Mentari mulai melaksanakan tugasnya, sinar panasnya mulai mengusik dan membangunkan Quilla yang masih menikmati tidurnya , pagi ini Quilla pun terbangun ketika merasakan sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah celah gorden kamarnya. Quilla terbangun dengan suasana hati yang lumayan bagus, badan yang terasa sakit sudah berubah lebih baik, tidak ada lagi rasa pusing yang dirasakan kepala Quilla, ya kenyamanan pelukan Revil mampu membuat Quilla menikmati tidurnya semalaman.
Quilla melihat ke atas sambil bermenung. Bayangan akan semua perhatian Revil kepadanya sangat melekat dalam kepalanya, bayangan wajah Revil yang mencemaskannya menari nari indah di dalam kepalanya, ingin rasanya Quilla merasakan sakit lagi agar mendapatkan cinta dan kasih dari seorang Revil. Namun itu mungkin sangat mustahil baginya, karena kesehatan adalah bagian terpenting dalam hidup untuk dapat menikmati kebahagiaan, untuk apa bahagia dengan cinta jika kita hanya merasakannya ketika kita terpuruk. Quilla terlihat sangat bodoh jika dia mau sakit demi cinta seorang Revil. Namun satu hal yang akan menjadi tekad Quilla, ya Quilla ingin Revil mencintainya dengan sepenuh hati di saat dia senang maupun sedih.
Selesai dengan satu tujuannya Quilla pun kembali ke dunia nyata, dunia yang benar benar penuh dengan cobaan. Quilla pun bangkit dari tidurnya dan mulai membersihkan diri dengan cepat, bagaimanapun juga Quilla telah memutuskan untuk pergi bekerja hari ini.
Quilla masuk ke kamar mandi dengan pemikiran yang sangat banyak, semua hal menjadi begitu rumit, ada rasa tak rela terselip di dalam hati kecilnya.
Quilla pun keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Pagi ini Quilla memilih menggunakan setelan kantor yang sangat feminim, wajah cantiknya terekspos dengan jelas. Akhirnya setelah selesai menggunakan pakaian kantornya Quilla pun membangunkan Revil yang masih menikmati tidur dengan nyenyak.
"Kak Rev,bangun kak." Panggil Quilla dengan mengguncang tubuh Revil.
"Hmmm." Gumam Revil tanpa membuka matanya.
"Kak, cepat bangun, nanti malah telat ke kantornya." Kata Quilla sambil kembali melanjutkan riasan wajahnya secara natural.
"Kak bangun dong, ini udah jam delapan loh." Teriak Quilla dengan kerasnya.
Revil yang mendengar suara Quilla pun langsung terbangun dengan mata melotot dan berlari ke arah kamar mandi dengan secepat kilat.
Quilla yang melihat adegan itu terkikik geli sambil memegang perutnya karena menahan tawa, ya Quilla telah berhasil mengerjai Revil yang telah kalang kabut dengan kegiatan mandi paginya.
Revil pun keluar dari kamar mandi dan langsung menggunakan baju yang telah disediakan Quilla dengan sangat cepat, Revil juga mengambil perlengkapan kantornya dengan super cepat.
"Qui, gimana keadaan kamu?" Tanya Revil dengan raut wajah cemas.
"Aku udah sembuh kak, kakak ga usah khawatir lagi ya." Kata Quilla sambil tersenyum tipis namun untuk pertama kalinya Revil termenung karena merasakan getaran hatinya yang mulai mendebarkan jantungnya.
Revil pun membalas senyuman Quilla yang menyejukkan hatinya untuk pertama kalinya dengan senang hati.
Quilla menuju ruang makan terlebih dahulu untuk menyiapan sarapan pagi mereka.
Revil pun menuruni tangga dengan penuh kharisma, di meja makan telah duduk Quilla yang menunggu Revil untuk sarapan bersama. Quilla melayani Revil sebagaimana mestinya.
"Qui kok jam nya masih jam 7 ya?" Kata Revil dengan raut wajah bingung sambil melihat Quilla yang menahan tawa, namun wajah Quilla yang dipenuhi dengan senyuman mampu membuat waktu di sekeliling Revil berhenti.
"Maaf ya kak, aku udah bohong soal jam nya." Kata Quilla sambil tersenyum lebar.
"Kamu udah mulai bisa ya sekarang." Kata Revil sambil tersenyum.
"Itu kan gara gara kakak yang susah banget bangunnya, kan aku juga ga mau kak Rev telat kekantor." Kata Quilla menjelaskan alasan dia berbohong.
"Ya Qui ga papa, kakak juga ga marah kok, malah kakak senang jika kamu perhatian gitu." Kata Revil yang mampu membuat pipi Quilla merah dengan sendirinya.
Quilla telah sibuk dengan pemikirannya yang mampu membuat isi kepalanya pecah, sarapan yang terlihat menggugah selera menjadi tak berarti lagi bagi Quilla. Ya pagi ini Quilla akan mengungkapkan sebuah hal yang sangat berarti bagi Revil, untaian kata kata telah disusun Quilla dengan sedemikian rupa, jantungnya pun ikut berdebar debar yang di penuhi dengan rasa cemas, bagaimana tidak sebentar lagi masa lalu akan kembali terulang.
Quilla pun telah siap dengan kata kata yang akan dikatakannya kepada Revil nantinya. Quilla tahu kali ini dia akan mengatakan sesuatu yang sangat dinantikan oleh Revil selama ini, dan Quilla juga telah siap dengan akibat yang akan di dapatkannya setelah mengatakan ini semua, butuh keberanian besar bagi Quilla untuk mengatakan semua ini dan pernikahannya lah yang akan menjadi taruhannya namun salahkah dia jika dia ingin melepaskan Revil dari ketidakberdayaannya karena menerima pernikahan ini. Bagi setiap orang mungkin ini adalah tindakan yang bodoh namun bagi Quilla ini adalah penentu hidup dan matinya.
Quilla tidak ingin hidup dengan laki laki yang tidak mencintainya, buat apa raga jika hati tidak milik Quilla, ya Quilla ingin semua kejelasan buat hubungannya dengan Revil, buat apa adanya pernikahan jika dibumbui dengan perselingkuhan, Quilla tidak ingin jika hatinya tersakiti lagi dengan kenyataan pahit nantinya karena itu mungkin ini adalah jalan yang terbaik. Ya Quilla juga telah siap berpisah jika Revil memilih meninggalkannya dan kembali kepada masa lalunya.
Sarapan pagi hari ini dipenuhi Quilla dengan lamunan.
"Qui, kamu kenapa sih?" Tanya Revil dengan senyuman yang menyejukkan hati, ntah lah bagi Revil saat ini hatinya sangat bahagia melihat perubahan sikap Quilla kepadanya.
"Hmm... ga papa kok." Kata Quilla sambil melanjutkan sarapannya yang terasa hambar dilidah Quilla.
Setelah selesai sarapan Quilla pun terdiam cukup lama.
"Kak Rev ada meeting ya pagi ini?" Tanya Quilla dengan suara datar namun jantung berdebar keras.
"Hmm ga ada Qui, emangnya kenapa?" Tanya Revil dengan bingung.
"Kak boleh ga kita ngobrol benntaaarrr aja." Kata Quilla sambil harap harap cemas.
"Tentu Quilla, kamu mau ngomong apa sih?" Tanya Revil sambil kembali duduk di hadapan Quilla.
"Kak ini penting buat aku dan kakak." Kata Quilla dengan wajah yang sangat serius.
Revil yang melihat keseriusan di wajah Quilla pun sangat waspada dengan apa yang akan dikatakan Quilla nantinya.
"Ada apa sih Qui, kenapa jadi serius gini sih?" Tanya Revil dengan sangat bingung.
"Kak sebenarnya...."
"Sebenarnya apa Quilla?" Kata Revil dengan tidak sabaran.
"Sebenarnya..... tapi kakak plisss pilih dengan hati kecil kakak ya, Quilla tidak ingin jika kakak salah memilih." Kata Quilla sambil terus menatap mata Revil dengan raut wajah yang sangat serius.
"Iya Qui, jadi kenapa?" Tanya Revil sambil memegang bahu Quilla.
"Kak sebenarnya.... kak Rie...ke udah kembali......."
Hening..............................................
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM
RandomCinta... satu kata yang memiliki beribu makna, ada yang mengatakan cinta itu sederhana, ada yang mengatakan cinta itu membahagiakan, ada yang mengatakan cinta itu menyakitkan. Namun bagiku cinta itu adalah perjuangan. Jika aku telah memutuskan untuk...