KTUBSM; 05. Bukan Disengaja, Anggap Saja Takdir

361 28 4
                                    

Alea, 2018.

Masih nggak ngerti salahnya aku dimana, tapi sudah mau satu bulan Yosse ngilang gitu aja, dia nggak ada ngehubungin sama sekali, kalau biasanya tiap weekend dia selalu datang ke rumah Eyang, empat minggu dia nggak pernah nonggolin batang hidungnya lagi.

Jadi udah nyerah, ya?

Hari ini aku janjian mau ke mall sama Ersa, oh iya aku belum bilang ya, aku sama Ersa satu kampus lagi, kita berdua sama-sama keterima di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta, tapi Denada enggak, dia kuliah di salah satu Universitas Swasta di Bali, ikut Mamanya.

Aku dan Ersa mampir ke salah satu restoran jepang yang berada di lantai dua mall, tiba-tiba banget pengen makan ramen.

"Al, gue mau cerita."

"Kenapa?"

"Gue punya pacar." Aku hampir saja tersedak kuah ramen yang baru saja aku srutup.

"Nggak usah kaget gitu ngapa sih,"

Setelah putus dari pacar pertamanya empat tahun lalu Ersa nggak pernah lagi deket sama cowok dan tiba-tiba banget bilang punya pacar, Ersa pertama pacaran tuh pas kelas dua SMP dan bertahan sekitar dua tahunan sampai mereka lulus, kemudian berpisah karena beda sekolah.

"Sama siapa?"

"Lo kenal sih, kak Yovi." Katanya nyengir.

"Uhukhuk." Aku beneran tersedak.

Gimana bisa? Ya, bisa aja sih kalau dipikir-pikir, kak Yovi kakak tingkat beda empat semester, dan sepertinya mereka memang sudah mulai dekat sejak masa orientsi mahasiswa baru.

"Kata gue lo juga mending cari pacar deh. Gue lihat-lihat lo kayak makin deket sama Arthur."

"Kita cuma temen."

"Semuanya aja lo bilang cuma temen, mau sampai kapan sih jomlo mulu?" Aku juga nggak tau.

"Gue nyaman aja kayak gini, nggak punya pacar hidup gue juga tetep baik-baik aja kok."

"Nggak kesepian?" Aku diam beberapa saat.

"Ya kadang. cuma nggak masalah sih, gue nggak mau pacaran, Sa. Emang lo sama Kak Yovi udah berapa lama?"

"Tiga minggu. Dan, sumpah gue baru tau kak Yovi itu abangnya Yosse. Ngomong-ngomong Yosse tuh cowok udah nggak ngejar-ngejar lo lagi ya, Al?"

"Udah sebulanan sih nggak nyamperin gue ke rumah Eyang."

"Nah bener berarti, kayaknya mah Yosse punya cewek, tapi kata kak Yovi emang lagi deket sama cewek yang sekampus sama dia."

"Oh." Nice info, Sa. Nggak penting banget, aku melanjutkan makan ramen dengan tenang, atau malah jadi sedikit kepikiran.

"Mending lo jadian sama Arthur aja nggak sih?"

"Nggak, Sa."

"Kenapa? Arthur baik gitu, pinter, tinggi, rapi, ganteng juga lah, dia juga kayaknya suka sama lo."

"Dia sepupu gue."

"Loh, iya? Sumpah? Kok lo nggak pernah bilang?"

"Nggak penting juga. Buruan abisin ramen lo, kita mau nonton, abis ini film-nya mulai."

"Al, wah sumpah gue kira lo sama Arthur saling suka, sumpah parah sih."

Sambil nunggu Ersa membeli tiket film yang hendak kita tonton, aku memilih mencari tempat duduk. Membuka media sosial, agar tidak bosan. Tapi, kayaknya pilihanku salah, karena beranda instagramku kini malah menunjukkan postingan terbaru dari cowok yang udah sebulan terakhir ini ngilang, foto cewek kalau nggak salah ingat wajahnya mirip sama yang waktu itu ketemu di Gramedia, postingan itu menandai orang lain, namanya Amira.

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang