Setelah pesta dansa telah usai, dansa bersama para tamu pun dijadikan acara paling meriah, disaat itulah Quilla menjauah dari Revil bahkan berlari ke arah pintu gedung, suasana hati yang gelisah membuat Quilla harus pergi untuk menenangkan hatinya yang dilanda rasa tidak terima, tidak ada satupun orang yang memperdulikannya kecuali Jazy, bahkan Revil hanya menatapnya tanpa ada satu katapun, Rieke pun langsung menggengam tangan Revil dengan sangat erat, senyuman yang ditampilkan Rieke kepada Revil adalah senyuman tulus yang dipenuhi dengan kasih sayang dan mampu membuat Quilla menahan rasa kepahitan, tak mudah jika harus menjadi Quilla, sebagian wanita tidak akan sanggup melihat bagaimana sakitnya rasa cemburu itu, tapi apakah pantas jika Quilla cemburu, dialah yang baru hadir dalam hidup Revil, dialah yang mengubah takdir sehingga Rieke harus kehilangan cintanya, namun apa salah Quilla sehingga saat ini kehidupannya harus seperti ini, apakah Quilla harus mengalah? sungguh miris bukan.....
Disebuah taman yang gelap, Quilla pun memilih menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangan, air mata yang ditahannya mulai tumpah membanjiri tangannya. Isakan demi isakan itu terdengar dengan sangat jelas. Jazy pun hanya menatap Quilla dengan wajah yang sulit diartikan, Jazy memilih duduk di sebuah tempat duduk yang tak jauh dari keberadaan Quilla, dia hanya ingin memastikan jika Quilla aman, wajahnya menampilkan tatapan tajam yang bisa digunakan sebagai pertanda bahwa dia sungguh menahan emosi yang membuatnya ingin meledak ledak sekarang juga, sungguh Jazy tidak sanggup melihat Quilla berurai air mata menangisi cowok plin plan yang sampai saat ini tidak bisa menunjukkan siapa sebenarnya pilihannya. Melihat seseorang yang kita cintai menangisi cowok lain adalah pemandangan yang sangat menyedihkan. Jazy sangat marah saat ini melihat bagaimana Quilla terduduk tanpa tahu arah yang akan ditujunya, Jazy ingin sekali mendekap Quilla, menghiburnya bahkan membawanya pergi jauh dari Revil namun semua itu tidak mungkin karena Quilla ingin menyelesaikan masalahnya dengan sikapnya yang bertanggung jawab.
Sudah sejam Quilla menangisi Revil yang tak tampak dimana batang hidungnya. Akhirnya Jazy pun menghampiri Quilla.
"Kak Jaz." Panggilnya dengan suara terkejut yang tidak bisa dikatakan baik.
"hussshhhh..... jangan menangis lagi Qui, jangan buat kakak mengkhawatirkan kamu lebih dari ini." Kata Jazy sambil mengusap air mata Quilla dengan lembut.
"Lepaskan jika itu mampu menyakitimu dan genggamlah jika itu dapat membahagiakanmu." Nasihat Jazy yang dapat dicerna Quilla dengan sangat baik.
"Aku takut buat melepaskannya Kak, aku takut jika aku harus hidup dalam penyesalan." Kata Quilla sambil memeluk Jazy lebih erat lagi.
"Hei... apa yang kamu takutkan, ada kakak yang selalu mendukungmu,sekarang jadilah Quilla yang selama ini kami kenal, kembalilah, jangan seperti ini lagi Quilla." Kata Jazy sambil menatap Quilla.
"Hmmm aku akan mencobanya kak." Kata Quilla sambil menatap mata Jazy yang penuh dengan keyakinan.
"Ya sudah ayo, kamu harus pulang dan selesaikanlah masalah kamu dengan hati yang tenang, berpikirlah dengan jernih, ingat kakak akan selalu mendukungmu." Ajak Jazy sambil menggandeng Quilla ke arah mobilnya.
*****
Setibanya di kamar, Revil pun telah menunggu Quilla dengan wajah yang tidak bisa dikatakan baik. Quilla pun memilih membersihkan dirinya terlebih dahulu, setelah setengah jam waktu berjalan Quilla keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar, tidak ada lagi wajah kusut yang diperlihatkannya, yang ada hanyalah wajah tenang dan siap untuk menyelesaikan masalahnya.
"Ayo kita bicara." Ajak Quilla pada Revil untuk mengikutinya ke ruang keluarga. Revil hanya mampu terdiam tanpa adanya bantahan.
"Aku tidak akan menghabiskan waktuku yang sempit hanya untuk masalah seperti ini kak Rev, tapi itulah mungkin kakak sangat menginginkan keputusanku untuk menentukan kehidupan kakak kedepannya, karena itu aku memilih mengalah dengan semua permasalahan ini, nikahilah kak Rieke di depanku 2 hari lagi, aku yakin kak Rieke tak butuh banyak resepsi, tak butuh beribu undangan, tak butuh pesta pernikahan yang mewah, dan aku sangat yakin jika yang dibutuhkannya hanyalah kak Revil, karena itu hargailah kebesaran hatiku demi kebahagiaanmu ini." Kata Quilla sambil menatap Revil yang shock bukan kepalang, wajahnya pun memucat dengan sendirinya.
"Qui, kenapa?" Kata Revil sambil menahan Quilla.
"Plis jangan begini Qui, jangan bertingkah seolah kamu kuat menghadapinya." Kata Revil sambil menangkup kedua wajah Quilla didalam genggamannya.
"Aku harus apa kak, jika kakak hanya diliputi dengan kebingungan semata tanpa memutuskan apapun, sungguh digantungkan itu benar benar tidak menyenangkan, lebih baik aku terluka dengan amat sangat parah namun hanya satu kali itu aku akan merasakan sakit yang luar biasa daripada aku harus merasakan sakit yang sedikit namun berkepanjangan, aku tidak sekuat itu kak." Kata Quilla sambil menatap bola mata Revil.
"Aku tidak ingin lagi adanya perselisihan kak, yang aku inginkan hanyalah kebahagiaan, aku ingin kakak bahagia dengan pilihan kakak, karena itu hargailah keputusanku itu." Kata Quilla sambil berlalu meninggalkan Revil.
"Tapi ini bukan pilihanmu Quilla, jangan begini, kakak tidak ingin begini." Kata Revil bersikeras dengan keputusannya.
"Hargailah keputusanku kak." Kata Quilla sambil melanjutkan jalannya ke dalam kamarnya dan Revil, ya tidur adalah pilihan terbaik untuk meredam emosi.
"QUI TAPI KAKAK MENCINTAIMU." Teriak Revil yang mampu membombardir perasaan Quilla, ada terselip kebahagiaan tersendiri di dalam hatinya mendengar kata cinta dari Revil, namun apa daya keputusannya bukanlah suatu hal yang dapat diremehkan, ini sudah bulat."
Quilla pun hanya terdiam sambil melangkah pergi dan berpura pura tidak mendengar perkataan ini, perkataan keramat yang mampu merobohkan seluruh pertahanannya, tapi setidaknya dia tahu bahwa dia mampu mengambil bagian hati Revil hanya untuknya. Ya berbagi hati mungkin tidak enak namun apa daya, lebih baik ada daripada tidak sama sekali.
*****
Setelah 2 hari berlalu, hari ini adalah hari dimana pernikahan Revil dan Rieke dilangsungkan, Quilla pun menatap pernikahan itu dengan tenang. Pada awalnya semua orang menentang keputusan Quilla namun sayang keputusannya telah bulat, tidak ada yang mampu membuatnya menarik kembali keputusannya, bahkan Emi pun hingga pingsan mendengar suara teriakan Rieke yang sangat bahagia mendengar kabar pernikahannya, ya kabar itu adalah mimpi buruk bagi Emi, melihat sahabatnya harus berkorban terus menerus demi kebahagiaan orang lain.
Saat ini Rieke pun tersenyum dengan sangat manis, para perias pun merasakan bagaimana bahagianya pengantin wanitanya saat ini.
"Dea apakah aku sudah cantik?" Tanya Rieke dengan senyuman yang sangat lebar.
"Tenang aja kamu selalu cantik Ke , hari ini adalah hari bahagia kamu, maka nikmatilah." Kata Dea selaku penata rias Rieke.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM
RandomCinta... satu kata yang memiliki beribu makna, ada yang mengatakan cinta itu sederhana, ada yang mengatakan cinta itu membahagiakan, ada yang mengatakan cinta itu menyakitkan. Namun bagiku cinta itu adalah perjuangan. Jika aku telah memutuskan untuk...