53

185 6 0
                                    

"Ya gitu deh kak Jaz" kata Quilla sambil tersenyum malu.

"Gitu gimana sih Quilla, ga usah malu gitu dong" Tawa Jazy sambil meledek Quilla. Semua perkataan dan perbuatannya hanya membuatnya makin tersudut, ya ledekan yang diberikannya pada Quilla seperti menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana tidak batinnya mengatakan kamu telah kalah Jaz, kamu tidak akan pernah mendapatkannya, dia bukan milik kamu Jaz, dia hanya mencintai Revil, sampai kapanpun semua kebaikanmu hanya sia-sia semua perkataan itu memenuhi isi kepala Jazy saat ini, perkataan itu berputar-berputar di dalam otaknya membuat Jazy merasa sangat terhina. Rasanya hatinya ingin menangis saat ini, tangis yang penuh dengan jeritan kepedihan.

"Ini memang akhirnya." Batin Jazy sambil menatap lurus kedepan.

"Aku akan mengakhiri semuanya malam ini." Kata Jazy dengan tatapan acuhnya.

Jazy merasa waktu berakhirnya semakin dekat, melihat Quilla sangat bahagia bersama Revil membuat hatinya sangat terluka, terjatuh, kecewa bahkan teriris bagai sembilu, rasanya semua yang dilakukannya hanyalah palsu, ya kepalsuan ini yang mampu menutupi hatinya yang terlanjur sakit. Canda tawa palsu yang hanya mampu menguatkan hatinya sementara. Namun Jazy tahu dia harus melakukan kepalsuan ini hingga waktunya tiba dimana dia harus mengatakan semua perasaannya, Jazy hanya ingin Quilla tahu bahwa selama ini yang sangat mencintainya hanyalah Jazy. Jazy hanya ingin Quilla tahu bahwa dia telah mencintai Quilla dari dahulu kala, namun dengan kejamnya Quilla tidak pernah menoleh sedikitpun padanya. Quilla malah meninggalkannya semakin jauh.

"Kak Jaz harus tahu hari ini adalah hari kebahagiaan Quilla kak, bagi Quilla pernikahan ini tidak akan menyakiti hati Quilla karena hari ini juga Quilla merasakan cinta dan kasih dari Kak Revil, rasanya itu lega banget, selama kami menikah Quilla tidak pernah merasakan hal yang seperti ini, ya ini adalah harapan Quilla satu satunya, menjadikan pernikahan kami menjadi lebih baik lagi kedepannya." Kata Quilla diiringi suaranya yang mengebu gebu, kilatan kilatan matanya membuat Jazy tahu bahwa kebahagiaan Quilla saat ini adalah hal terbahagia dalam hidup Quilla.

Quilla tidak dapat menutupi rasa bahagianya kali ini, tapi dibalik kebahagiaannya ada hati yang menangis, menangisi penantiannya yang tak berbuah manis. Ya semua ini mungkin sudah jalannya. Jalan yang sangat pahit bagi Jazy.

Bagi semua orang diluar sana, jika kamu mencintai seseorang jangan lupa untuk mengatakannya karena hati belum tentu peka, perbuatan belum tentu menunjukkan hanya kata yang dapat memperjelas apa yang kita inginkan. Ya keterlambatan dalam mengatakan cinta akan membuat semua perbuatan kamu sia-sia karena itu jangan pernah memendam cinta sendirian karena kamu hanya akan mendapatkan diam bukan jawaban.
●●●●●

Di sebuah restoran yang megah Jazy pun menatap Quilla yang terlihat sangat cantik malam ini, ya ini adalah malam terakhir dimana dia dan Quilla akan saling bertatapan satu sama lain.

"Kak Jaz kenapa sih dari tadi lihat Quilla terus." Kata Quilla sambil menatap Jazy dengan sedikit khawatir.

"Ga papa kok Qui, hmm ya udah kita pesan dulu aja ya." Kata Jazy mengakhiri tatapannya pada Quilla.

"Kak aku mau ini aja ya." Tunjuk Quilla pada salah satu menu andalan di restoran ini.

"Samain aja ya mbak." Kata Jazy pada pelayan yang mencatat pesanan mereka.

"Jadi ada masalah apa sih kak Jaz, tumben banget kakak ngajak Quilla makan malam, di tempat mahal pula." Kata Quilla memulai pembicaraan mereka dengan sangat penasaran.

"Kakak masih ngajak Quilla buat jadi model lagi ya, sebelum kakak ngajak Quilla buat jadi model kakak harus tahu bahwa Quilla ga bisa lagi jadi model kak, soalnya kerjaan kantor udah ribet banget jadi bakal susah buat cari waktu lain atau ada masalah lain ya kak?" Tanya Quilla yang masih mengoceh tentang penolakannya dalam dunia model.

Jazy pun hanya tersenyum melihat adik kecil yang sangat dicintainya mengoceh tidak jelas.

"Jadi tujuan sebenarnya kakak ngajak kamu kesini karena...."

"Maaf pak buk, ini makanannya, selamat menikmati." Kata pelayan itu dengan sangat ramah sambil berlalu dari hadapan mereka.

"Ya udah lebih baik kita makan dulu ya Qui." Kata Jazy mengakhiri rasa penasaran Quilla karena melihat makanan yang sangat menggiurkan di depannya.

"Duh enak banget ya kak, kapan-kapan kita makan disini lagi ya, ajak yang lain juga." Kata Quilla sambil tersenyum di sela makannya.

"Iya Qui, nih kamu harus sering kesini, disini makanannya enak-enak semua dan harganya pun terjangkau ya, walaupun ini termasuk restoran mewah tapi makanannya ga terlalu mahal kok." Kata Jazy sambil memakan makanannya dengan sangat lahap.

"Jazy......" Sapa seorang wanita yang terlihat sudah berumur namun masih meninggalkan raut wajah yang masih terlihat muda.

"Eh tante Gla, mau kemana tan?" Tanya Jazy dengan sangat ramah sambil bersalaman dengan wanita itu.

"Itu tante ada meeting dengan kolega di ujung sana." Kata tante Gla sambil menunjuk tempat dimana dia akan mengadakan meeting, Jazy pun menoleh ke arah yang ditunjuk tante Gla sambil memasang wajah terkejutnya.

"Ria... " Kata Jazy dengan gumamannya.

"Tante tadi menyuruh Ria dulu buat ketemu kolega itu soalnya tante ada urusan dulu tadi, ya udah ya Jaz, tante duluan ya, anak manis tante duluan ya." Kata tante Gla sambil tersenyum pada Jazy dan Quilla sambil berjalan kearah tempat meetingnya.

"Kak Jaz kenal sama tante tadi?" Tanya Quilla sambil memperhatikan tante itu dari jauh.

"Ya kenal lah Qui, tadi itu teman mama." Jawab Jazy sambil melanjutkan makannya.

"Hmm gitu, kirain siapa." Jawab Quilla sambil tersenyum dengan sangat manis kepada Jazy.

Jazy pun hanya terdiam sambil meminum minumannya karena makanannya sudah habis terlebih dahulu. Jazy pun memikirkan apa yang akan dilakukannya jika Ria ada disini.

"Nanti aja deh pikiran, yang terpenting saat ini aku harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu." Batin Jazy sambil berpikir dengan keras.

"Oh ya kak, jadi kakak mau bilang apa sih sebenarnya?" Tanya Quilla lagi karena Quilla sudah menghabiskan makanannya dengan cepat. Ya Quilla tidak ingin jika suasana menjadi senyap disaat rasa penasarannya belum terobati.

"Eh, jadi gini Quilla, kakak ngajak kamu kesini karena sebuah alasan." Kata Jazy yang tidak tahu harus bagaimana cara untuk mengatakannya.

"Alasan apa sih kak Jaz?" Tanya Quilla dengan sangat lembut.

"Kakak mencintaimu."

"APA." Kata Quilla yang shock mendengarnya.

"Ya kakak mencintai kamu dari dulu Qui, bukan sebagai adik tapi sebagai wanita yang pantas dicintai." Kata Jazy menjelaskan perasaannya saat ini.

"Tapi... Kenapa kak?" Tanya Quilla yang masih shock mendengar semuanya. Quilla tidak habis pikir kenapa Jazy mengatakan hal ini, dan saat ini pula.

"Kamu ga usah khawatir karena bagaimanapun kakak ga mengharapkan kamu akan berpaling ke kakak dan meninggalkan Revil, kakak hanya ingin kamu mengetahui semuanya karena kakak ga bisa lagi memendam perasaan ini terlalu lama lagi Qui." Kata Jazy sambil menatap Quilla dengan penuh kepedihan.

"Maafin kakak ya Qui, karena kakak sudah merusak suasana hati kamu." Kata Jazy yang tahu bahwa Quilla merasa bersalah karena tidak dapat menerima perasaannya.

"Tapi kak....

CINTA DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang