Bab 20

4.6K 237 21
                                    

Adzan subuh berkumandang saat Karin sedang mencuci beras di dapur sambil menanti sang suami membangunkan teman-temannya untuk pergi sholat subuh di masjid. Karin akan pulang ke Madiun hari ini, sebelum dirinya pulang ia sempatkan untuk memasak sarapan untuk ke tiga orang yang tinggal di sini. Karin menanak nasi sambil mengiris bawang putih dan merah serta cabai untuk bumbu oseng-oseng kangkung.

Harum bumbu yang ia tumis membuat Faiz yang sudah berwudhu berjalan menuju dapur untuk menghirup bau sedap tersebut. Karin yang sedang menumis kaget saat tangan Faiz memeluknya lembut, Karin hanya bisa tersenyum dan merona dengan perlakuan Faiz hingga seruan salah satu temannya membuat mereka mengakhiri kemesraan ini.

Waktu berjalan begitu cepat, jam menunjukkan pukul 09.00 pagi, Karin sedang menata barang bawaannya untuk ia bawa pulang ke Madiun hari ini. Keretanya akan berangkat pukul 13.00 nanti. Saat ia tengah menata oleh-oleh ke dalam tas, Faiz masuk ke dalam kamar dan memeluk lembut Karin, "Aku masih kangen kamu, jangan pulang ya" ucap Faiz

"Maaf, mas. Aku harus pulang besok ada kuliah yang penting. Inshaallah kalau ada libur lagi aku kesini ya" jawab Karin lembut yang hanya dijawab dengan deheman kecil oleh Faiz.

Faiz masih tak rela untuk kembali berjauhan dengan sang istri. Namun bagaimana lagi ia kuliah di Solo dan istrinya di Madiun.

"Iya, kamu kapan mulai PKL?" Tanya Faiz
"Inshaallah sebentar lagi, sem 5"
"Nanti PKL di Solo aja ya, biar bisa deket sama mas"
"Inshaallah, mas mau kan bantu cari tempatnya!"
"Iya, nanti mas bantu. Yaudah mas mau telpon ke Pak Adi dulu, kamu siap siap gih"
"Iya, mas"

Faiz pergi keluar kamar untuk menelepon orang kepercayaannya dalam menjalankan bisnis konveksinya di Blora. Sedangkan Karin melanjutkan menata barang bawaannya.

***
Suasana Stasiun kereta api Solo Jebres terlihat lenggang pada siang hari ini. Tadi usai mereka sholat dzuhur berjamaah dan makan siang bersama, Faiz mengendarai motornya membonceng sang istri menuju stasiun.

"Sayang, hati-hati ya di sana. Jangan lupa makan, istirahat juga. Dan titip Bunda sama Fauzi ya" ucapnya sambil mengusap lengan Karin lembut.
"Iya, mas. Mas juga jangan suka telat makan, jaga kesehatan. Karena kalau mas sakit ngak ada yang bisa jaga. Aku berdoa semoga Allah selalu menjaga mas" ucap Karin.

"Iya, terimakasih ya. Yaudah kereta kamu sudah datang. Ayo masuk"
"Iya, mas. Aku pamit ya. Assalamualaikum" ucap Karin sambil mencium tangan Faiz lembut dan sedikit lelehan air mata.
"Waalaikumsalam, sayang" jawab Faiz sambil mengusap lembut ujung kepala Karin dan mencium kening Karin lembut sebelum akhirnya Karin pergi masuk ke dalam stasiun.

Sedih, perasaan itu yang sering Faiz rasakan kala harus berjauhan dengan karin dan mengingat kepergian ayahnya. Namun juga senang karena ayahnya lah yang menjadikan ia sekarang seorang suami yang beruntung memiliki sosok istri seperti Karin. Istri yang penurut, baik, pintar, sholeh dan tak pernah macam-macam. Faiz bertekad untuk segera menyelesaikan kuliahnya 3,5 tahun saja pikirnya. Agar segera bisa berkumpul dengan istri tercinta.

Usai mengantar Karin ke stasiun Faiz menuju kampusnya untuk melakukan rapat rutin BEM bersama kawan-kawanya. Karena rapat kali ini begitu penting Faizpun memilih untuk mensilent Iphonenya agar tidak mengganggu jalannya rapat.

Diseberang sana Karin gelisah setengah mati karena setibanya ia dirumah sang bunda tidak ada, tetangga sebelah rumahnya memberi tahu bahwa sang Bunda dibawa ke rumah sakit karena tadi pingsan saat pulang dari arisan rt. Karin yang bingung harus bagaimana memutuskan untuk menelepon Faiz terlebih dahulu, namun hingga berulang kali ia coba telephon Faiz tak satupun yang berhasil terangkat. Ia menyerah dan memilih masuk ke kamar bundanya untuk membawa beberapa pakaian dan barang-barang lainnya.

Usai mengemas pakaian, karin segera mengendarai mobilnya menuju rumah sakit yang diaebutkan tetangganya tadi. Saking paniknya ia bahkan tidak menelephon ayahnya.

Setibanya Karin di Rumah sakit ia segera menuju kamar perawatan bunda yang ada di ruang VIP no 5. Saat masuk kedalam ruangan ia melihat Bundanya sedang duduk di atas kasur dengan tangan kanan tertusuk jarum infus dan adik iparnya Fauzi sedang tidur di kasur sebelah kasur bunda.

"Assalamualaikum" salam Karin
"Waalaikumsalam" ucap Bunda sambil tersenyum.
"Bunda kenapa? Karin khawatir"
"Bunda ngak papa, cuma kecapaian kata dokter tadi"
"Aku takut Bunda. Apalagi tadi Mas Faiz ditelphon ndak bisa-bisa"
"Sudah, Bunda sudah baikan. Kamu ngk usah hubungi Faiz. Jangan kasih tau dia, nanti dia malah pulang kesini. Biarkan saja ya" pinta bunda
"Tapi, bunda.." Karin belum selesai bicara saat telephonnya berbunyi.

"Dari mas Faiz, bun. Aku harus ngomong apa?" Tanya Karin
"Bilang saja apapun, tapi jangan soal bunda yang sakit ya"

"Iya" ucap Karin sambil menjawab
"Waalaikumsalam"
"........."
"Iya, mas. Maaf aku tadi bingung soalnya ada barangku yang tertinggal di kamar mas"
".........."
"Ah, iya ngk papa nanti aku beli lagi aja. Itu biar disana aja"
"........"
"Yaudah, mas. Aku tutup dulu ya. Aku capek nih"
".........."
"Iya, mas. Waalaikumsalam" salam Karin mengakhiri pembicaraan mereka di telephon.

"Bunda sudah makan?" Tanya Karin
"Sudah tadi jatah dari RS. Kamu pasti belum makan kan? Sana ke kantin. Bunda ngak papa kok. Sekalian nanti kamu beli buat Fauzi ya" pinta Bunda yang dijawab iya oleh Karin. Dan bergegas menuju kantin RS yang ada dibelakang.

Sepeninggal karin, Bunda yang duduk di kasur akhirnya memilih berbaring karena sudah capai duduk. Ia bersyukur memilik menantu seperti Karin, karena Karin adalah sosok anak yang baik dan istri yang patuh pada suami.

"Semoga kau segera memiliki momongan, putriku" ucap bunda lirih.

To Be Continue

***

Hallooo, assalamualaikum.wr.wb.
Maaf seribu maaf aku haturkan karena sudah amat sangat lama tidak update lagi. Ini karena kesibukan saya di organisasi dan kuliah. Inshaallah kedepan tidak akan ada lagi hal seperti ini.

Terimakasih untuk semua pengikut dan pembaca setia ceritaku. Komentar dan like kalian pada setiap cerita yang aku update sangat memberikan motivasi buat aku menyelesaikan cerita ini.

Sekali lagi terimakasih

Tunggu kelanjutan cerita Menikah Muda di Minggu depan.

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang