15.0 • Bintang Malam Ini

41 6 0
                                    

Happy reading 🍯

Kamu bagaikan bintang yang datang malam ini. Meskipun kamu tampak sama seperti bintang yang lain. Tapi hanya kamu yang menarik seluruh perhatianku.

🌸

DI BALIK sebuah payung berwarna hitam, Sean berlindung dari hujan yang turun. Setelah berpamitan dengan om Faris, Sean segera pergi ke minimarket untuk membeli pesanan dari bundanya. Satu tangannya memegang payung sedangkan yang satunya lagi dimasukkan ke dalam saku jaket, memainkan uang 2000 rupiah di dalamnya.

Hidungnya yang sedikit memerah karena baru saja bersin, ia gunakan untuk menghirup dalam-dalam udara segar. Tapi lagi-lagi hidungnya gatal dan reflek tangan yang awalnya ia sembunyikan di saku jaket terangkat untuk menutup hidungnya. Sepertinya sebentar lagi Sean akan terserang flu karena sering hujan-hujan.

Setelanya ia menyarangkan tangannya kembali ke dalam saku jaket. Matanya menatap jeli jajaran toko-toko kecil di sepanjang jalannya menuju minimarket. Bibirnya reflek terangkat membentuk senyuman ketika melihat seorang anak kecil yang tertawa riang setelah mendapatkan mainan yang ia inginkan.

Setelah melewati toko mainan yang tampak begitu cerah dibanding toko yang lain, ia melewati beberapa toko kecil dan sebuah rumah yang nampak sepi. Dari kejauhan, ia melihat papan tulisan minimarket yang ia maksud. Hanya butuh melewati dua toko dan sebuah kedai untuk mencapainya. Dengan senyuman, ia mempercepat jalannya.

Namun lankahnya seketika terhenti ketika tanpa sengaja ia melihat seseorang yang begitu ia kenal di dalam kedai yang tepat berada di sebelah minimarket. Ia terpaku beberapa saat, hingga gadis itu menoleh ke arahnya.

Tubuhnya berubah kaku. Bahkan untuk tersenyum saja sulit baginya, tak sama seperti ketika ia melihat anak kecil tadi. Ia masih merasakan kesal karena perkataan Anya yang menyakitinya beberapa waktu lalu. Meski Sean sekarang sudah mengetahui apa penyebab Anya mengatakan hal itu. Tapi ia masih sulit mengendalikan emosinya. Sehingga tanpa berpikir panjang, Sean berlalu dan segera pergi ke minimarket.

Selama berada di minimarket, pikirannya terbagi dua. Ia masih belum ingin bertemu dengan Anya, tapi jika masalah ini tak segera ia selesaikan maka ia akan terus berada dimasalah yang sama tanpa bisa menyelesaikan masalah lain.

Setelah mendapat apa yang ia cari, Sean dengan segera menuju ke kasir. Meski masih bimbang, ia berniat untuk menemui Anya dan menjelaskan semuanya.

Hingga kini Sean sudah berada di ambang pintu kedai, ia berhenti. Tangan kirinya berada di saku dengan pergelangan tangannya untuk membawa kantung plastik berisi tepung dan kecap, sedangkan tangan kanannya masih menggantung di pintu kedai.

'Selesain masalah lo baik-baik. Jangan sekali-kali lo lari. Karena masalah nggak mungkin selesai kalau lo menghindar gitu aja.'

Tiba-tiba perkataan Radit tadi terlintas di benaknya.. Mungkin ada manfaatnya juga Radit berkata seperti itu padanya. Jika dipikir-pikir lagi, menyelesaikan masalah lebih baik daripada menundanya dan membuatnya menjadi lebih buruk.

"Masnya mau masuk atau mau matung di sini?" tanya seorang perempuan yang sepertinya hendak masuk ke dalam kedai.

Sean meringis. Kemudian laki-laki itu memantabkan hatinya membuka pintu kedai. Matanya tertuju pada meja nomor 12, dimana Anya duduk. Laki-laki itu melangkahkan kakinya dengan santai. Kedua tangannya sudah bersarang di saku.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang