[PART 18]

71 11 2
                                        

Hari sudah malam saat Alan–ralat, Lee Hwan–mengantar Min Soo pulang. Dan lagi-lagi selama perjalanan mereka tidak banyak berkata apapun. Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Min Soo tepat jam 10 malam. Mobil sudah berhenti dan mesin sudah dimatikan. Namun Min Soo tak kunjung beranjak keluar. Mereka justru hanya saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

“Lalu… mulai sekarang… aku harus memanggilmu... Lee Hwan?” tanya Min Soo tiba-tiba namun tak menatap lawan bicaranya.

“Bukankah itu nama asliku?” timpal Lee Hwan.

Kemudian semuanya kembali hening lagi. Hanya terdengar Min Soo yang menghela nafasnya dengan kasar beberapa kali dalam 5 menit terakhir. Lalu, tiba-tiba saja Min Soo menoleh dan menatap Lee Hwan kesal.

“Kapan kau mulai mengingatnya, ha? Kapan kau mulai menyadarinya? Kukira kau akan mengingatku saat melihat wajahku walaupun ingatanmu sudah hilang!” seru Min Soo tiba-tiba dengan kesal. Sementara Lee Hwan hanya menatap Min Soo dengan heran.

“Apa seseorang yang baru saja pulih ingatannya secara total harus diperlakukan seperti ini? Ingatanku baru saja pulih kemarin sore!” seru Lee Hwan tak terima.

“Apa? Kemarin sore?” tanya Min Soo dengan nada tak percaya. “Ah, aku tahu! Kemarin kau menyembunyikannya dariku, kan? Aku sudah bertanya padamu kemarin, tapi kau malah menjawab yang lain,” gerutu Min Soo.

Tiba-tiba saja Min Soo memukuli lengan Lee Hwan dengan tas tangannya beberapa kali. “Kau ini! Dasar! Sudah pulih total kemarin, tapi baru memberitahuku tadi? Dasar! Dasar!” seru Min Soo sambil terus memukuli Lee Hwan yang beberapa kali juga sudah mengaduh kesakitan.

“Hei! Kau mau membunuhku perlahan, ya?” pekik Lee Hwan yang berusaha menghindar dari amukan Min Soo.

Detik kemudian, Min Soo pun berhenti. Nafasnya tersenggal-senggal karena memukuli Lee Hwan terus menerus. Tatapannya lurus dan tajam pada Lee Hwan.

“Tentang itu… sebenarnya… sebenarnya–“

“Apa? Sebenarnya apa?” tanya Min Soo menyela Lee Hwan karena tak sabaran.

“Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu!” seru Lee Hwan dalam satu kali nafas.

Semuanya pun kembali hening. Namun tatapan Min Soo tak pernah lepas dari Alan. Entah kenapa, Min Soo sangat ingin meluapkan amarahnya pada Lee Hwan saat ini.

Min Soo pun mengatur nafasnya agar menjadi normal kembali. “Jadi, kau benar-benar Lee Hwan?” tanya Min Soo lagi memastikan.

“Apa kau tidak tahu dari wajah tampanku ini?” Tiba-tiba Alan menjawab dengan nada genitnya dan itu justru membuat Min Soo menatap Lee Hwan dengan tatapan anehnya.

“Sepertinya itu efek samping dari kembalinya otakmu yang dulu,” ujar Min Soo dan Lee Hwan langsung diam.

Kemudian Min Soo pun beranjak dari mobil Lee Hwan sebelum Lee Hwan menimpali Min Soo apapun itu. “Terima kasih untuk hari ini,” ucap Min Soo lewat jendela.

“Aku suka melihatmu dengan pakaian feminim tadi. Kau terlihat cantik! Lain kali kita harus berlibur lagi agar aku bisa melihatnya! Bagaimana?” timpal Lee Hwan dengan menanyakan pendapat pada Min Soo. Sementara Min Soo hanya menimpalinya dengan memutar kedua bola matanya jengah.

“Sudah malam, pulanglah!” seru Min Soo.

“Karena kau yang menyuruh, baiklah. Aku pulang dulu! Selamat malam!” seru Lee Hwan balik dan kemudian mobilnya pun melesat pergi menjaugi pekarangan rumah Min Soo.

“Selamat malam, Lee Hwan.”

***

Min Soo menatap sebuah foto di tangannya dalam-dalam. Di dalam foto itu, terdapat dua orang bocah yang tak lain adalah Min Soo dan Lee Hwan yang masih berumur 4 tahun. Dan foto itu diambil saat mereka sedang pergi berlibur 3 hari sebelum ulang tahun Min Soo.

Eight: My Lucky NumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang