik berdiri dan berjalan ke arah parkiran.
"Sekarang kita harus ke rumah sakit,"
"Untuk apa?" tanya Rafa yang walaupun masih dalam keadaan bingung dia masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mobilnya.
"mempertanggungjawabkan perbuatan kamu," Rafa masih melongo.
"Kita ke dokter kandungan, minta keterangan kalau saya tidak hamil. Kalau perlu surat keterangan keperawanan," kataku sambil melotot ke arahnya.
Rafa hanya terkekeh dan menjalankan mobilnya.
Sejam kemudian, kami sudah sampai di rumah sakit pilihan mama Rafa. Kami mengikuti prosedur pendaftaran dan mengambil nomor antrian.
"Ibu Stella..," fiuh, akhirnya setelah 30 menit menunggu namaku dipanggil juga.
"Mari masuk, bu,"
Aku beranjak masuk dengan Rafa yang mengekoriku. Berasa punya ekor. Hihihi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Stella!
Literatura FemininaPernah nggak kalian ngebayangin seorang cewek independen - banget- harus bergumul dengan masalah percintaan?? Apalagi dilema antara masa lalu dan masa depannya. Gimana cara dia memilih?? *note: no cast. Just find yourself in this story. Which one ar...