KTUBSM; 19. He Fell First, But I Fell Too Late

171 22 26
                                    

Alea, 2026.

"Yosse?!"

Panggilan itu terdengar saat aku dan Yosse baru saja hendak keluar dari Stasiun Tugu. Membuat langkah kakiku ikut terhenti dan menoleh ke asal suara, dimana di belakang kita berdua berdiri, seorang perempuan menarik koper kecil di tangan kanannya berjalan semakin mendekat.

Rambutnya yang panjang berwarna dark brown dibiarkan terurai dan bergoyang dengan anggun mengikuti langkah kakinya yang santai.

She is, "Karina?" Yosse melangkah menghampiri kekasihnya.

"Kok kamu disini, sayang?" Tanya Karina memberi pelukan pada Yosse. Sekilas dapat aku sadari jika perempuan itu melirik kepadaku.

Oh Tuhan, situasi apa yang sekarang sedang terjadi. Aku berdiri diam seperti orang bodoh di tempat aku berdiri sebelumnya. Bingung dan canggung.

"Kamu bilang baru sampai Jogja besok sore?" Laki-laki itu membalas pelukan hangat kekasihnya.

Sembari mengelus pelan belakang kepalanya, dia tidak bohong dengan yang dikatakanya beberapa waktu lalu.

Karina, aku hanya sekadar tahu satu suku kata namanya, beberapa kali Sabian ataupun Ersa sempat menyebut nama pacar-nya Yosse itu saat sedang denganku, mau tidak mau aku juga jadi tahu dan kini aku melihat perempuan itu secara langsung.

Aku jadi ingat peringatan Sabian padaku beberapa hari yang lalu, tentang jangan dekati Yosse apapun alasannya, Yosse sudah punya pacar, namanya Karina, dia cantik, baik, perhatian, terlebih mencintai Yosse, dan mungkin mereka berdua memang saling mencintai.

Lalu aku juga teringat perkataanku sendiri beberapa malam yang lalu, aku tidak akan tertarik pada laki-laki yang sudah mempunyai kekasih, aku tidak akan menjadi perebut laki-laki orang, ataupun perusak hubungan orang, perasaanku tidak sebesar itu untuk mengharapkan Yosse kembali.

Dua puluh tujuh tahun hidup, aku baru sadar jika aku memang tidak sedewasa itu, aku bahkan tidak bisa membedakan mana benar mana salah, mana baik mana buruk, semuanya terlanjur berantakan.

I shouldn't be jealous, he isn't even mine. Tapi perasaan apa yang baru saja aku rasakan, aku bahkan merasa muak pada diriku sendiri, i really regret
all before, fuck up. Jika bisa aku ingin menenggelamkan diriku ke dalam inti bumi sekarang juga.

Aku harusnya lari yang jauh, menjauh dari semua perasaan memalukan ini, tapi kenapa aku masih disini, apa yang membuat aku masih menahan kakiku untuk tidak beranjak dan malah mematung seperti kehilangan kesadaran dan berlaku konyol sendirian.

"Aku bareng Bunda sama Ayah."

Karina melambaikan tangan, Yosse mengikuti arah pandang pacarnya itu, sementara aku masih berdiri kaku semakin merasa ingin ditelan bumi saat aku melihat dua orang yang aku tebak Bunda dan Ayah yang Karina sebutkan, dan dua orang lainnya yang wajahnya sangat aku kenali berjalan ke arah kita berdiri.

"Alea?" Ersa menatapku bingung, kemudian menatap Yosse dan aku bergantian.

Karina yang tadi tidak begitu mempedulikan keberadaanku pun ikut menegang, dia sepertinya baru sadar jika Yosse sejak tadi tidak sedang sendiri.

"Loh kamu ikut jemput? Katanya kerja, ini Bunda sama Ayah jadi dijemput Yovi sama Ersa." Yosse mencium tangan perempuan yang aku tebak adalah Bundanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang