“Apa dia menyatakan perasaannya padaku? Apa dia memintaku jadi kekasihnya? Apa dia menembakku?” Pertanyaan-pertanyaan itu selalu digumamkan Min Soo sejak dia sudah sampai di rumah tadi dan selalu saja ia ucapkan tanpa sadar disetiap kali ia melakukan kegiatan biasanya. Bahkan saat ia mau tidur sekarang.
“Tapi bukankah itu semua sama saja dan berujung pada… cinta?” gumamnya lagi di atas kasurnya. Entah kenapa otaknya tak mau bekerja secara baik hari ini. Ia selalu saja memikirkannya, tapi tidak tahu jawabannya.
Karena kegundahan hatinya semakin menjadi, iapun tak punya pilihan lain selain menghubungi Kim Sun. Setelah terdengar suara sapaan Kim Sun, Min Soo langsung berseru, “Min Soo, bantu aku!”
“Ada apa?” tanya Kim Sun penasaran.
“Aku….” Argh! Bagaimana mengatakannya pada Min Soo? Apa berkata jujur saja? “Sepertinya Lee Hwan menembakku!” seru Min Soo kemudian dengan sekali tarik napasnya.
“Apa? Lalu, sekarang dimana kau? Rumah sakit mana? Kamar berapa? Aku akan langsung kesana!” pekik Kim Sun histeris dari seberang. Sementara Min Soo memutar kedua bola matanya jengah karena Kim Sun salah tangkap.
“Bukan itu!” seru Min Soo. “Maksudku… sepertinya Lee Hwan mengajakku menjadi pacarnya?” ucap Min Soo penuh dengan keraguan.
“Oh, Ya Tuhan! Kukira dia menembakmu dengan pistol,” ucap Kim Sun diiringi dengan bernapas lega. “Tapi, apa maksudmu dengan ‘sepertinya’? Siapa yang tidak yakin? Kau atau dia?” tanya Kim Sun heran.
“Argh! Aku tidak tahu!” seru Min Soo frustasi.
“Apa maksudmu dengan kamu tidak tahu? Memangnya dia berkata apa?” tanya Kim Sun menuntut.
“Dia… dia berkata kalau dia ingin melangkah ke satu tahap berikutnya, daripada menjadi teman,” timpal Min Soo lirih setelah mengatur napasnya.
“Dasar! Sudah aku bilang untuk lebih memahami kata-kata romantis, kan? Sekarang apa? Lee Hwan memintamu menjadi pacarnya dengan kalimat lain, kau justru kebingungan sendiri,” ucap Kim Sun menyalahkan Min Soo.
“Argh, jadi bagaimana ini? Aku harus menjawab apa?” tanya Min Soo lagi dengan sedikit panik sembari menggigit kuku ibu jarinya, kebiasaannya saat ia sedang panik.
“Kenapa kau justru bertanya padaku? Jawablah apa yang kau rasakan pada Lee Hwan!” seru Kim Sun gemas.
“Apa yang kurasakan pada Lee Hwan?”
***
“Apa aku terlalu cepat? Apa tadi kata-kataku benar? Apa seharusnya aku langsung berkata kalau aku mencintainya? Kira-kira apa jawabannya? Bagaimana kalau dia tidak memiliki perasaan padaku?” gumam Lee Hwan menyuarakan semua pertanyaan yang mengganjal di otaknya.
“Lee Hwan,” panggil Min Soo lirih. “Aku... aku–““Kau tidak harus menjawabnya sekarang!” seru Lee Hwan dengan satu kali tarikan nafas menyela Min Soo yang hanya menatapnya bingung. “Aku akan memberikanmu waktu berpikir.”
Tiba-tiba saja otak Lee Hwan memutar kembali kejadian tadi setelah Lee Hwan yang secara tidak langsung menyatakan perasaannya. “Argh! Bagaimana kalau dia tidak membalasku?!” seru Lee Hwan frustasi.
Lee Hwan beranjak dari kasurnya dan berjalan mondar-mandir dengan gusar. Beberapa kali ia melihat ponselnya berniat untuk mengirimi Min Soo pesan, tapi beberapa kali juga ia tak jadi mengirim pesan itu. Melihat layarnya, kemudian berpaling, melihat, kemudian berpaling. Lee Hwan melakukannya hampir 6 kali.
“Argh!” gerutu Lee Hwan frustasi sambil menjambak rambut hitam legamnya dan duduk di tepi ranjang dengan perasaan gelisah. “Aku akan mencari cara!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Eight: My Lucky Number
Romansa(COMPLETED) - K-FICTION ROMANCE Ini bukan hanya sekedar cerita tentang seseorang dengan profesi sampingannya sebagai seorang pemain baseball, ini lebih dari itu. Bae Min Soo, perempuan kecil yang sudah tumbuh besar menjadi remaja. Cantik? Iya, tapi...