Happy reading 💙
Diam lebih baik dari pada berbicara tetapi tak dihiraukan.
🌸
ROOFTOP sekolah menjadi tempat paling menyenangkan untuk melihat pemandangan lapangan sekolah dari atas. Seperti halnya Anya pagi ini yang berangkat pagi-pagi sekali untuk berdiri di sini sebelum matahari mulai naik. Bukan hanya itu saja alasan di balik Anya yang datang begitu pagi hari ini. Salah satunya ia tak ingin berlama-lama di meja makan dengan kesunyian, padahal kedua orang tuanya berada di sana.
Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Hal itu sudah dilakukan berkali-kali oleh Anya. Kali ini bukan karena ada masalah yang mengganggu. Melainkan ia ingin menenangkan pikirannya dengan menghirup udara segar pagi hari yang jarang sekali Anya hirup beberapa tahun terakhir.
Bahkan Anya merubah penampilannya hari ini. Tanpa sesuatu yang feminim, Anya hanya sekedar mengikat rambutnya ke belakang dengan ikat rambut warna hitam. Padahal ia hampir selalu menggerai rambutnya setiap hari, karena ada salah seorang yang mengatakan bahwa kamu lebih cantik kalau rambut kamu di gerai kaya gini.
Haish
Kenapa harus perkataan Sean yang itu.
Entahlah, Anya begitu kesal dengan Sean kali ini. Anya pastinya akan begitu memaklumi jikalau Sean menghubunginya dan meminta maaf atau menjelaskan pada Anya. Apapun itu, Anya akan memaklumi.
Tapi nyatanya Sean sama sekali tidak peduli. Bahkan laki-laki itu sama sekali tidak mengirimnya pesan, barang setitik sekalipun.
Memejamkan mata sembari menghela nafas pelan, Anya mencoba membuat sesak di dadanya berkurang. Tapi percuma, seberapa besar keinginannya untuk mengenyahkan rasa sesak itu, pasti akan tetap tertinggal.
Tiap harinya Anya selalu bertanya-tanya, mengapa di tiap hari itu ia semakin kekanak-kanakan. Ia pun mulai egois. Dan sikap buruknya itu menjadi semakin buruk karena sikap keras kepala dan sok taunya. Hal itu pun mengakibatkan berbagai masalah muncul.
Anya ingin lebih dewasa. Ia ingin lebih bijaksana agar ia bisa hidup tanpa masalah lagi. Karena masalah yang lain masih ada dan tak bisa hilang begitu saja.
Jika Anya lebih memperhatikan langkah yang ia ambil untuk menentukan sebuah keputusan, masalah baru setidaknya tak akan terjadi bukan?
🌸
WAKTU istirahat memanglah waktu paling di sukai para siswa. Berjalan mondar-mandir di koridor sekolah. Atau duduk-duduk di pinggiran lapangan sambil melihat cowok-cowok main sepak bola.
Sedangkan para guru di sini berfariasi. Ada yang masih setia di dalam ruang guru. Satu atau dua di antaranya ada yang membawa masakan atau camilan dari rumah dan dibagi-bagikan kepada rekan kerjanya.
Ada pula yang asyik memeriksa pekerjaan muridnya. Atau bahkan tengah menyidang muridnya yang bandel.
Di sisi lain, Bu Tania, salah satu guru kelas 11 yang beberapa hari lalu tak masuk karena sakit, tengah kesusahan membawa buku pelajaran siswanya yang di kumpulkan tadi. Beliau tampak kelelahan karena memang badannya masih belum 100% pulih.
Sedangkan siswa yang lewat di sana tak ada yang berusaha membantu beliau. Setidaknya membatu membawa sebagian pekerjaan siswa yang kini beliau letakkan di bangku dekat sana.
Sepasang mata seseorang tak sengaja menangkap gerak-gerik Bu Tania. Dengan dorongan dari dalam hatinya, orang itu berjalan menghampiri. Ia ingin membantu Bu Tania yang dalam tangkapan matanya nampak membutuhkan bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Pieces
أدب المراهقين[genre: high school; teen fiction] Semua orang beranggapan bahwa Anya adalah gadis yang sempurna. Dengan paras cantik dan hidup yang serba berkecukupan, membuat mereka iri dengan Anya. Tapi mereka tak pernah tau sisi lain dari Anya. Sisi yang tak pe...