Bab 12

6.8K 285 5
                                    

Jam menunjukan pukul 20.00 saat Faiz, Karin, Bunda dan Fauzi selesai makan malam bersama di ruang makan yang disambung dengan obrolan ringan.

"Bunda, Karin pamit ke kamar dulu ya. Mau ambil hp" izin Karin yang disetujui oleh seluruh anggota keluarga kecilnya.

Sepeninggal Karin, Faiz dan Bundanya pindah tempat mengobrol di ruang keluarga sambil menonton tv. Obrolan mereka mencakup segala hal mulai dari kehidupan Faiz selama di Solo juga tentang bisnis Faiz di Blora yang kini sedang banyak orderan. Mengetahui hal tersebut sang Bunda memekik bahagia hingga Karin yang sedang menuruni tangga menuju lantai bawah hampir terjatuh karena teriakan Bunda. Karin duduk disamping Faiz dan mulai ikut masuk dalam obrolan ringan tersebut hingga waktu menunjukan pukul 21.15 malam obrolan tersebut selesai dan menyisakan Faiz dan Karin yang masih duduk berdua di ruang keluarga.

"Mas, aku tiduran di pangkuanmu ya" pinta Karin.
"Iya, sini" ucap Faiz sambil menepuk pahanya mempersilahkan Karin untuk merebahkan kepalanya disana. Karin pun merebahkan kepalanya di paha Faiz dan Faiz membelai lembut puncak kepala sang istri lalu memulai percakapan ringan sambil menonton sebuah drama di tv. Obrolan mereka berhenti ketika nafas Karin mulai teratur lembut dan Faiz menyadari bahwa lawan bicaranya telah tertidur. Faiz memutuskan untuk menggendong Karin ala bridal menuju kamar mereka di lantai 2.

Faiz mengendong Karin dengan penuh perjuangan karena ternyata Karin berat juga baginya. Namun ia tak menyerah hingga ia rebahkan sang istri dengan lembut di kasur empuk miliknya.

Usai mengendong sang istri Faiz turun kembali ke lantai bawah berniat mengambil minum di dapur namun ia urungkan saat Iphone Karin yang tertinggal diruang keluarga berdering dan menampilkan nomor asing di panggilan. Faiz yang penasaran pun mengangkatnya.

"Halloo.. Assalamualaikum"
"Waalaikumssalam, siapa ya" tanya Faiz.
"Ehm.. Saya Syamsul teman Karin. Karinnya ada?" ucap orang diseberang sana.
"Karin sudah tidur. Mau apa kamu" ucap Faiz tegas.
"Ah, hanya mau memberi tahu masalah lamaran saya dengan Aira"
"Besok saja telephon lagi. Assalamualaikum" putus Faiz sebal.

"Dasar cowok gagal move on. Udah tau Karin udah nikah masih aja di deketin. Lama-lama aku gibeng juga tu cowok" gerutu Faiz sambil berjalan menuju dapur untuk minum.
"Sampe kering ni tenggorokan gara-gara dia" ucap Faiz sebal.

Faiz berjalan menuju kamarnya saat Iphone miliknya bergetar menandakan ada pesan WA yang masuk.

Saat membaca pesan tersebut Faiz merasakan detak jantungnya berhenti. Seperti saat ia kehilangan ayahnya.
"Innalillahi wainnaillaihi rojiun" ucap Faiz sambil berjalan menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dimana sang istri telah tidur amat lelap. Faiz yang tak ingin mengganggu tidur wanitanya tersebut memilih mengambil pakaiannya di almari dengan amat pelan. Ia ambil baju koko warna hitam lalu ia pakai serta  celana hitam panjang dan tak lupa peci hitam miliknya. Ia letakkan Iphone milik Karin di atas nakas samping tempat tidur dan ia kecup puncak kepala Karin lembut sebelum ia beranjak pergi.
"Sayang, mas pergi melayat dulu ya. Kamu dirumah aja. Love you" ucapnya pada Karin yang tengah tertidur.

Faiz menuruni tangga rumahnya menuju kamar sang Bunda untuk meminta izin. Usai di izinkan sang Bunda Faiz mengeluarkan mobilnya dari garasi dan meluncur menuju rumah seseorang yang tengah berduka saat ini.

...
Disebuah rumah bertipe 72 yang telah terpasang tenda di depan rumah itu terlihat ramai oleh para pelayat yang hadir. Waktu menunjukan 22.00 saat Faiz tiba di kediaman tersebut. Para bapak-bapak masih terlihat duduk dan berbincang bincang disana. Faiz yang sering datang kemari disambut baik oleh salah satu bapak-bapak disana dimana ia adalah paman dari Annisa-mantan kekasihnya yang saat ini tengah berduka karena Ibunya telah dipanggil Sang Kuasa. Usai bersalaman dengan bapak-bapak yang ada di depan Faiz beranjak masuk ke dalam rumah. Mrngucapkaan salam pada seluruh orang yang hadir disana lalu menyalami mereka dan ia duduk di dekat pintu. Terlihat Annisa yang mengenakan pakaian putih dan hijab putih menangis sambil memeluk Ayahnya disamping jenazah Ibunya. Faiz merasakan kesedihan itu, ingin ia salurkan kekuatan itu kepada Annisa seperti saat Karin menasehati dan menyemangatinya dulu. Namun itu tak mungkin lagi. Ia sudah beristri dan Annisa bukan mahromnya.

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang