Bab 8

8.1K 376 4
                                    

Matahari tenggelam di barat tergantikan dengan cahaya bulan yang menyinari malam hari ini. Karin tengah memainkan ponselnya ketika speaker kereta api memberikan info bahwa kereta telah sampai di Stasiun Madiun. Karin mengucap syukur perjalanannya telah sampai. Segera ia mengirim pesan singkat kepada suaminya, dan menelpon Ayahnya agar segera menjemputnya di stasiun.

Karin keluar menuju ruang tunggu. Sesekali melihat ponselnya karena sang suami yang tak kunjung membaca pesan via WA yang telah ia kirim.

"Karin" panggil Ayahnya dari mobil Avanza putih yang ia kendarai. Karin bergegas bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki mobil.

"Assalamualaikum, yah" salam Karin sambil mencium punggung tangan Ayahnya.

Sang Ayah menjawab, "Waalaikumssalam, putriku. Bagaimana bahagia?" tanyanya dengan mengangkat sebelah alisnya menggoda Karin.

"Alhamdulillah, Ayah benar. Sekarang aku rindu dirinya" ucap Karin lirih dengan malu.
Yang dijawab dengan gelak tawa sang Ayah.

Dering ponsel Karin menghentikan tawa Pak Edwin. Karin segera mengecek ponselnya dan tersenyum ketika tahu yang menelphone dirinya adalah Faiz.

"Hallo, Assalamualaikum..."

"Waalaikumssalam. Udah sampai rumah?"

"Belum, mas. Ini masih di jalan"

"Dijemput siapa?"

"Dijemput Ayah"

"Ah, iya. Salam buat Ayah ya. Salam juga buat ibu dan adikku. Oh ya satu lagi. Aku rindu kamu" ucap Faiz diseberang sana.

"Iya, aku sampaikan nanti. Udah dulu ya, mas. Ini udah sampe depan nanti aku telpon lagi" akhiri Karin.

"Iya, assalamualaikum"

"Waalaikumssalam"

Karin turun dari mobil lalu memasuki rumahnya dan menuju kamar. Ia segera membersihkan diri dan melaksanakan sholat Isya dan tak lupa mengaji.

Ketika Karin masih mengaji terdengar ketukan pintu kamarnya
'Tok..tok..tok'
"Iya, masuk" jawab Karin setelah mengakhiri mengajinya.

Sesosok wanita matang memasuki kamarnya. Memeluk Karin erat, wanita tersebut adalah Bu Laili yang tak lain adalah ibu mertuanya. Karin membalas pelukan sang mertua dan tersenyum.

"Bagaimana, nak. Faiz tak menyusahkanmu kan?" tanyanya dengan wajah penasaran.

Senyum Karin mengembang dan berkata, "Tidak, bu. Dia justru memanjakanku"

"Syukurlah, nak. Ibu senang kalau dia bisa menjagamu" ucapnya lega.

"Ah, iya bu. Aku lupa ada salam dari mas Faiz. Oh iya, oleh-olehnya. Yuk bu kita buka" ucap Karin.

Kedua orang tersebut sibuk membuka semua oleh-oleh yg dibeli Karin dan Faiz di Bali untuk keluarga mereka. Sang Ibu mertua sangat bahagia menatap menantunya yang sangat antusias.

...

Waktu berlalu dengan cepat hari ini hari minggu hari dimana Karin harus menjalani masa PKKMB di Batalyon 463 Paskhas.

Pukul 12.00 ia sudah siap dengan pakaian Putih hitam dan hijab hitamnya menuju kampusnya dan berangkat ke Paskhas. Sebelum berangkat ke Paskhas ia dan teman-temannya mendapatkan arahan terlebih dahulu dari dosen dan Kakak Tingkat.

Mobil milik Paskhas mulai berdatangan lalu secara bergantian membawa para Maba tersebut menuju Batalyon.

Karin berada di Pleton 1 Kompi 1. Dimana ia dan teman-temannya mendapat giliran terakhir untuk diangkut menuju ke Batalyon.

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang