2.0 • Happiness?

169 23 1
                                    

    Yeri, Red Velvet Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeri, Red Velvet
Anya

🌸

Selamat ulang tahun, cantik.
Semoga hari ini, esok dan selamanya kamu akan selalu bahagia. Bagaimanapun keadaannya, kamu harus selalu bahagia.
Maaf aku tidak bisa datang ke acara ulang tahunmu. Aku harus pergi. Secepatnya aku akan kembali.

Tunggu aku
-Jason

DENGAN kasar ia meremas kertas itu. Kertas dengan tulisan besar-besar yang bisa dibilang tak terlalu rapi. Setelah hampir setiap bulan ia membaca surat itu, selalu saja rasa sakit yang bersamaan dengan rindu menghantuinya.

Bodoh sekali! Mengharapkan seseorang yang mustahil akan kembali. Seseorang yang dulu begitu berarti di hidupnya. Dan itu dulu, jauh sebelum ia mengerti apa arti cinta. Bahkan sebelum ia beranjak remaja.

Ini sudah hampir 6 tahun, tapi dia tidak bisa menghilangkan sosok Jason di otaknya. Entahlah. Tapi banyak sekali pertanyaan-pertanyaan di otaknya yang ingin ia utarakan pada laki-laki itu.

Dimana dia selama ini?

Kenapa dia tega meninggalkannya sendiri dengan harapan laki-laki itu kembali membawa kebahagiaan yang pernah ia rasakan dulu?

Bahkan untuk memikirkan Jason saja membuat satu titik air matanya jatuh. Ya, ia merindukan Jason. Jason-nya. Dia yang membuatnya tertawa ketika satu persatu kebahagiaannya terenggut oleh waktu.

Dan saat ini ia berharap. Kepergian Jason adalah kebahagiaan terakhir yang pergi meninggalkannya. Menyisakan luka yang bekasnya tak akan hilang selamanya.

🌸

SETELAH menutup pintu loker, Anya berlari kecil untuk keluar dari kelasnya. Sudah jam tiga dan seharusnya saat ini ia sudah berada di ruang tari bersama teman satu grupnya. Kurang dari satu bulan, mereka harus menyelesaikan koreografi untuk lomba di SMA Taruna Jaya. Tahun kemarin Taruna Jaya-lah yang memenangkan lomba itu. Jadi Anya bertekad untuk memenangkan lomba itu tahun ini.

Kembali ke Anya yang kini tengah berlari menuju ruang tari. Anya tau bahwa saat ini ia benar-benar telat mengikuti latihan. Salahkan Bu Ana yang membuat nilainya jelek dan berakhir remidi hari ini. Otaknya tak cukup kuat untuk menghafalkan materi pelajaran sejarah. Ia lebih suka berkutat dengan rumus matematika. Tapi ingat hanya rumus matematika, tidak berlaku untuk fisika. Rasanya untuk melihat soalnya saja ia hampir pingsan.

"Sorry, gue te-" Anya menarik nafas ketika melihat teman-temannya hampir keluar dari ruang tari, "kalian mau kemana? Gue baru dateng juga."

"Maaf banget ya Nya, gue harus pulang. Nyokap tiba-tiba telfon dan gue harus pulang," kata Sheina.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang