10.0 • Blank Space

49 8 0
                                    

Happy reading 🌙

Setidaknya jika kamu jujur, mungkin tak akan sekacau ini. Mau bagaimana pun juga aku ingin kau terbuka padaku. Karena dengan ketidak-jujuranmu itu menandakan jika aku tak berarti apa-apa bagimu.
➖➖➖

SEMBARI menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya, Sasya berjalan pelan menuruni anak tangga di rumahnya. Di genggamanya sudah ada sebuah novel dengan cover berwarna merah muda.

Di dapur pagi ini sudah ramai dengan suara aktivitas sarapan dari ayah dan juga mamanya.

Menyadari jika mamanya akan bertanya macam-macam jika tahu anak satu-satunya itu mempunyai novel, Sasya segera menyimpan novel itu di dalam tasnya. Jika tau, mama pasti bertanya Sasya yang tak pernah membaca novel kenapa tiba-tiba mepunyai novel cinta-cintaan, berwarna merah muda pula. Bukan gaya Sasya sekali.

Mengenyahkan pikiran lain, Sasya menyapa mereka di meja makan dan bergabung untuk melakukan aktivitas pagi seperti biasa.

Ayah tiba-tiba membuka suara, "Ayah besok mau ke London. Kamu mau nitip apa?"

Selalu seperti itu. Pergi lalu bertanya ingin dibelikan apa. Batin Sasya berteriak jika ia ingin Ayahnya berada di rumah selama seminggu saja tanpa pergi kemanapun.

"Terserah ayah deh. Sasya lagi nggak minat." Sasya menjawab sekenanya.

"Mama nggak ikut ke London kan?" lanjutnya bertanya pada mamanya yang tengah menuangkan jus jeruk di gelas ayah.

"Nggak kok. Tapi mama ada acara di Bali. Tapi jangan harap kamu bisa pergi seenaknya, Miss Caroline akan jaga kamu."

Badan yang lesu kini semakin lesu karena mendengar nama Miss Caroline di sebut. Orang yang di sewa oleh mamanya untuk mengawasinya. Mulai dari makanan, pergaulan, bahkan baju yang akan ia kenakan di acara besar atau kecil sekalipun.

Jika kalian pikir Miss Caroline adalah wanita yang lemah lembut. Oh, salah besar! Di usianya yang menginjak seperempat abad itu bahkan belum memiliki suami. Apalagi kalau bukan karena galaknya yang menandingi beruang kutub.

Jika saja nenek masih ada, pasti tak akan ada Miss Caroline. Apalagi kekangan mama yang menginginkanya hidupnya tampak sempurna, tanpa tau jika hal itu merubah diri Sasya yang sebenarnya.

🌸

DENGAN menggandeng tangan Salsa, Anya berjalan menuju kelasnya Sean. Karena istirahat baru saja berlangsung, koridor tampatnya berjalan kini benar-benar ramai.

Salsa yang sebenarnya malas mengantarkan Anya hanya tersenyum masam. Bukankah bisa Sean yang ke kelas mereka nanti untuk membawa novel yang diinginkan Anya?

Tapi mau bagaimana lagi, Anya bersikeras mengajaknya untuk menemui Sean di kelas laki-laki itu.

"Lo tunggu di sini bentar ya?" pinta Anya ketika mereka sudah berada di dekat kelas XI IPA 6, kelas Sean.

Anya sendiri berjalan mendekat ke pintu kelas itu. Beberapa orang yang keluar dari kelas itu tersenyum menyapa Anya.

Ketika ia berada di ambang pintu, matanya menjelajah kelas mencari keberadaan Sean. Matanya berkedip beberapa kali mendapati Sean tengah duduk di bangku barisan ke dua tengah membereskan bukunya di meja. Dengan senyuman, ia berencana memanggil Sean.

Namun seketika niatnya lenyap dengan sendirinya. Bahkan senyumnya kini menghilang berganti dengan wajah tanpa ekspresi. Tapi ia masih berdiri di sana, melihat Sean mendongak menatap gadis berambut hitam yang tak lain adalah Sasya.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang