Bab 22

6.6K 276 40
                                    

Matahari keluar malu-malu bahkan saat jam sudah menunjukkan angka 09.00 pagi, dimana biasanya cahayanya sangat terang dan sedikit panas.

Karina, sedang mencuci pakaian kala itu meskipun sepertinya akan turun hujan, tapi Karina pikir hujan akan turun sore nanti. Makanya ia mencuci pakaiannya.

Sudah 2 hari Bunda pulang dari Rumah Sakit dan sampai hari ini Faiz belum juga tau soal masuknya Bunda di Rumah Sakit. Bunda mewanti-wanti Karin untuk tetap diam. Karin yang fokus dengan jemurannya kaget saat Bunda menghampiri Karin dan berkata, "Karin, ada tamu di bawah"
"Siapa, Bunda?"
"Sepertinya teman kamu"
"Ehmm, laki-laki apa perempuan Bunda"
"Ada laki-laki dan perempuan"
"Oh, yasudah. Karin turun dulu"
"Iya, cepat sana. Nanti biar Bunda buatkan minum"
"Ah,, iya. Terimakasih, Bunda"
"Sama-sama Sayang"

Karin menuju kamarnya menyambar kerudung lalu memakainya sambil berjalan menuruni tangga sendirian meninggalkan Bunda yang masih di lantai 2. Karin berjalan menuju ruang tamu, dimana kedua tamunya menunggu.

"Assalamualaikum" ucap Karin
"Waalaikumsalam" salam balik kedua tamunya.
"Masyaallah, Febri" ucap Karin bersemangat karena yang hadir adalah sahabat karibnya yang lama tinggal di jakarta.
"Karina, sahabatku" balas Febri sambil berdiri dan memeluk Karin lembut
"Apa kabarnya, feb. Duduk-dukuk"
"Alhamdulillah, baik. Kamu gimana?"
"Alhamdulillah baik juga. Ada gerangan apa nih kesini tanpa kabar-kabar dulu"
"Hehe, ini aku mau kasih undangan, sama sekalian seragam untuk kamu dan suamimu"
"Kamu, mau menikah? Masyaallah, akhirnya ya"
"Alhamdulillah, rin. Menyusul kamu meskipun ya, belum lulus kuliah"
"Alhamdulillah, hahaha. Kamu itu emangnya aku sudah lulus apa. Aku juga belum tau. Eh dari tadi masnya belum kenalan lho. Hehe" celetuk Karin sambil menatap laki-laki yang duduk agak berjauahan dari Febri sahabatnya.
"Oh, iya. Aku sampe lupa ngenalin. Ini calon suamiku, rin. Namanya Abimanyu. Mas dia sahabatku sejak kecil Namanya Karina"
"Karina" ucap Karin sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Abimanyu" balas laki-laki tersebut.

"Permisi" ucap Bunda sambil membawa nampan berisi tiga gelas minuman dingin. Febri dan Abi langsung berdiri usai Bunda menaruh nampan di atas meja, lalu menyalami Bunda Karin.

"Oh, iya rin. Suami kamu masih di Solo?"
"Masih lah. Kan kuliahnya disana"
"Oh, iya ya. Kurang berapa tahun lagi?"
"Inshaallah 3 tahun lagi. Doakan ya biar segera bisa berkumpul"
"Aamiin, aku selalu doakan kamu"
"Makasih, banyak. Oh ya diminum minumannya, maaf cuma ada itu"
"Ah, ngak papa. Sudah lebih dari cukup"
"Alhamdulillah"
"Yasudah, rin. Kami pamit ya. Belum mengantar undangan ke lainnya lagi. Kamu harus dateng ya. Pakai seragam dari aku, harus dateng sama suami kamu ya. Oke"
"Inshaallah ya"
"Iya, yasudah aku pulang dulu. Salam untuk Bundamu ya. Assalamulaikum" ucap Febri sambil menyalami Karin.
"Assalamualaikum" salam Abimanyu
"Waalaikumsalam" ucap Karin.

Sepeninggal Febri dan Abimanyu, Karin melanjutkan mencuci bajunya, hingga suara  dering ponselnya menghentikan aktifitasnya.

"Hallo, Assalamualaikum mas"
"Waalaikumsalam. Lagi apa sayang kok di lantai atas"
"Lagi nyuci baju"
"Kenapa ngak di Laundry aja sih. Kamu kan capek"
"Ngak papa mas. Ini sedikit kok"
"Oh, yaudah. Kalau kamu ngak capek. Udah selesai belum?"
"Hehe, belum mas. Soalnya tadi ada tamu"
"Siapa tamunya?"
"Temanku......" Ucap karin panjang lebar menceritakan tentang Febri dan calon suaminya.

Usai bercerita Karin melanjutkan kembali menyuci hingga selesai dengan ditemani suara Faiz yang bercerita banyak soal kegiatannya kemaren. Hingga adzan dzuhur menghentikan video call pasangan suami istri ini.
...

Faiz, beranjak dari kasur empuknya menuju kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Ia dan Adam yang kebetulan hari ini kosong tidak ada jam kuliah pergi berjalan kaki menuju masjid dekat rumah kontrakan mereka untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Di ceramah pada sholat dzuhur kali ini adalah the power of dua atau yang biasa disebut dengan kekuatan doa. Faiz mendengarkan ceramah itu dengan sangat antusias. Karna ia selalu berdoa agar Allah mengabulkan doa-doanya.

"Ayo, iz" ajak Adam setelah mereka berdua selesai bersalaman dengan seluruh jamaah sholat dhuhur hari ini. Adam sedikit heran dengan perilaku Faiz hari ini, karena ia sedikit aneh.
"Kamu kenapa sih, iz. Kok aneh"
"Aneh kenapa?"
"Dari tadi senyam senyum sendiri. Kesambet ya"
"Ngawur aja kalau ngomong. Aku tu seneng soalnya. Surprise untuk istriku sudah siap. Besok jumat aku pulang ke Madiun. Hari minggu sore baru balik"
"Oh, jadi gitu. Jadi kamu kasih dia hadiah apa"
"Tiket ke Singapura sama aku. Bulan Januari nanti"
"Wah, enaknya. Ntar oleh-oleh ya."
"Pastilah, oleh-oleh buat kamu sama Syafiq pasti aku beli pertama"
"Jangan lupa- oleh-olenhnya keponakan lucu"
"Aamiin, doanya ya. Tapi aku kasih Karin kalau dia hamil saat masih kuliah gini"
"Ya, inshaallah kalau dia kuat pasti bisa"
"Aamiin, yang terbaik ajalah. Sedikasihnya sama Allah"
"Iya, yaudah yuk masuk" ucap Adam karena ternyata mereka sudah sampai di depan rumah.

Syafiq yang sudah pulang, sedang memindahkan makanan yang ia beli ke piring saat Faiz menuju dapur untuk minum.
"Wihh, beli apa nih" tanya Faiz sambil melihat-lihat meja makan yang penub dengan makanan di piring.
"Ini, aku beli sayur asem sama lauk. Kamu sama Adam belum makan kan?"
"Hehe belum. Tau aja" jawab Faiz sambil mencomot tahu isi.
"Yaudah, kamu panggil Adam gih, iz. Kita makan bareng-bareng"
"Siap, pakbos" ucap Faiz sambil berbalik menuju kamar Adam.

"Dam, makan yok. Udah dibeliin makanan sama Syafiq"
"Iya, iz. Bentar ya"
"Oke, aku tunggu di meja makan"
"Siap, boskue"

Seperti itulah kegiatan mereka sehari-hari. Bergantian membeli makanan dan saling mengingatkan satu sama lainnya. Mereka berjanji untuk selalu memberi perhatian satu sama lain.

...

Di rumah Karin yang usai makan siang bersama Bunda sedang istirahat di kamar saat tiba-tiba ia merasa mual dan akhirnya memuntahkan seluruh makanan yang ada diperutnya.

Karin merasa lemas dan hampir pingsan, untung Bunda masuk ke kamar Karin saat Karin muntah-muntah. Bunda yang panik meminta tolong tetangga sebelah rumahnya untuk mengangkat Karin ke kasurnya.

Karin yang terbaring lemah di kasur hanya bisa diam saat dokter keluarga yang di panggil Bunda memeriksanya.

"Keluhannya selain mual dan muntah? Pusing juga kah?"
"Iya, dok. Pusing juga. Pusingnya sih dari kemaren tapi ngak sampe kayak gini. Kalau mual muntahnya baru aja. Pas habis makan siang tadi"
"Oh, gitu. Mungkin hanya kecapaian atau enggak ada alergi?"
"Saya ngak ada arlegi makanan tertentu sih dok"
"Baiklah kalau begitu saya beri vitamin dan obat mual saja ya"
"Iya, dok. Terimakasih"
"Sama-sama. Kalau gitu saya pamit dulu ya"
"Iya" jawab Karin sambil memejamkan mata untuk beristirahat lagi.

Bunda masih bersama dokter, dokter berkata untuk menjaga pola makan Karin dan agar karin tidak mudah kelelahan. Bundapun menganggukkan kepala, sambil menerima obat dan vitamin untuk Karin.

Bunda masuk ke kamar Karin sambil membawa segelas minum air putih untuk Karin jika ia sudah bangun nanti. Bunda mengusap lembur puncak kepala menantunya, berharap sang menantu cepat sembuh.

...
Faiz, yang sedang tiduran di kasur berniat menelepon Bundanya saat justru sang Bunda teelebih dahulu menelephonenya.

"Assalamualiakum, bunda"
"Waalaikumsalam, le. Faiz, kapan pualng?"
"Inshaalah minggu dwpan. Kenapa?"
"Istrimu sakit iz"
"Ha, karin sakit? Tadikan masih VC an sama Faiz ngak apa-apa tuh"
"Tadi habis makan siang, dia muntah-muntah"
"Muntah-muntah? Banyak bun? Terus menerus ngak"
"Alhamdulillah, enggak. Dia tidur sekarang. Tadi Karin sudah diperiksa, kata dokter dia hanya kecapaian"
"Alhamdulillah, kalau gitu. Bunda sehat kan?"
"Bunda sehat, iz. Kamu segera pulang ya. Kasian istrimu"
"Iya, Bunda. Yasudah, ya bun. Nanti biar Faiz telepon Karin"
"Iya, kamu baik-baik disana ya"
"Iya, Bunda. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Usai percakapan via telephone dengan Bunda Faiz mulai mengirimkan pesan WA ke nomor istrinya. Menanyakan kabarnya, tapi belum kunjung dibalas. Hingga Faiz sadar bahwa istrinya pasti sedang istirahat.

Sambil memainkan ponselnya Faiz melihat jadwalnya sekali lagi apakah ia bisa pulang cepat atau tidak agar segera bertemu dengan istrinya.

... TBC

Hallo, Assalamualaikum.
Selamat malam, semua.
Alhamdulillah, aku bisa update lagi. hehehe
Jangan lupa untuk Like, Comment, dan Share ya. 😂😂

Love you All😍😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang