11.0 • Lagi

59 8 0
                                    

Happy reading

Begitu pintarnya takdir mempermainkanku. Membuatku terbang lalu membuatku benar-benar berada di dasar. Terjatuh, tanpa tau bagaimana caranya untuk bangkit.

🌸

PUKUL lima sore, Anya masih duduk setia di dalam kedai. Ia ingin pulang, tapi sedari tadi hujan belum benar-benar reda. Langit masih menyisakan rintik, membuat udara dingin masih setia menyelimuti.

Membuka pelan pintu kedai, Anya melangkah keluar. Baru beberapa langkah, perjalanannya harus terhenti. Tepat di depan sepatunya, novel berwana merah muda yang sebenarnya begitu di inginkan Anya, tergeletak kusut berada di genangan air. Ternyata laki-laki itu membuangnya begitu saja.

Anya berjongkok, mengambil novel itu dan menepuknya beberapa kali. Sebenarnya novel ini masih tersegel rapi. Namun karena sudah lama terendam air, novel itu menjadi basah karena air yang masuk lewat celah-celah.

Berjalan melewati trotoar yang sepi-karena pejalan kaki mana yang mau berjalan di bawah rintik hujan, Anya bergumam pelan. Seharusnya ia sudah berada di rumah saat ini.

"Anya!" panggil seseorang yang suaranya sudah Anya kenal baik, itu suara Rara.

Anya berbalik, melihat gadis itu berlari pelan dengan payung yang melindunginya dari hujan. Di belakang gadis itu, mobil hitam terparkir rapi di pinggir jalan. Anya tau jika itu mobil milik Ayahnya Rara.

"Ngapain lo di sini?" tanya Rara ketika ia sudah berada di depan Anya sembari memberikan Anya ruang di bawah payungnya.

"Ah, gue tadi abis dari kedai depan sekolah. Tapi tiba-tiba hujan, jadi gue nunggu agak reda deh," jawab Anya dengan senyuman, meskipun dia berbohong-meskipun tidak sepenuhnya.

"Ih, lo nggak ajak-ajak gue," gerutu Rara sembari menarik pelan Anya agar berjalan menuju mobil ayahnya.

"Lo sendiri pulang duluan."

Rara tertawa pelan, "Iya juga sih."

Mata Rara tak sengaja melihat novel yang ada di genggaman Anya. "Itu novel dari Sean ya? Kok basah gitu sih? Novel pemberian pacar juga!" katanya.

Anya ikut tertawa seperti Rara tadi. "Iya nih, nggak sengaja basah tadi. Lupa nggak gue masukin ke tas."

Maafkan Anya hari ini Ya Allah, karena Anya banyak berohong.

🌸

SEMBARI menyisir rambutnya yang basah, Sean membuka pintu rumahnya. Bunda seperti biasa berada di depan televisi bersama dengan ayahnya yang tengah menonton berita. Karena terlalu asyik, mereka tidak menyadari anak satu-satunya itu baru saja pulang.

"Assalamualaikum, ayah, bunda," sapa Sean dengan nada yang sedikit keras agar keduanya mengetahui jika Sean sudah pulang.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya serempak sembari menengok ke arah Sean yang masih setia berdiri di ambang pintu.

Bunda mengahmpiri Sean dan membawa handuk yang berada di atas lemari tak jauh dari sana. Handuk itu pun di berikan kepada Sean.

Bunda sangat peka, ya?

"Kamu itu kalau hujan harusnya berteduh dulu. Tunggu sampai hujannya udah agak reda, baru pulang." Bunda sendiri berkata sembari berjalan masuk dan diekori oleh Sean.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang