KTUBSM; 12. Sudah Diatur Semesta

242 22 0
                                    

Yosse, 2026.

"Rambut lo makin gondrong, Yos. Pas nikahan gue cukuran lah. Daripada Bunda ngomel-ngomel." Yovi menyeruput segelas kopi di tangannya.

"Hmm." Jawab gue santai, pernikahannya juga masih beberapa hari lagi.

"Sama nggak mau dirubah itu warnanya? Bunda kan udah bilang dari bulan lalu."

Yovi masih saja mengomentari rambut gue, udah mau setahun gue biarin jauh lebih panjang dengan gaya mulet, kadang gue potong dikit-dikit biar rapi, gue juga cat jadi dark brown dengan highlights yang lebih cerah di bagian depan.

"Nggak panjang-panjang amat juga ini."

"Kayak nggak tau Bunda aja sih lo, dia nih maunya lo rapi, potong lagi lah under cut kayak dulu, cat item."

"Bosen lah, lagian rambut gue gini keren ya. Kata Sabian aja kayak anggota boyband Korea."

"Bjir ngapa sabian-sabian?" Sabian masuk ke ruang manajer dimana gue dan Yovi berada.

"Sok bule nggak sih Yosse, Yan?"

"Rambutnya? Emang, Bang. Mana sok paling keren lagi, padahal mah aneh. Gue masih nggak ngerti semenjak kerja kok hobby-nya ganti model rambut."

"Lo bilang gue kayak boyband siapa itu?"

"Siapa? Mana ada gue ngerti soal boyband. Kata si Ayu kali." Sabian menyebutkan salah satu nama karyawan. "Kata gue juga lebih mirip anjingnya Koh Abuy yang suka diajak kesini, yang punya jambul blonde."

Sialan malah disamain kayak anjing salah satu pelanggan.

Tapi kayaknya emang gue harus nyempetin ke barbershop sebelum pernikahan Yovi, atau lebih baiknya sebelum ketemu Bunda, karena Bunda nih hobby banget ngomelin rambut gue kalau di cat warna-warni.

Beberapa hari ini gue masih lumayan sibuk banget, tiap balik kantor juga nyempetin buat tetep mampir ke coffee shop kayak sekarang, buat nganalisis daily report hasil penjualan yang udah sebulanan ini ngalamin penurunan.

Biasanya gue percayaain Sabian buat selalu ngecek ulang laporan harian karena dia yang stay setiap hari dan memegang langsung posisi manajer, sementara gue bakal datang seminggu dua sampai tiga kali buat ngecek stock bahan, atau sesekali datang langsung ke supplier buat nyari bahan kopi lain untuk nyiptain menu baru, dan ikut rapat mingguan setiap hari jum'at sore.

"Gue dapet undangan juga kan Bang?"

"Dapet lah. Ini gue mampir kesini kan sekalian mau nganter undangan lo, Yan." Yovi mengeluarkan undangan pernikahannya dari dalam tas yang tadi dia bawa.

Sabian langsung mengambilnya dan membuka undangan itu, dia membaca dengan seksama, padahal udah gue kasih tau dari jauh hari kapan pernikahan abang gue itu dilangsungkan.

"Bang lo kan bukan asli Jogja ya, calon istri lo juga bukan nggak sih, kok acaranya malah di Jogja, nggak di kota asal kalian?" Tanya Sabian.

"Gue sama Yosse tuh pas kecil hidupnya nomaden, bahkan sampe Yosse SMA, masih suka pindah-pindah karena urusan pekerjaan orang tua. Nah kebetulan karena sebenarnya gue lebih lama tinggalnya di Jogja, pas SMA sampai kuliah ketemu Ersa di Jogja juga, dan bahkan pas balikan abis putus juga di Jogja, yaudah deh kenapa nggak kita resepsi disini aja." Jelas Yovi.

Sabian mengangguk-angguk, "Jogja istimewa banget berarti ya Bang buat kisah hidup lo."

"Begitu lah. Lagian gue sama Ersa juga udah putusin buat menetap disini."

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang