Bab 2

14K 493 5
                                    

Satu minggu telah berlalu, kini di kediaman Almarhum pak Satrio, terlihat Faiz dan Ibunya tengah berbincang hangat di temani secangkir teh dan roti, mereka bercengkrama di balkon rumah.

"Haha.. Bunda bisa aja. Aku tuh ngak bisa diginiin.. Ckckck"
"Ah, apa sih kamu mah lebay.. Oh iya gimana keputusan kamu soal Karin" tanya bunda tiba-tiba.
Raut wajah Faiz berubah sendu "Bunda, aku setuju meski berat. Tapi aku yakin ini yang terbaik" jawabnya dengan senyum yang dipaksakan. 'Maaf, bun. Aku bohong, aku rela yang penting bunda bahagia' batin Faiz.
"Benarkah?? Alhamdulillah, iz. Makasih ya, nak" jawab sang bunda dengan binar mata bahagia.

Faiz mulai memikirkan cara yang masuk akal untuk memutuskan sang pacar--Annisa, agar ia tak mengangap dirinya seorang baj*****.

Faiz memutuskan untuk menemui Annisa nanti sore di sebuah restourant ternama di kotanya.

Faizal Aby W : Nis, nanti ketemuan di resto biasa ya jam 4 sore ada yang mau aku omongin.
Annisa Rahma : Oke, aby 😘😘

Faizal semakin merasa bingung dengan semuanya, Annisa masih seperti biasa mengangapnya kekasih namun sore nanti akan berubah.

Sore pun beranjak datang Faiz sudah sampai di restaurant memakai kaos polo berwarna abu-abu dengan celana jeans dan sneakers. Ia menunggu dengan cemas, membayangkan reaksi Annisa nantinya.

Lamunan Faiz dikagetkan dengan sepasang tangan yang menutup kedua matanya. "Hai" sapa Annisa sambil melepas tangannya yang menutup mata Faiz. Faiz hanya tersenyum masam.

"Kenapa? Kamu ada masalah? Wajahmu sendu.." tanya Annisa dengan menyatukan alisnya.
"Ngak, aku cuma mau ngomong serius sama kamu"
"Ngomong apa, sih? Pesen makan dan minum dulu ya??"
"Eh, boleh"

Setelah memesan makanan dan minuman Faiz memulai obrolan santainya dengan Annisa sampai Faiz menyampaikan maksudnya.
"...Nis, to the point aja ya.. Sorry sebelumnya.. Aku mau kita putus aja.."
"Apa--" teriak Annisa. "Kamu ngak usah becanda deh, iz. Maksud kamu apa? Aku punya salah sama kamu?" tanya Annisa.
"Bukan, ngak ada salah kamu sama aku. Ini tentang aku, aku akan menikah, nis. Secepatnya.."
"Apa, menikah?? Kamu bahkan baru aja lulus"
"Iya, aku tau. Tapi aku dijodohin, nis. Aku ngak bisa nolak bunda. Kamu tau sendiri kan.."
"Yah, aku tau iz. Tapi aku.. Bagaimana dengan aku, iz"
"Maafin, aku.."
"Baiklah, iz. Ngak papa demi bundamu. Seorang anak wajib hormat dan patuh sama ortu. Ngak papa.. Aku ikhlasin kamu. Tapi kalau dia ngak bisa buat kamu bahagia.. Aku selalu ada untukmu"
"Makasih, nis. Aku pulang dulu ya" jawab Faiz senang dan meninggalkan Annisa sendirian.

Annisa mulai meneteskan air mata. Semua yang ia katakan adalah kebohongan ia tak rela Faiz jadi milik Karin.

🍂🍂🍂

Karin tengah menonton berita di tv ketika sang Ayah baru pulang bekerja. Karin beranjak dari duduknya menyalami sang Ayah dan mengambilkan air di dapur.

"Ayah, udah makan? Aku tadi masak sambel terong kesukaan Ayah"
"Belum, kebetulan. Yaudah ayah ke dapur dulu mau makan.. Hehe"
"Oke, ayah. Makan yang banyak ya" seru Karin.

Ketika Karin masih fokus dengan tvnya terdengar suara pintu rumahnya yang diketuk dari luar..
Tok..tok..tok.
'Sepertinya ada tamu' batin Karin. Ia bergegas menuju kamarnya mengambil kerudung lalu memakainya sambil berjalan menuju pintu depan dan membukanya, ia melihat ada bu Laili dan anaknya Faiz di depan pintu rumahnya.

"Eh, bu Laili dan Faiz. Mari silahkan masuk.. Duduk dulu ya, bu, iz. Saya buatkan minum--"
"Eh, ngak usah karin. Ayah kamu ada?"
"Ada, bu. Saya pangilkan" jawab Karin lalu berjalan menuju dapur rumahnya.

"Yah, ada bu Laili sama Faiz di depan. Mau ketemu Ayah"
"Oh, iya bentar. Kamu buatin minum ya!"
"Iya"

Karin membawa 3 gelas teh di atas nampan dan membawanya menuju ruang tamu.

"Ini minumnya bu, Faiz. Diminum ya"
"Iya, terimakasih"

"Jadi, bagaimana? Pak edwin setuju?"
"Saya setuju selama Karin setuju, bu. Bagaimana dengan nak Faiz?" tanya Ayah dengan menatap Faiz.
"Saya setuju, pak"
"Baiklah, saya akan tanya sama Karin--"
"Tanya apa, yah? Karin ngak paham" potong Karin sambil menggelengkan kepalanya.
"Karin, maksud kedatangan bu Laili dan Faiz adalah untuk melamarmu, nak"
"Melamar?? Aku baru lulus yah. Faiz juga--"
"Nak Karin. Ibu ngerti tapi ini yang terbaik.. Ibu ingin kamu tinggal bersama ibu. Karena kamu tau kan ibu tinggal hanya bertiga, dan sebentar lagi berdua karena Faiz yang kuliah di Solo. Ibu kesepian, nak"
"Tapi, bu.. Ngak harus menikah dengan Faiz agar ibu tak kesepian, apalagi Faiz punya kekasih" lirih Karin sambil menunduk.
"Aku sudah putus dengannya Karin"
"Tapi, iz. Aku--"
"Apa, rin. Sebaiknya kita bicara berdua saja ya" potong Faiz sambil berjalan menuju dapur dengan di ikuti Karin di belakangnya.

"Demi orangtua kita, rin. Aku janji aku ngak akan nyentuh kamu sampai kamu siap meskipun kamu halal bagiku.. Demi ibuku, almarhum ayahku dan juga ayahmu, rin. Mau ya?? Aku janji aku ngak akan sakitin kamu"
"Aku butuh waktu, iz"
"Aku kasih kamu waktu 3 hari dari sekarang. Aku tunggu" jawab Faiz dengan berjalan meninggalkan Karin yang mulai menangis di dapur.

........To Be Continue........

Syukron katsira kawan-kawan.
Jangan lupa untuk Komentar, dan votenya ya..
Syukron🙏🙏🙏

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang