20.0 • Hujan

29 3 0
                                    

Happy Reading 🐰

Playlist: Written in The Stars - John Legend ft. Wendy (rv)

CUACA beberapa hari ini tampak mendung, tidak hujan. Tapi hari ini, hujan turun dengan lebat. Setelah melewati musim pancaroba, musim penghujan akhirnya datang juga.

Belum sampai di rumah, Anya yang hari ini pulang bersama Sean dengan motor terpaksa harus berteduh terlebih dahulu. Sean sengaja berhenti di depan kafe, sekalian menunggu hujan berhenti.

Setelah memesan, mereka berjalan menuju lantai dua, dimana mereka bisa melihat pemandangan hujan dari dalam ruangan.

Kebetulan lantai dua tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa anak berseragam SMA yang sedang santai dan pria berkemeja yang tengah bergelut dengan berbagai dokumen-kalau tidak salah.

Sedangkan Sean dan Anya yang sudah mendapat tempat duduk hanya mengobrol seputar pelajaran hari ini. Sean bilang nilai bahasa inggrisnya tertinggi kali ini. Dasar anak kecil!

"Nanti waktu kontes bulan depan dateng ya?" pinta Sean setelah laki-laki itu meminum cappuchino panasnya.

Anya tampak seolah-olah sedang berpikir, "Gimana ya?"

"Ya udah kalau gitu aku ngajak yang lain aja," goda Sean dengan senyum miring yang ia tampilkan di wajahnya.

"Mau kamu ajak mantan, gebetan atau bahkan selingkuhan, terserah." Anya kemudian memanyunkan bibirnya.

Sedetik kemudian, Sean mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Anya hingga wajah gadis itu memerah. Antara sakit, kesal dan reaksi dari jantungnya yang berdetak dengan tidak normal ketika ia melihat Sean tertawa ketika mencabut pipinya.

Gue masih ngerasain rasa itu semenjak gue jatuh cinta sama manusia di depan gue ini. Dan gue berharap perasaan ini masih sama, selamanya.

"Cie, pipi kamu merah. Grogi ya liat cowok seganteng ini?" goda Sean ketika ia sudah melepaskan tangannya dari pipi Anya.

"Apaan sih!" Anya bersungut kesal.

Anya kemudian tertawa ketika berhasil mencubit pergelangan tangan Sean hingga laki-laki itu kesakitan.

Sean yang merasakan cubitan maut Anya kini menatap gadis di depannya dengan tatapan tajam. Tangan kanannya mengelus bekas cubitan gadis itu di tangan kirinya.

Tak disangka, bunkannya meminta maaf atau apa, Anya malah tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang pipi kamu yang merah," katanya sembari melanjutkan tawanya yang menggelegar.

Sean yang melihat sekitar, mendapati semua orang memperhatikan mereka, terutama Anya. Orang-orang di sekitar yang melihat Sean menatap mereka, langsung mengalihkan pandangannya.

Tapi sayangnya, tawa Anya masih se-menggelegar tadi. Sedetik kemudian Sean mengambil beberapa kentang goreng yang dipesannya dan memasukkannya ke mulut Anya.

"Tau aja aku laper," ucap Anya yang masih mengunyah kentang goreng di mulutnya.

Mendengar hal itu, Sean menepukkan tangan di keningnya. Laki-laki itu heran, padahal di istirahat terakhir tadi, Anya sudah jajan bakso di kantin. Tapi sekarang gadis itu bilang ia lapar. Perut Anya memang terbuat dari karet, sepertinya.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang