18.0 • Kesempatan

25 3 0
                                    


Semua bisa saja terjadi. Dan jika seandainya gagal aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. S-

🌸

KARENA hari ini ada pertandingan basket antar sekolah, gedung basket yang biasa ramai penuh dengan anak tim basket sekarang menjadi sepi. Hanya ada 3 orang di sana. Bukan dari ekskul basket, karena semua angota yang tidak ikut bermain menjadi suporter. Bukan pula anak organisasi olahraga yang lain. Melainkan hanya tiga perempuan yang sedang berbincang-bincang dengan salah satunya tegah memainkan gitar dengan asal dan salah satu lagi adalah Sasya, anak pindahan yang seketika dikenal oleh hampir semua murid Bina Bangsa karena gosip yang menyangkut namanya. Entah itu benar atau tidak, yang pasti Sasya menyangkal gosip itu.

"Lo yakin mau ikut kontes nyanyi?" tanya Priscilla, teman satu kela Sasya.

Ellena yang memetik gitar asal-alsalan mulai tertarik mengikuti obrolan dua temannya, "Terus lo mau nampilin apa emangnya?"

Sasya tersenyum masam, "Nama kontesnya aja udah menjawab pertanyaan lo Ellena!"

Ellena hanya tertawa pelan menyadiari kebodohannya.

"Lah, terus mau solo gitu?" tanya Priscilla.

Sasya tersenyum karena menemukan ide cemerlang, "Gue punya bayangan betapa hebatnya kalau gue bisa gabung di bandnya Sean."

"Gila lo? Mereka nggak akan mau. Dan mereka sama sekali nggak pernah nyanyi bareng sama orang lain, ya mereka bertiga gitu doang." Ellena kembali bersuara.

"Tuh dengerin yang berpengalaman di tolak sama Aldo," goda Priscilla.

Sasya tentunya terkejut, "Lo di tolak sama Aldo? Lo suka sama dia? Bukannya dia deket sama temennya pacarnya Sean ya?"

"Belibet amat dah omongan lo. Dari kalimat gue kan udah jelas." Priscilla mesih tetap tersenyum untuk menggoda Ellena.

"Eh, asal aja lo ngomongnya. Bukan ditolak kaya gitu. Gue cuma coba ajak dia kolab sama temen gue. Tapi di tolak, gitu aja."

"Kan lo ngajak dia karena lo suka sama dia." Priscilla kembali mengompori.

Daripada mengikuti dua temannya yang ribut sendiri, Sasya lebih memilih memikirkan cara agar Sean bisa menerima ajakannya. Dan cara itu harus berhasil.

🌸

"ICED coffee dua," kata Anya kepada pegawai kafè.

Weekend kali ini Anya punya agenda sendiri dengan Rara. Kebetulan Rara diizinkan orang tuanya untuk membawa mobil milik keluarganya. Jadi, mereka bisa keluar untuk weekend ditempat yang berbeda. Jadi rencananya mereka akan berburu makanan. Itu sih ide Anya. Katanya dia sudah lama tidak menikmati makanan enak karena terbiasa mengurung diri di rumah. Bahkan gadis itu jarang bertemu Sean jika bukan di sekolah.

Setelahnya, ia membawa dua minuman pesanannya keluar kafé menuju Rara yang menunggu di mobilnya.

"Nih! sesuai pesanan yang mulia Ratu Clarion bunda tercintanya Mimi Peri," ledek Anya sembari menyerahkan kopi milik Rara.

"Terima kasih anaknya bunda." Rara membalasnya.

"Kalau gitu gue Mimi Perinya dong. Ih, nggak mau!"

"Salah siapa lo ngeledekin gue." Rara tertawa melihat ekspresi Anya yang berubah seketika.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 10, mereka segera menuju tempat tujuan mereka. Tapi sebenarnya mereka belum menentukan tujuan pasti dimana mereka akan hangout. Yang penting jalan dulu, siapa tau ada tempat menarik yang bisa mereka kunjungi.

Broken PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang