“Min Soo!” pekik seseorang dari luar kamar Min Soo. “Min Soo!” serunya lagi sambil membuka pintu kamar Min Soo. Sementara itu, Min Soo justru semakin menaikkan selimutnya sampai dagunya. Melihat itu, Kim Sun menggelengkan kepalanya sembari berkata, “Oh, itu tidak bisa, Nona! Hari ini hari libur dan kita harus memanfaatkannya bersama!” serunya sambil berjalan mendekati ranjang Min Soo. Namun Min Soo masih tak kunjung membuka matanya, padahal sayup-sayup dia mendengar Kim Sun berseru dari tadi.
“Bangun, Min Soo! Aku tidak akan membiarkanmu ditelan selimut tebalmu ini!” seru Kim Sun sambil mengguncang badan Min Soo dan menarik selimutnya dengan paksa. “Ayo, bangun!” serunya lagi dengan paksa. Min Soo hanya melenguh dan bergumam tak jelas. Namun matanya masih belum terbuka. “Ayolah, Min Soo!”
“Hmmm… kenapa menggangguku? Ini masih terlalu pagi,” ucap Min Soo dengan suara khas bangun tidurnya dan mata masih belum mau terbuka.
“Terlalu pagi katamu? Hei, ini sudah jam 10 pagi, Nona!” seru Kim Sun tak percaya.
Mendengar itu, sontak Min Soo langsung membuka matanya lebar dan terbangun duduk di ranjangnya. “Apa kau bilang? Jam berapa sekarang?” tanyanya sedikit panik.
Kim Sun menghela napasnya sedikit kasar. “Ini sudah jam 10 pagi, Nona. Dan mungkin sudah lebih dari itu,” timpalnya dengan nada gemas.“Oh, tidak! Aku lupa menonton drama kesukaanku pagi tadi!” seru Min Soo yang tiba-tiba menjadi sedih sekaligus panik. “Ah, kenapa tidak ada yang membangunkanku dari tadi, sih,” erangnya.
Kim Sun menatap Min Soo tak percaya. “Jangan salahkan kami semua, Min Soo. Ibumu bilang, kamu sudah dibangunkan dari tadi jam 4 pagi, tapi kamu tetap tidak mau bergerak,” jelasnya. “Oke, berhubung kamu sudah berhasil dibangunkan, sekarang cepat mandi!” seru Kim Sun.
Min Soo mendongak menatap Kim Sun yang tengah memandanginya dengan mata sedikit melotot dan kedua tangan di pinggangnya, persis seperti ibu-ibu pemarah di drama yang ia tonton. “Iya, Nyonya. Iya!” seru Min Soo malas sembari beranjak dari kasurnya. Kemudian, ia menuju kamar mandi dengan langkah gontainya setelah mengambil handuk dan baju ganti.
***
Hari ini sekolah libur dan Min Soo menggunakan waktunya untuk bermain seharian bersama Kim Sun. Ralat, sebenarnya Kim Sun yang mengajak dan Min Soo tinggal mengikutinya kemana saja dan menikmatinya. Seperti sekarang ini, mereka sudah ada di lobby bioskop setelah selesai menonton film yang sudah mereka incar dari minggu lalu.
“Sebentar, Min Soo. Aku ke toilet dulu,” ucap Kim Sun tiba-tiba. Belum Min Soo menjawab, Kim Sun sudah langsung pergi dengan sedikit tergesa-gesa.
Cukup 5 menit Kim Sun gunakan waktunya untuk di dalam toilet. Setelah itu ia langsung keluar karena akan makan malam bersama Min Soo. Tapi, baru saja beberapa langkah ia berjalan keluar, tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang datang entah darimana berlari kencang dan merampas tas yang dibawa Kim Sun. Tentu saja Kim Sun terkejut setengah mati dan juga panik.
“Hei! Berhenti!” pekik Kim Sun sambil mengejar.
Kim Sun berhenti berlari. Tapi itu bukan karena menyerah. Itu karena ia melihat laki-laki perampok tadi dijegal kakinya oleh seorang laki-laki hingga jatuh terkapar. Kim Sun cukup terkejut karena pria yang menjegal itu adalah Alan. Kim Sun pun langsung berlari menghampiri mereka.
“Haish, dasar perampok! Kalau mau merampok lihat tempatnya dulu!” gerutu Alan pada perampok itu sambil merampas kembali tas dari perampok tadi. Setelah itu, perampok itu langsung berdiri dan kabur dari sana. “Ini,” ucapnya sambil menyerahkan tas tadi pada Kim Sun.
“Terima kasih, Alan,” ucap Kim Sun.
“Ya, sama-sama,” timpal Alan. “Lain kali berhati-hatilah. Apa kau datang kesini sendiri?” tanya Alan.
“Tidak. Aku datang bersama Min Soo.”
***
“Ya, Sayang. Iya, aku tahu, maafkan aku. Lain kali aku tidak akan mengacuhkanmu lagi.” Tubuh Min Soo terasa merinding sendiri saat ia tak sengaja mendengar seorang perempuan berbicara pada seseorang lewat ponselnya dengan suara yang sangat manja. Tapi, di lain sisi ia seperti merasa suara itu terasa sedikit familiar di telinganya. Akhirnya, karena tingkat penasarannya yang sangat tinggi, ia pun langsung menoleh kearah samping, tempat wanita itu berada.
“Lee Shin Hwa?” ucap Min Soo tanpa sadar tepat saat ia melihat siapa wajah perempuan tadi. Ia tak menduga akan bertemu dengan Shin Hwa disini. Dia adalah kekasih Alan dan itu berarti kemungkinan dia datang kesini bersama Alan. Tapi siapa yang tadi sedang ia telpon? Batin Min Soo bersuara.
Shin Hwa yang mendengar namanya disebut langsung menoleh ke sumber suara. “Oh, kau Min Soo, bukan? Perempuan yang waktu itu?” ucap Shin Hwa yang langsung mematikan ponselnya setelah terkejut mendapati ternyata Min Soo yang memanggilnya.
Ya, ya, ya. Aku perempuan yang waktu itu mengganggu kekasihmu. Tebakanmu benar. “Ya, aku… perempuan yang waktu itu, Min Soo,” timpal Min Soo setelah batinnya menggerutu. Min Soo hanya bisa tersenyum kecut saat mengingat kejadian itu.
“Apa kau datang kesini sendiri?” tanya Shin Hwa berbasa-basi.
“Aku datang kesini bersama dengan temanku, Kim Sun. Bagaimana denganmu?” timpal Min Soo.
“Aku datang dengan Alan pastinya,” timpal Shin Hwa dengan bangganya.
Itu berarti aku harus cepat-cepat pergi, karena aku tidak mau bertemu dengan laki-laki egois itu sekarang. “Ah, aku minta maaf kalau mengganggumu yang sedang bertelpon. Bibirku tidak sengaja memanggilmu,” ucap Min Soo kemudian. Setengah dari dirinya memang merasa bersalah–mungkin–dan setengah dirinya yang lain juga penasaran siapa yang ia telpon tadi, karena sepertinya ia bicara pada kekasihnya. Tapi, tadi dia bilang dia datang dengan Alan. Bukankah Alan kekasihnya?
“Tidak apa. Kau tidak perlu minta maaf. Dia hanya kekasihku.”
Apa? Apa katanya barusan? Siapa kekasihnya? Orang yang tadi ditelpon Shin Hwa? “A-apa? Tapi bukankah–“
“Alan? Yah, dia memang kekasihku. Aku tidak punya pilihan lain selain berpacaran dengannya. Itu salahnya karena dia laki-laki tampan dari Amerika yang selalu dipuji sana sini. Tapi aku juga butuh kekasih yang berjabatan lebih dari Alan,” ucap Shin Hwa dengan ringannya menyela Min Soo yang tengah dilanda kebingungan.
Apa? Oh, jadi ini sifat asli diva sekolah, Lee Shin Hwa? Min Soo tentu saja terkejut dengan itu. Shin Hwa telah mempermainkan hati dua laki-laki sekaligus dan Min Soo yakin Alan sangat bodoh untuk menyadarinya. Namun, sisi kemanusiaan Min Soo yang lain merasa sedikit iba pada Alan.
“Apa katamu?” tanya Min Soo tak percaya dengan nada sedikit geram.
“Hah, kau tidak perlu geram seperti itu, Min Soo. Lagipula Alan juga laki-laki yang polos. Karena itulah hubunganku yang lain tidak tertangkap basah olehnya,” timpal Shin Hwa lagi-lagi dengan bangganya. Sementara itu, Min Soo sudah mengepalkan kedua telapak tangannya menahan amarahnya.
“Apa kau sadar akan apa yang kau perbuat? Apa kau tidak sadar kau telah melukai perasaan mereka? Apa kau tidak sadar kau telah mempermainkan perasaan mereka?” tanya Min Soo geram.
“Aku tidak peduli karena aku tidak merasa bersalah menjalani dua hubungan sekaligus,” timpal Shin Hwa sembari mengendikkan bahunya acuh tak acuh. “Lagipula, dia tahu kalau aku berpacaran dengan Alan,” lanjutnya lagi dengan nada cuek.
Entah kenapa, itu membuat Min Soo semakin kesal. “Kau–“
“Hei, kalian!” Tiba-tiba seorang laki-laki berseru dari belakang Min Soo, menyela pembicaraan keduanya. Otomatis, Min Soo langsung menoleh dan mendapati Alan berdiri disana dengan Kim Sun yang ada di samping kanan Alan dengan tatapan yang tak terbaca.
“Alan! Kau sudah kembali rupanya!” seru Shin Hwa girang sambil berlari kecil pada Alan dan menggandeng lengan kiri Alan. Sementara itu, Min Soo hanya menatap jijik mereka seolah-olah ia tak percaya atas apa yang ia lihat barusan dan menatap Alan dalam-dalam dari jauh.
Dia memang laki-laki yang polos rupanya. Dia sangat mudah ditipu oleh rubah seperti Shin Hwa. Rupanya kau bodoh sekali, Alan. Batin Min Soo mengasihani Alan.
“Hei, kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Alan pada Min Soo dengan tatapan anehnya.
“Ayo, Kim Sun. Kita pergi!” ucap Min Soo kemudian sambil menarik paksa–lebih tepatnya menyeret–lengan Kim Sun dan langsung menghilang dari sana. Sementara Alan justru semakin menatap kepergian Min Soo dengan tatapan tak terbacanya dan tak menanggapi ocehan manja dari Shin Hwa.
------------------------------------------Holaaaa...
Jujur, maaf bnget yaa daritadi cuma aku hapus terus di publish lagi, hapus lagi publish lagi... wifi sudah mulai sekarat, masalahnya😢 Jadi, bacaannya keluarnya error dehh😬
So, mudah2an aja, setelah ini tidak ada kendala lagi 😄 Jangan lupa tinggalkan jejak kalian😄
HAPPY READING
![](https://img.wattpad.com/cover/110972873-288-k116660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eight: My Lucky Number
Romance(COMPLETED) - K-FICTION ROMANCE Ini bukan hanya sekedar cerita tentang seseorang dengan profesi sampingannya sebagai seorang pemain baseball, ini lebih dari itu. Bae Min Soo, perempuan kecil yang sudah tumbuh besar menjadi remaja. Cantik? Iya, tapi...