Sejam sudah kami mengelilingi museum itu. Diselingi dengan pembicaraan ringan dan beberapa guyonan, bahkan sampai aku dan Sandra lupa bahwa ada dua pria yang bersama-sama kami. Kisah selama di bangku kuliah tidak lepas dari bahan obrolan ringan kami.
"Baiklah, girls. Jangan terlalu senang bercerita, karena ada yang harus dikerjakan lagi," kata ayah Sandra.
Kami berdua serentak mengerutkan kening. Kemudian tawa kecilnya keluar,
"Makan, maksudnya. Kalian begitu bersemangat, apakah tidak kasihan dengan perut kalian yang sudah berbunyi dari tadi?"Kami sontak langsung memegang kedua perut kami seperti anak kecil yang kelaparan.
"Hehe, apakah akan ada yang enak-enak?" Tanyaku spontan.
"Apa pun yang kalian mau, ladies,"
Kami berdua pun terkikik bersama. Lupakan dengan segala gaun dan kemewahan ini. Baginya, kami adalah gadis-gadis muda yang sedang diajarkan untuk menikmati hidup kami sebagaimana mestinya.
---
Kami berempat tidak menolak untuk makan di restoran yang terdekat. Dekat maksudnya di seberang jalan tempat kami berada. Dan kami pun tidak ada yang keberatan untuk berjalan kaki menuju tempat itu.
Setelah memesan meja dengan kapasitas 4 orang, di sinilah kami. Berada di satu meja sambil melempar candaan. Ralat. Mungkin hanya aku, Sandra, dan ayahnya. Sedangkan Rafa bungkam semenjak dia melihatku.
"Jadi, siapa ini, Sandra? Kau benar-benar keterlaluan, kau tidak pernah menceritakan kalau kau sudah punya pacar," godaku.
Aku melihat wajahnya yang mulai menegang.Sandra yang ditanya malah mengeluarkan tawanya yang tertahan.
"Sudah ku bilang, dia itu partner in crime-ku,""What kind of crime?"
"Penasaran?" Tanya wanita cantik itu sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
Aku mengangguk antusias.
"We plan to stole something,"
Aku membulatkan mataku. Bukan karena pernyataannya, melainkan tangan Rafa yang sudah menggenggam tangan Sandra di atas meja di hadapan kami.
Ayah Sandra hanya menunjukkan senyum tipisnya."Beneran?"
Kini giliran Sandra yang menganggukkan kepalanya dengan antusias. Setelah itu dia melirik ke arah Rafa yang sedang memandanginya juga. Dengan penuh arti.
"Jadi, kalian beneran jadi kriminal dong?"
"Ya mau gimana lagi. Pria di sampingku ini memelas untuk membantunya mencuri sesuatu,"
"San, serius, kamu nggak sadar ada papamu di sini?" Aku mengingatkan dia.
"Sadar. Bahkan memang aku sengaja kasih tau di depan papa supaya papa juga bisa menyetujui rencana kami,"
Oke. Ini sudah mulai berputar-putar. Aku bahkan tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ini.
"Hh, sudahlah. Kalo memang kejahatan kalian adalah romantisme, maka jangan lupakan aku sebagai bridesmaidnya ya,"
Aku menyeka ujung bibirku dengan tenang dan melap tanganku.
"Om, Sandra, Rafa, aku harus pergi sekarang, ya. Terima kasih untuk undangan dan makanannya. I enjoy it a lot," kataku sambil berdiri dan meninggalkan mereka."La," suara Sandra menghentikan langkah kakiku,"dukung kami, ya." Dapat kulihat Sandra tersenyum lembut kepadaku.
Sesak. Rasanya sesak. Aku memaksakan membalas senyumannya. Mungkin selama ini logika mampu membenarkan atau menyalahkan sesuatu berdasarkan perhitungan yang tepat. Tapi perasaan jauh dari logika. Penyangkalan hati akhirnya terasa lebih menyakitkan daripada keterpaksaan untuk menerima.
Ya, aku menyangkal bahwa aku tidak tertarik pada Rafa. Aku menyangkal bahwa aku tidak mengingat masa lalu kami. Aku menyangkal bahwa aku tidak mengingat janjinya waktu kecil. Nyatanya, aku mengingatnya, karena selama ini pun aku menunggunya.
Namun, ketika akhir kisah kami membuka pintunya, ada rasa tak rela untuk menutup dan menguncinya rapat.Karena faktanya, aku telah jatuh cinta kepadanya.
Merry Christmas 2017 semuanyaaa......
Maafkan karena telaaaatttt bgt update nya, berhubung bnyk kegiatan yg harus loncat sana sini, dan harus menciptakan waktu yang berkualitas bersama keluarga dan sekitarnya, maka hape ini menjadi barang antik
Soo...mudah2an dalam bbrp hr ke depan bisa curi curi pandang~eh waktu buat nulis. Wkwkwkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Stella!
ChickLitPernah nggak kalian ngebayangin seorang cewek independen - banget- harus bergumul dengan masalah percintaan?? Apalagi dilema antara masa lalu dan masa depannya. Gimana cara dia memilih?? *note: no cast. Just find yourself in this story. Which one ar...