KTUBSM; 01. Dia, Yosse Danadyaksa

721 39 3
                                    

Alea, 2026.

Sudah hampir tujuh tahun berlalu, semenjak pertemuan terakhir kita di stasiun Lempuyangan Yogyakarta kala itu, tidak ada lagi takdir ataupun kebetulan yang mempertemukan kita lagi, aku yakin kamu juga sudah melupakan aku, dan aku juga tidak menaruh harap apapun untuk cerita lain tentang kamu dalam hidupku. Kita telah usai, meskipun sebenarnya kita tidak pernah memulai apapun.

"Alea, pengajuan cuti kamu sudah di acc ya, bisa cek email." Suara Bu Melani menyadarkanku.

Buru-buru aku mengecek email dari layar komputer di hadapanku lalu tersenyum dengan senang, karena itu tandanya aku akan kembali.

"Makasih Bu Melani yang cantik, baik hati, sabar, disayang suami." Jawabku antusias.

"Sudah pasti. Selesaiin dulu laporan bulanan kamu, biar nggak ada tanggungan selama cuti."

"Siap bu boss."

Aku menatap kembali undangan pernikahan elektronik di layar ipadku, jadi untuk alasan ini akhirnya aku akan kembali. Harusnya aku sudah siap, tidak akan ada yang berubah, semuanya akan tetap baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Alea.

***

10 Tahun yang Lalu,
Alea, 2016.

"Nggak kerasa ya udah kelas tiga aja kita, setahun lagi lulus."

Satu tahun, semuanya dimulai dalam satu tahun pertama pertemuan aku dan Yosse Danadyaksa.

"Morning.." Miss Atea guru bahasa Inggris memasuki kelasku.

"Morning Miss.." Jawab seluruh murid kelas serempak.

"Anak baru kah?"
"Anjir ganteng cuy, pindahan dari mana ya?"
"Buset akhirnya kelas kita ada pemandangan baru."
"Tinggi bener."

Suara berisik itu terus saja memenuhi telingaku, mereka saling berbisik-bisik berisik entah membicarakan apa, aku tidak peduli. Saat ini aku hanya fokus dengan buku di depanku, hari ini aku lupa menyalin catatan dari bukuku yang minggu lalu lupa kubawa.

"Attantion please, okay today we have a new classmate, so Yosse let's introduce yourself!"

"Ini pake bahasa inggris saya perkenalannya Miss?"

"Pake bahasa mandarin juga nggak papa kalau kamu bisa." Jawab Miss Atea, membuat yang lain ikut tertawa.

"Waduh nggak bisa Miss."

"Pakai bahasa indonesia juga tidak apa-apa."

"Thanks for your attantion everyone, My name Yosse Danadyaksa bisa dipanggil Yosse aja. Kebetulan harus pindah sekolah meski udah kelas dua belas karena harus ikut dinas orang tua. Gitu aja, Miss."

"Enough?" Tanya Miss Atea dan dijawab anggukan kepala oleh cowok yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai Yosse Danadyaksa.

"Yosse udah punya pacar belom?" Celetuk salah satu teman kelasku.
"Yosse yosse nomer whatsapp-nya bagi dong."
"Yosse yosse..."

"Okay okay cukup ya, nanti untuk pertanyaan pribadi kalian tanyakan saat jam istirahat saja. Kita harus mulai pelajaran. Yosse duduk di bangku yang kosong dulu ya untuk sementara, ....deketnya Alea siapa ya?"

"Ersa Miss, dia sakit." Jawab beberapa teman kelasku.

"Okay sementara Yosse duduk di belakang sebelah Alea dulu ya, karena Yosse tinggi, nanti kalau Ersa sudah masuk biar dia yang duduk di depan."

Mendengar namaku dipanggil aku mengangkat kepala lalu menatap ke depan, dan saat itu lah untuk pertama kalinya pandangan mataku bertemu dengan mata cowok tinggi yang berdiri di depan sana. Cowok itu memang sedikit berbeda daripada cowok pada umumnya di kelasku, yang bisa aku bilang biasa-biasa saja.

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang