Pagi yang cerah untuk memulai kegiatan. Min Soo membuka tirai jendela kamarnya seusai meregangkan badannya. Karena hari ini libur, Min Soo berencana untuk menghabiskan waktunya sendirian untuk membersihkan rumahnya dan menyelesaikan membaca novelnya yang baru saja ia pinjam kemarin. Min Soo sudah membuat jadwal jauh-jauh hari.
Min Soo keluar dari kamarnya dan turun dengan langkah lebar. Entah kenapa dia merasa senang hari ini. Kalau ditanya alasannya kenapa, Min Soo juga bingung. Ia hanya merasa senang, begitu saja.
“Sepertinya moodmu sedang bagus hari ini, Kak,” celoteh Hana yang baru saja keluar dari kamarnya dan memandang kakanya sedikit aneh. Min Soo berputar dan menatap Hana dengan tatapan gembiranya. Tapi entah kenapa itu membuat Hana sedikit ketakutan dikala kakaknya menghampiri dengan melompat-lompat seperti kodok.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Min Soo menggoda adiknya. Sementara Hana hanya menatapi Min Soo dari atas hingga bawah dengan tatapan yang bermakna ‘Apa kakakku sudah gila?’
“Min Soo! Sekarang tugasmu memasak!” seru ibu Min Soo yang baru saja belanja.
“Ya, Ibu! Siap!” seru Min Soo girang sambil melompat-lompat kearah dapur. Sama dengan Hana, ibunya hanya menatap anaknya dengan aneh.
“Dia sudah gila,” bisik Hana pada ibunya ditambah dengan bahasa tubuhnya yang menunjukkan kakaknya sedang gila.“Benarkah? Kurasa begitu,” ujar ibunya manggut-manggut. “Biarkan saja!”
“Hana!” seru Min Soo dari dapur tiba-tiba. “Sekarang tugasmu untuk mengurus tanaman, bukan?” lanjutnya.
“Ya! Aku tahu!” seru Hana menimpali dan kemudian menyiapkan air untuk menyirami tanaman-tanaman yang ada di depan dan samping rumah. Setelah siap, barulah ia keluar.
Ayah Min Soo pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri istrinya dan Min Soo yang ada di dapur. “Kalian masak apa?” tanyanya.
“Bibimbap, Japchae, dan Bulgogi!” seru Min Soo bersemangat. “Ah, dan juga kue beras!” serunya lagi.
Ayah Min Soo menatap istrinya dan bertanya-tanya kenapa ada yang berbeda dengan Min Soo hari ini. Sementara ibu Min Soo hanya mengendikkan bahunya.
“Hana!” seru Min Soo lagi pada Hana lewat jendela dapur pada Hana yang tengah menyirami tanaman di luar. “Setelah selesai, tolong belikan jeruk di tempat Bibi Ahn!” serunya lagi dan Hana menurutinya.
Beberapa menit sudah Min Soo gunakan untuk memasak. Tidak seperti biasanya, Min Soo menggunakan waktunya sangat baik dan hasilnya juga sangat memuaskan. “Ta-Da!” seru Min Soo sambil menaruh semua masakannya di meja makan. “Apa Hana belum kembali?” tanya Min Soo kemudian saat menyadari adiknya itu belum ada di rumah.
Tepat setelah Min Soo mengatakan itu, Hana pun pulang dengan pesanan yang diminta Min Soo. “Hana, kenapa kau lama sekali? Aku sudah–“
“Aku juga mengajak temanmu ke dalam, Kak,” sela Hana cepat dan kemudian menaruh belanjaan di meja dapur.
“Teman?” tanya Min Soo penasaran. Karena setahu dia, Kim Sun tak mengabarinya kalau mau kesini. “Apa Kim Sun?” tanya Min Soo lagi.
“Bukan. Laki-laki,” timpal Hana.
Semua mata terbelalak menatap Min Soo. Sementara Min Soo sedang berpikir keras siapa laki-laki yang datang ke rumahnya pagi ini dan di hari libur ini.
“Laki-laki yang mana?” tanya Min Soo lagi.
“Maksudmu apa dengan laki-laki yang mana? Apa kau punya banyak laki-laki?” tanya ibu Min Soo tiba-tiba dengan histeris. Sontak, Min Soo langsung tercengang tak percaya karena ibunya mengatakan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eight: My Lucky Number
Romance(COMPLETED) - K-FICTION ROMANCE Ini bukan hanya sekedar cerita tentang seseorang dengan profesi sampingannya sebagai seorang pemain baseball, ini lebih dari itu. Bae Min Soo, perempuan kecil yang sudah tumbuh besar menjadi remaja. Cantik? Iya, tapi...