41

434 11 1
                                    

Revil yang melihat dari belakang seketika panik ketika tubuh yang awalnya menangis dengan histeris itu ambruk ke gundukan tanah pemakaman Qeits, dengan secepat kilat Revil pun berlari menghampiri Quilla yang sudah tidak sadarkan diri.

"Qui bangun Qui." Kata Revil dengan sangat panik sambil menepuk pipi mulus Quilla dengan cepat.

Quilla yang tidak sadarkan diri pun masih betah memejamkan matanya, Quilla tidak mampu lagi merasakan bagaimana keadaan tubuhnya saat ini, sungguh jika hati yang tersakiti semua hal pun bisa terjadi bahkan tubuh yang kuat pun mampu terguling lemah karena tertimpa rasa sakit hati.

Revil pun membopong tubuh Quilla ke dalam mobilnya, Revil menyuruh sopirnya untuk membawa mobil Quilla ke rumah. Dengan sangat cepat dan penuh keseriusan Revil pun mengendarai mobil ke salah satu rumah sakit terdekat. Ya rasa khawatir menghantui hatinya saat ini, beribu pertannyaan ingin diketahuinya saat ini juga namun apalah daya Revil, dengan kondisi seperti ini tidak mungkin memaksakan kehendaknya saat ini.

Setelah tiba di rumah sakit Revil pun membopong Quilla ke ruang UGD agar mendapatkan perawatan lebih awal.

"Dok, tolong periksa istri saya dok, dia pingsan dok." Kata Revil sambil menidurkan Quilla di kasur rumah sakit.

"Baik pak, saya akan memeriksanya." Kata dokter itu sambil melakukan tugasnya.

Setelah 5 menit dokter itu pun menjelaskan kepada Revil, apa yang harus diketahuinya.

"Baiklah pak, menurut saya ibu Quilla hanya kurang vitamin, sehingga tubuhnya gampang lelah ditambah dengan banyaknya hal yang harus dipikirkannya sehingga akan membuat tubuhnya sangat rentan akan stress, namun bapak tidak usah khawatir karena dengan sedikit suplemen dan juga makan makanan yang mengandung banyak vitamin dan protein ibu ini dapat kembali beraktivitas seperti biasanya, dan juga jangan terlalu membebani pikiran pasien akan suatu hal yang terasa berat baginya karena itu akan mempengaruhi tubuhnya sendiri." Kata dokter itu dengan panjang lebar.

"Baik dok, saya akan lebih memperhatikan makanan istri saya." Kata Revil sambil menerima resep obat dari dokter tersebut.

Hingga akhirnya Revil pun menunggu Quilla sadar dengan sangat sabar. Revil pun menatap Quilla yang terpejam dengan seksama, sungguh benar benar ciptaan Tuhan yang sangat indah dengan kulit putih, hidung mancung, mata besar dan bibir merah terlihat benar benar sangat manis untuknya.

"Pantas saja jika Qeits selalu membanggakanmu padaku." Kata Revil sambil tersenyum tulus.

"Kak Rev." Panggil Quilla setelah siuman dengan suara seraknya karena memegang kepalanya yang serasa berputar putar.

"Kita dimana?" Tanya Quilla dengan sangat bingung

"Hei kita masih di rumah sakit Qui, bagaimana masih ada yang sakit?" Tanya Revil dengan penuh perhatian.

"Kepalaku rasanya sangat pusing." Kata Quilla kepada Revil.

"Sini biar kakak pijit." Kata Revil sambil memijit kepala Quilla agar pusingnya sedikit reda.

Quilla pun hanya menikmati setiap pijitan Revil dengan mata terpejam karena memang rasa sakit di kepalanya membuat kepalanya serasa akan patah dan terbelah saking pusingnya.

"Kak udahan aja, aku mau pulang." Kata Quilla dengan suara rintihannya karena merasa kepalanya sangat berat.

"Ya udah sini kakak bantu." Kata Revil sambil memegang pinggang Quilla dan menuntun Quilla ke dalam mobilnya.

Setelah Quilla aman di dalam mobil, Revil pun menyuruh Quilla berbaring karena tubuhnya yang belum sembuh seutuhnya ditambah dengan rasa pusing yang melandanya membuat wajah Quilla benar benar terlihat pucat.

"Kamu tunggu bentar kakak harus nebus obat dulu." Kata Revil yang hanya di angguki Quilla dengan pelan.

Setelah menebus obat Revil pun segera menaiki mobilnya dan langsung menancap gas ke arah perumahannya. Akhirnya Revil dan Quilla pun tiba di perkarangan rumah mewah itu, dengan santainya Revil pun menggendong Quilla yang terlelap di dalam mobil dengan sangat nyeyak, Revil langsung ke lantai atas dan menidurkan Quilla di atas kasurnya dengan sangat pelan.

Setelah menyelesaikan tugasnya Revil memutuskan mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang terlihat sangat lelah, setelah 20 menit akhirnya Revil telah siap dengan setelan baju santainya.

Revil memilih menuruni tangga dan memanggil asisten rumah tangganya untuk membantunya merawat Quilla.

"Mbok tolong buatin teh hangat dan juga makan malam buat Quilla ya, saya tunggu di atas ya mbok." Kata Revil sambil kembali ke kamarnya dengan cepat.

Setelah 10 menit akhirnya makanan dan teh hangat pun tiba, Revil pun berterimakasih kepada Mbok Jum dan meletakkan makanan yang tersedia di atas meja.

"Qui." Panggil Revil sambil menepuk pipi Quilla dengan sedikit keras agar Quilla terbangun dari tidurnya.

"Hmmm." Gumam Quilla yang masih memejamkan matanya dengan nikmat.

"Bangun dulu Quilla." Kata Revil sambil terus memandangi wajah Quilla dari dekat.

"Kak Rev." Kata Quilla berusaha untuk duduk sambil dibantu oleh Revil.

"Kamu makan dulu, nanti setelah itu minum obat." Perintah Revil sambil menyuapkan nasi kepada Quilla.

Quilla pun hanya menerima semua perhatian Revil dengan perasaan senang, namun rasa senang itu kadang berganti dengan rasa khawatir akan semua ini, Quilla khawatir jika Revil harus kembali kepada Rieke, bagaimanapun juga Quilla lah yang merebut Revil dari Rieke. Quilla lah yang salah karena harus menerima pernikahan ini, namun sekarang semuanya telah terlambat, hari ini dan seterusnya Quilla akan membuktikan jika perjuangan cintanya tidak bisa diberhentikan saat ini, karena bagaimanapun juga ini belum berakhir.

Setelah selesai dengan makanannya Revil pun memberi secangkir teh hangat kepada Quilla.

"Minum obatnya Qui dan setelah itu kamu harus tidur." Perintah Revil sambil memperhatikan Quilla menghabiskan obatnya.

Quilla pun kembali berbaring dengan bantuan Revil.

"Kak jangan pergi." Kata Quilla sambil menggenggam tangan Revil dengan sangat erat.

"Baiklah, kakak akan temani kamu disini." Kata Revil sambil menidurkan tubuhnya disamping Quilla.

"Kak besok pagi aku ingin bicara." Kata Quilla dengan suara lemahnya, bagaimanapun tubuh Quilla begitu rapuh saat ini.

"Bicara apa Qui?" Tanya Revil dengan sangat penasarannya.

"Jangan sekarang kak, aku akan memberitahu kakak besok." Kata Quilla sambil berusaha memejamkan matanya yang terasa mulai berat karena efek obat.

"Baiklah, lebih baik kamu tidur sekarang." Kata Revil sambil mengelus kepala Quilla dengan pelan.

Revil akan memendam rasa penasarannya demi kesehatan Quilla.

CINTA DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang