Alea, 2026.
Tepat pukul delapan malam, kakiku melangkah keluar dari lift yang turun menuju ke lobby kantor. Suasana gedung kantor sudah mulai sepi karena hari ini aku memang lembur sebelum besok mulai cuti untuk mendatangi pernikahan sahabatku di luar kota, sekalian menghabiskan jatah cuti tahunan yang memang belum aku pakai dalam satu tahun terakhir.
Di ujung lobby aku melihat laki-laki dengan setelan jas berwarna hitam itu berdiri, memeluk buket mawar merah muda di tubuh bagian depannya, sementara tangan kanannya terlihat masih sibuk dengan ponsel, entah apa yang masih dia kerjakan disaat dia sendiri bilang jam kerjanya sudah selesai dari tadi sore.
"Janu." Panggilku membuat dia menegakkan kepala, senyumnya lah yang pertama kali aku lihat saat tatapannya tertuju padaku.
Sama seperti dua tahun lalu, saat umurku dua puluh lima tahun, Januarta Yaksa juga menyambut perkenalan kita dengan senyuman.
Aku yang memang saat itu sudah cukup putus asa akan cinta, tidak lagi berpikir untuk jatuh cinta pada siapapun lagi, patah hatiku sudah berlalu lima tahun dan aku memang sedang ingin fokus pada pekerjaan baru di kota yang baru juga.
Janu, laki-laki yang lebih tua dua tahun dariku itu bilang telah mengenalku lebih dulu saat dulu aku masih kuliah, dia kakak tingkatku tapi aku sendiri tidak mengenal dia, padahal Januarta Yaksa saat itu cukup terkenal di kalangan mahasiswa lain.
"Hai, sayang." Dia langsung memelukku dengan hangat, aku hanya diam berdiri dalam pelukannya tanpa ada niat membalasnya.
Tak lama Janu melepas pelukannya, "Udah lama?" Tanyaku basa-basi.
"Baru banget kok." Dia mengangsurkan bunga yang ia bawa untukku, kebiasaan manis yang selalu Janu lakukan adalah membawakan buket bunga di setiap pertemuan kita yang sangatlah jarang terjadi.
Aku menatap mawar merah muda yang kini sudah ada dalam pelukanku, aku tidak begitu suka mawar, aku lebih suka tulip, tapi Janu selalu saja memberiku mawar.
Laki-laki itu merangkul bahuku dan kita menuju mobilnya yang diparkir di depan kantor tempat aku bekerja. Januarta Yaksa tidak kurang satu apapun, dia sempurna, dia punya segalanya, kecuali satu, yaitu perasaan cinta yang tak bisa aku balas meski kita sudah menjalin hubungan hampir setahun ke belakang.
***
Pertengahan Semester Akhir Kelas Dua Belas,
Alea, 2017.Ujian Praktik selama satu minggu penuh, benar-benar membuat aku sangat lelah, setiap hari selalu pulang jam lima sore, belum lagi harus mempersiapkan bahan praktikum untuk hari selanjutnya, malamnya harus belajar untuk materi yang akan di ujikan. Stress banget rasanya. Untung aja aku bisa melewati satu minggu itu dengan baik, meski nggak tau bagaimana nanti dengan hasilnya.
Di hari terakhir ujian praktik Yosse tiba-tiba datang ke rumahku, aku sendiri masih nggak tau dia tau rumahku darimana, kok bisa-bisanya dia sudah berdiri di depan gerbang rumahku tanpa bilang apapun sebelumnya.
Aku menatapnya dari atas kepala hingga ujung kaki, kaos putih dibalut hoodie berwarna biru navy yang sejak awal aku tebak adalah warna kesukaannya karena hampir sebagian besar barang miliknya berwarna biru. Celana jeans dan sepatu converse melengkapi penampilan necisnya hari ini, tak lupa motor besar yang terparkir tak jauh dari tempat dia berdiri.
"Selamat sore, Tuan Putri Alea Anastasia." Sapanya dengan senyuman yang lebar.
Aku berdiri kaku di depan gerbang dengan tatapan bingung, mau ngapain dia ke rumahku?
"Tau rumah gue dari mana?" Tanyaku.
"Ada hal yang lebih penting daripada itu Alea."
"Terus mau ngapain ke rumah gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum Memulai
RomanceKTUBSM | Kita Telah Usai, Bahkan Sebelum Memulai Tuhan, jika boleh aku ingin jatuh cinta lagi, aku ingin merasakan perasaan suka dan senang bersama dengan orang lain, aku ingin dengan tenang menjalin hubungan baru, tanpa harus selalu terbayang akan...