[PART 20]

81 10 1
                                        

Sudah dua hari ini Lee Hwan tidak masuk sekolah dan Min Soo seakan-akan tidak peduli dengan semua itu. Ia hanya melakukan semua kegiatannya seperti hari-hari biasa sebelum Lee Hwan mengusik hidupnya. Walaupun sudah beberapa kali hatinya memberontak, berteriak mengatakan kalau Lee Hwan adalah teman masa kecilnya yang selama ini ia sayang, tapi Min Soo tetap tak bisa menerimanya. Ia terlanjur sakit hati.

"Min Soo," panggil Kim Sun pelan dan Min Soo menoleh. "Apa kau benar-benar tak mau menerima pesan dari Lee Hwan ini?" tanya Kim Sun sambil memperlihatkan sebuah suarat beramplop merah yang sudah dua hari ini Min Soo tolak untuk membacanya.

Min Soo menatap lekat-lekat surat itu. Sebelum Lee Hwan tidak masuk sekolah, ia memberikan surat itu pada Kim Sun untuk diberikan pada Min Soo. Sebenarnya, Kim Sun sudah langsung memberikannya pada Min Soo. Tapi Min Soo benar-benar tidak mau menerimanya.

"Baiklah, aku akan membawanya saja," ucap Min Soo kemudian sambil menyambar surat itu dari Kim Sun. Dalam hati, ia memang penasaran isi surat itu. Tapi ia juga ragu.

"Min Soo, apa kau sudah tahu?" tanya Kim Sun lagi.

"Tentang apa lagi? Ada anak pindahan lagi?" tanya Min Soo jengah.

"Dengarkan dulu!" seru Kim Sun.

"Kudengar, Shin Hwa pindah sekolah!" serunya lagi dengan suara setengah berbisik agar teman-teman disekitarnya tidak mendengarnya.

"Kau harus berhenti mendengarkan gosip, Kim Sun."

"Ini bukan gosip! Ini nyata!" seru Kim Sun tak terima. Sementara Min Soo hanya diam menatap Kim Sun dalam-dalam dan tak menemukan gurauan ataupun kebohongan disana. "Entah apa penyebabnya, tapi tiba-tiba saja kemarin dia sudah pergi dari Seoul," lanjut Kim Sun.

"Kemana dia pergi?" tanya Min Soo penasaran. Sementara Kim Sun hanya menjawabnya dengan mengendikkan bahu.

"Min Soo!" Tiba-tiba Nana berseru dari kejauhan dan mendekati Min Soo sembari membawa bekal makanan berwarna pink. "Kau mau satu?" tawar Nana dengan senyum lebarnya setelah membuka bekal makanannya yang berisi tempura. Sementara itu, Min Soo dan Kim Sun justru dibuat bingung dengan sikap Nana yang tidak seperti biasanya. "Aku anggap itu jawaban iya," ucap Nana lagi dengan ceria sembari menaruh tempura yang sudah dilapisi tisu di meja Min Soo. "Ah, ini untukmu juga, Kim Sun," ucapnya lagi dan kemudian pergi dari sana untuk berkumpul lagi bersama teman-teman satu gengnya.

"Kurasa... ada setan yang menyukainya," ucap Kim Sun pada Min Soo, namun belum mengalihkan pandangannya dari Nana.

"Ya, kurasa kali ini aku percaya padamu," timpal Min Soo setuju.

***

Sementara itu, di Amerika. Suasana di ruang latihan tim Lee Hwan terasa mencekam. Semua anggota tim Lee Hwan diam seribu kata, begitu pula ayah asuh Lee Hwan.

"Give me one strong reason, Alan," ucap Mr. Wyne pada Lee Hwan. Walaupun Mr. Wyne dan anggota timnya sudah tahu nama asli Alan adalah Lee Hwan, mereka tetap memanggil Lee Hwan dengan nama Alan, karena itu memang sudah panggilan akrabnya di Amerika.

"Kenapa kau berhenti disaat kita sudah menuju final, hm?" tanya Mr. Wyne.

Lee Hwan diam seribu kata. Sebenarnya, ia juga tidak tahu kenapa dirinya menjadi seperti ini setelah Min Soo mengacuhkannya. Sehari sebelum Lee Hwan tidak masuk sekolah, ia dikabari ayahnya untuk segera berangkat ke Amerika untuk pertandingan yang akan diadakan 2 hari setelah ini. Tapi, saat tiba di Amerika, Lee Hwan justru mengumpulkan semua anggota timnya dan berkata kalau ia ingin berhenti dulu dari dunia baseball.

"Alan, kita sudah mencapai final. Dan kau tahu pertandingan ini sangat berarti untuk kita," ucap salah seorang anggota tim Lee Hwan yang bernama J.

"Setidaknya, kalau kau punya masalah pribadi, jangan bawa-bawa itu kesini. Selesaikan dulu masalahmu dengan baik-baik. Kalau kau begini, tim akan kena imbasnya juga!" seru J.

Lee Hwan terdiam. Apa yang dikatakan J memang benar. Walaupun seberapa sakitnya dia karena Min Soo mengabaikannya, bukan berarti dia harus mengabaikan timnya. Pasti ada jalan keluar lainnya. Lagipula Lee Hwan sudah mengirim pesan pada Min Soo yang entah akan dibaca atau tidak. Lee Hwan juga sadar kalau kemungkinan surat itu dibaca sangatlah kecil.

***

Min Soo merenung dengan tiduran di atas ranjang kasur kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mengelana kesana kemari entah kemana. Detik kemudian, Min Soo bangun dan duduk termangu di tepi kasurnya. Lalu, ia mengambil tasnya. Ia rogoh isi tasnya dan mengambil surat yang diberi Alan. Ia menatap sejenak surat itu. Awalnya, ada keraguan. Tapi, Min Soo berpikir. Kalau terlalu banyak keraguan di dalam dirinya, bagaimana rasa yang mengganjal di dadanya akan terjawab?

Min Soo pun merobek amplop surat itu dan kemudian mengambil secarik kertas berwarna putih. Kemudian, ia membaca isi surat itu perlahan.

Untuk Min Soo,

Kalau kau sudah membaca pesan ini, berarti aku sudah berangkat ke Amerika. Aku tidak pergi lama. Aku hanya pergi beberapa hari untuk pertandinganku. Tapi sebenarnya aku tidak tahu akan menyelesaikan pertandinganku besok atau tidak. Aku juga tidak tahu akan mengambil tindakan apa disana, akan kembali atau tidak.

Aku tahu kau pasti membenciku setelah mendengarku mengatakan itu padamu. Aku tahu bagaimana perasaannya. Kalau aku jadi kau, aku pun juga akan marah sepertimu. Tapi percayalah, Min Soo. Itu hanyalah masa lalu. Dulu aku memang kesal padamu. Tapi seiring berjalannya waktu, semuanya kini berubah. Kita menjadi lebih dekat dari sebelumnya, dan aku bersyukur karena itu. Aku bersyukur karena akulah temanmu, teman masa kecilmu, temanmu yang selama-lamanya menjadi kesayanganmu.

Maafkan aku, Min Soo. Aku sangat menyesal telah melukai hatimu. Aku merasa bodoh. Aku salah. Seharusnya aku mengatakan ini langsung padamu, tapi kau selalu menolak menemuiku. Jadi, aku tidak punya pilihan lain.

Ketahuilah, Min Soo. Entah sejak kapan aku menyadarinya, aku sudah menyimpan hati padamu. Aku suka padamu. Aku ingin mengungkapkannya saat kita bertemu waktu itu, tapi justru kau mendengarkan sesuatu yang buruk dari Shin Hwa. Aku tidak menyalahkanmu atau Shin Hwa. Itu semua salahku. Aku terima itu.

Min Soo, aku tidak menaruh harapan lebih padamu. Aku tahu rasa sakit hati tidak akan sembuh cepat dengan sendirinya. Aku juga tak bisa memaksamu untuk membalas perasaanku. Aku hanya ingin mengatakannya sebelum semua terlambat.

Aku mencintaimu, Min Soo. Teman semasa kecilku, temanku selamanya, teman hidupku.

Temanmu dan akan menjadi pendampingmu,

Lee Hwan


Tak terasa, Min Soo meneteskan air matanya. Lee Hwan pergi ke Amerika dan ia baru mengetahuinya sekarang. Setelah membaca surat ini, kini hatinya sudah yakin. Ia kini yakin jawaban apa yang seharusnya ia sampaikan pada Lee Hwan.

Min Soo langsung berlari ke bawah menghampiri keluarganya dan kemudian berseru, "Tolong izinkan aku ke Amerika!"

-------------------------------------------------------
1050 words

Enjoyyyy

Eight: My Lucky NumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang