Hari sudah mulai sore. Namun Min Soo masih menemani Alan yang belum sadarkan diri. Ini kedua kalinya Alan tak sadarkan diri dan itu cukup membuat Min Soo khawatir. Ia seperti merasa ini semua adalah salahnya.
Semua anak sudah kembali ke rumah masing-masing. Sekolah menjadi sepi. Hanya tersisa penjaga sekolah, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sekolah, dan Min Soo yang menemani Alan di UKS sekarang.
Min Soo menatap dalam-dalam wajah Alan yang terlihat damai. Otaknya kembali memutar semua kejadian yang ia alami karena Alan dari awal Alan masuk ke kelasnya pertama hingga sekarang. Jika dipikir-pikir, mereka memang menjadi lebih dekat. Bahkan tak terasa waktu sangat cepat berganti. Dulu, mereka memang selalu berdebat dan terkena hukuman. Namun sepertinya itu justru membuat mereka semakin dekat.
Sebenarnya, Min Soo bukanlah orang yang terbuka pada orang asing. Terutama pada orang yang baru saja ia kenal. Ia harus dekat dengan orang itu selama 3 bulan dulu, barulah ia bisa terbuka dengannya. Seperti dengan Kim Sun dulu. Namun, jika dirasa, Min Soo lebih mudah membicarakan semuanya pada Alan. Jujur, Alan adalah orang pertama yang mengetahui tentang Lee Hwan. Kim Sun saja tidak tahu. Semuanya terasa sangat aneh.
Kepala Min Soo perlahan maju mendekati Alan. Ia menatap wajah Alan dengan teliti tanpa cela. Setelah dilihat dari dekat, Alan memang sangat tampan. Alisnya hitam dan tebal. Hidungnya cukup mancung. Bentuk wajahnya seperti diamond. Bulu matanya tidak panjang, tapi tidak pendek. Bibirnya juga tipis dan menawan. Tak heran, semua perempuan menyukainya. Tapi kenapa Min Soo tak melihat sisi tampan Alan ini dari dulu? Mungkin karena dulu Min Soo tidak peduli pada Alan. Sepertinya begitu.
Tiba-tiba saja, kedua kelopa mata Alan yang sedang dipandangi Min Soo terbuka. Selama beberapa detik, mereka bertatapan dalam jarak yang cukup detak. Tapi kemudian Min Soo sadar dan langsung mundur dengan cepat. Ini baru pertama kalinya jantung Min Soo berdetak tak karuan hanya karena saling bertatapan seperti itu.
“K-kau.. sudah bangun,” ucap Min Soo tergagap. Lidahnya terasa sangat kelu saat akan mengatakannya.
Sementara itu, mata Alan masih meyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Sebenarnya, dia juga cukup terkejut tadi. Bukannya pemandangan langit ruangan yang ia dapat, tapi justru Min Soo yang sedang menatapnya dengan intens.
“Y-ya” timpal Alan yang juga sama-sama merasa gugup sambil membenarkan posisinya menjadi terduduk. “Sudah berapa lama aku pingsan?” tanya Alan.
“Sepertinya… sudah 4 jam,” timpal Min Soo yang masih belum mau menatap Alan. Sementara Alan mengangguk menimpalinya.
“Apa kau… menemaniku selama itu?” tanya Alan tiba-tiba, namun dengan keraguan.
Min Soo langsung gelagapan. Ia terlalu gugup untuk mengakuinya. “Y-ya, begitulah,” timpal Min Soo sekenanya. “Tapi jangan salah paham!” seru Min Soo tiba-tiba sambil menatap Alan. “Aku melakukannya agar kau juga mengantarku pulang nanti. Tadi pagi kau sudah mengantarku, jadi nanti kau harus mengantarku pulang juga. Kau harus bertanggung jawab,” lanjut Min Soo lagi dengan tergesa-gesa.
Alan terkekek geli. “Ya, baiklah. Itu juga bisa dijadikan alasan.”
“Itu memang alasannya!” seru Min Soo sedikit gelagapan dan lagi-lagi Alan menanggapinya dengan terkekeh.
“Ayo pulang!” ajak Alan kemudian. Ia pun beranjak dari ranjang dan mengenakan sepatunya. Namun, tiba-tiba saja, badannya sudah akan limbung lagi. Min Soo pun langsung memeganginya dengan gerakan cepat.
“Apa kau benar-benar tidak apa-apa?” tanya Min Soo khawatir.
Alan tersenyum lembut pada Min Soo. “Aku tidak apa-apa, jangan khawatir. Mungkin itu hanya karena efek dari pingsanku yang cukup lama,” timpal Alan.
![](https://img.wattpad.com/cover/110972873-288-k116660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eight: My Lucky Number
Romance(COMPLETED) - K-FICTION ROMANCE Ini bukan hanya sekedar cerita tentang seseorang dengan profesi sampingannya sebagai seorang pemain baseball, ini lebih dari itu. Bae Min Soo, perempuan kecil yang sudah tumbuh besar menjadi remaja. Cantik? Iya, tapi...