KTUBSM; 03. Perjalanan untuk Kembali

467 35 0
                                    

Alea, 2026.

Suasana stasiun sore ini cukup ramai, mungkin karena weekend. Aku menarik koper berwarna hitam milikku melangkah keluar stasiun Tugu kemudian mencari taksi online yang sebelumnya sudah aku pesan melalui aplikasi.

Setelah lima tahun nggak naik kereta untuk pulang akhirnya aku beraniin diri naik kereta lagi, tapi aku masih trauma sama stasiun lainnya di Yogyakarta, jadi aku memilih turun di stasiun Tugu meski jarak ke rumah Eyang lebih jauh, tapi lebih baik begitu daripada aku malah mendramatisir keadaan dan galau sepanjang jalan.

"Yaampun cucu kesayangan Eyang, kenapa nggak bilang-bilang to nduk? Kan bisa dijemput, pakde Heri juga ada dirumah padahal, kamu tuh kalau dibilangin suka nggak pernah dengerin Eyang."

"Eyang ihh kebiasaan, Alea baru sampai disambut tuh dengan pelukan bukannya malah ngomelin Alea." Kataku cemberut.

Eyang yang sudah berusia tujuh puluh tahun tapi masih sangat bugar dan sehat lalu menghampiriku dan memelukku dengan erat, lima tahun aku nggak ke Yogyakarta, kangen banget.

"Nduk Alea gimana perjalanannya lancar kan, berangkat dari kapan dari Jakarta?" Tanya pakde Heri, adik kandung Mama yang tinggal bersama Eyang, karena istrinya sudah meninggal jadi beliau tinggal bersama Eyang untuk merawat dan menemani Eyang agar tidak sendirian.

"Lancar Pakde, Alea ambil kereta tadi pagi, ini lagi cuti sekitar sepuluh hari soalnya temennya Alea mau nikahan jadi sekalian aja."

"Yowes paling bener emang liburan ning Jogja to nduk."

"Betul Eyang."

"Yo masuk-masuk, Her itu kopere nduk Alea bawa masuk." Eyang merangkulku untuk masuk ke dalam rumah miliknya, rumah Eyang tuh luas banget dengan gaya-gaya kuno tapi tetap terawat.

Memasuki kamar yang memang diperuntukan untukku, semuanya masih sama belum ada yang berubah, meski tidak di tempati tapi ruangan ini tetap rapi dan bersih karena Eyang memang selalu memanggil Mbak-mbak yang biasa bersih-bersih dan masak di rumah, meski mereka jarang tidur disini, biasanya mereka datang pagi dan pulang sore hanya untuk menjalankan tugas asisten rumah tangga.

Aku tersenyum getir melihat beberapa foto polaroid yang tertempel di dinding dekat jendela kamar, terlalu banyak kenangan manis yang pada akhirnya berujung sangat menyakitkan seperti sekarang, aku mulai melepasnya satu per satu, hingga tanganku berhenti pada satu foto yang membuat aku mengingat kembali masa lalu yang seharusnya sudah sejak lama dilupakan.

***

Upacara Kelulusan Telah Usai,
Alea, 2017.

Semua orang sibuk membicarakan kemana mereka akan pergi berlibur, tentu saja sama denganku. Tapi sejak jauh hari aku memang sudah memutuskan untuk berlibur ke Yogyakarta, sekalian mulai mempersiapkan diri, karena kurang lebih empat tahun ke depan aku akan kuliah disana.

"BTW, ini jadi ada acara perpisahan sekelas di rumah Ersa?" Tanya Savira teman sekelasku.

"Jadi dong, Mami gue udah pesen catering cuy, awas aja nggak pada dateng, oh iya ini juga acara terakhir kita sekelas bro and sis, jadi ya diusahin lah, abis ini pada udah beda server kan, bakal sibuk ngejar masa depan."

"Apasih udah kayak pidato aja panjang bener." Sindir Daffa, yang duduk di belakang.

"Lo nggak rela ya pisahan sama gue, sewot aja jadi manusia." Balas Ersa berdiri menghadap ke belakang, sambil mengangkat ke dua tangannya diatas pinggang.

"Gue pasti dateng lah, Sa. Btw ada acara penghargaan juga kan, jangan lupa pilih gue sama Alea jadi best couple ya teman-teman." Aku menatap tajam cowok jangkung yang duduk di sampingku.

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang