KTUBSM; 04. My Heart Longs for You

428 32 5
                                    

Yosse, 2024.

Hidup ini bukan tentang sekadar tentang cinta dan patah hati, begitulah harusnya gue memaknai apa yang lagi gue jalanin. Tapi susah anjir, pikiran gue tentang cinta-cintaan mulu.

Udah mau lima tahun, semenjak terakhir kali gue ketemu sama dia, tapi perasaan gue masih aja sama kayak pas pertama ketemu, bahkan lima tahun terakhir hidup rasanya beneran kacau banget, kalau kata Sabian, sahabat gue. "Lo mau sampai kapan sih gamon terus gini?"

Tapi kayaknya gue nggak gagal move on deh, maksudnya gue juga tetep buka hati kok, semenjak hari itu gue masih bisa pacaran sama cewek lain, kalau di hitung-hitung, lima tahun terakhir mantan gue udah tiga, nggak ada yang langgeng, yang pertama dua minggu, yang kedua dua bulan kurang dikit, dan paling lama delapan bulan dan itu juga sama yang terakhir ini, masih sampai sekarang, ya gue punya pacar, namanya Karina Ayudia.

Pacar gue cantik, masih muda, maksudnya beda umurnya tiga tahun di bawah gue, kenalnya ya di tempat kerja, tapi kita beda perusahaan, kebetulan waktu itu lagi ada project kolaborasi, jadi deh kenal dari sana dan ternyata dia suka sama gue, sesimple itu, dia nembak gue dan gue terima, kita jadian, kerennya gue bisa bertahan bahkan udah delapan bulan.

"Yosse Budeg Danadyaksa, bjir dah, lo budeg beneran ya?"

Gue menghela nafas, menatap tajam seseorang yang berdiri mengangkat kedua tangan di atas pinggang kanan dan kirinya, wajahnya yang selalu nyebelin, pengen gue lemparin kotak tisu sekarang juga rasanya, "Ketuk pintu, jalan mendekat, nggak usah teriak. Susah?"

"Bodoamat. Di panggil bu Andira lo suruh menghadap." Katanya lalu hendak keluar dari ruangan gue.

"Sabian, meski lo sohib gue, tapi disini gue atasan lo, yang sopan."

Sabian menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, lalu tersenyum. "Bodo amat." Katanya langsung menutup pintu dan kembali ke kubikel kerjanya.

"Kurang ajar."

Sahabat gue, dari kuliah dan ketemu lagi di tempat kerja, namanya Sabian Sebastian Ariguna Wijaya, namanya panjang banget, tapi selalu pengen gue panggil Babi karena kelakukannya emang kayak Babi.

Dua tahun setelah lulus kuliah, gue kerja di salah satu perusahaan yang berfokus pada bidang advertising atau lebih tepatnya mengurus segala hal yang berhubungan dengan periklanan, mulai dari perencanaan konsep, proses produksi, hinhga penempatan iklan.

Kebetulan karir gue cukup bagus selama kerja disini, tahun pertama gue diangkat jadi karyawan tetap dan baru beberapa bulan yang lalu gue udah menduduki kepala bagian kreatif karena karyawan sebelumnya resign.

Meski bukan perusahan besar, tapi perusahaan tempat gue kerja cukup baik dalam bersaing dengan para perusahaan besar lainnya diluar sana, dan kenapa gue seneng kerja disini karena disini beneran kerasa banget berkembangnya.

Dulu orang-orang kenal gue sebagai Yosse yang narsis, apalagi pas masih sekolah, dan kayaknya gue masih sama deh, gue ganteng dan narsis, gue percaya diri biar bisa bertahan hidup, dan juga buat dapetin cinta, tapi sayangnya percaya diri aja enggak cukup, soalnya dia nggak suka balik ke gue.

Gue mengetok pintu tiga kali, "Permisi, Bu Andira manggil saya?"

"Ya Yosse masuk, masuk."

Gue menarik kursi, diam sejenak, menunggu Bu Andira atasan gue selesai dengan apa yang tadi masih dia kerjakan, beberapa berkas nampak berserakan di atas meja, computer di depannya juga membuka lebih dari dua jendela tugas, "Aduh, tunggu bentar ya, Yos."

"Santai Bu."

"Nggak bisa santai ini mah, udah tinggal sebulan launching tapi masih banyak revisinya." Gue cuma nyengir, maksudnya bukan gitu.

Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum MemulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang