59

195 9 2
                                    

Pohon tua sudah tak mampu menahan semua bebannya, Daun hijau telah berubah menjadi kuning, buah jambu telah membusuk karena dibiarkan begitu saja, awan putih mulai berubah menjadi gelap hingga rintik hujan terlempar dengan sangat kasar dan menyentuh tanah yang hitam, begitupun aku disini, terdiam dan termenung.

"Hai" kata pertama yang bisa aku keluarkan dari mulutku, aku menaburkan bunga ke atas tanah hitam yang mulai ditumbuhi rerumputan, aku siramkan sebotol air untuk penyejuk dirinya disana, dan kukirimkan beribu do'a untuk kebahagiannya selamanya.

Aku termenung menatap nisan yang tak lagi putih, warna keabuan membuatnya terlihat kusam, membayangkan wajahnya yang begitu berseri dikala kata cinta memenuhi setiap perkataannya membuat aku tertegun. Rasanya masih sama, bahkan semakin bertambah, hatiku bergetar dan membabi buta, bahkan kata rindu pun tak mampu menyampaikan isi hatiku, menangis suatu hal yang tidak akan kulakukan lagi, aku tahu dia telah membuktikan semuanya, janji yang dia buat dan tak akan pernah dia ingkari, aku hanya ingin mengatakan tunggu aku, karena bagaimanapun aku akan kembali hanya pada dirimu.

"Maaf, jika Quilla jarang melihat kakak, maaf jika Quilla selalu datang terlambat, maaf jika Quilla selalu membuat keputusan yang buruk, tapi ketahuilah kak Quilla tidak ingin meninggalkan penyesalan di kemudian hari, Quilla yakin jika hidup berbagi tak seburuk pemikiran orang lain, lihatlah Quilla telah tumbuh dengan sangat cantik,tegar, dan kuat bahkan Quilla bahagia dengan semua ini, hanya dengan cara ini hati Quilla bisa damai, damai tanpa memikirkan akan adanya perselingkuhan, damai tanpa memikirkan kecemburuan yang tak ada artinya, damai tanpa memikirkan perkataan orang lain, ya Quilla hanya ingin terlihat bahagia walau itu dengan cara yang pahit." Kata Quilla dengan sangat hati-hati, ya tak ada ekpresi yang bisa di perlihatkannya, yang ada hanyalah keikhlasan hati dalam menjalani kisah pelik ini.

*****

Jazy memakirkan mobilnya di sebuah taman kota, setelah mendapat pesan singkat dari tante Gla Jazy pun bergegas ke lokasi yang telah ditentukan, ya dia hanya ingin kepura-puraan ini segera berakhir, Jazy tak ingin memberi harapan palsu pada Ria, Ria adalah wanita sempurna, wanita cantik yang tak punya kekurangan apapun bahkan Ria lebih dari kata cukup, namun apalah daya, Jazy tak suka kebohongan jika ingin memulai suatu hubungan, sudah cukup selama ini dia menjalani hidup yang penuh dengan kepalsuan.

"Jaz." Suara indah itu mengalun lembut di telinga Jazy, senyuman manis menyambutnya dengan penuh cinta.

"Ayok ikut denganku." Kata Jazy sambil menggenggam tangan Ria dengan erat.

Sebuah tempat duduk yang terletak di bawah pohon rindang menjadi tempat yang dipilih Jazy untuk mengatakan semuanya.

"Aku tidak suka berbasa-basi Ri, bagiku pernikahan bukanlah sebuah lelucon." Kata Jazy memulai semuanya dengan serius.

"Aku tahu Jaz, aku tidak pernah membuat lelucon dengan pernikahan kita." Kata Ria dengan wajah heran.

"Maaf Ri bukan itu maksudku, aku tak bisa melanjutkan ini semua, sudah cukup kita harus bersandiwara selama ini dan makasih buat semua kebaikanmu." Kata Jazy sambil menatap wajah Ria yang tak menyangka dengan kata-katanya.

"Apa maksudmu Jaz?" Kata Ria dengan wajah panik.

"Aku tahu bahwa aku pernah mengatakan bahwa aku akan menerima perjodohan ini pada mama, namun semakin hari aku semakin berpikir jika itu tidak mungkin." Kata Jazy sambil menatap lurus taman kota yang mulai terlihat suram.

"Jaz, apanya yang tak mungkin, apakah begini caramu mempermainkan aku?" Tanya Ria tidak habis pikir pada jalan pikiran Jazy yang sungguh kekanak-kanakan.

"Maaf Ri, tapi kamu tahu aku tidak pernah mempunyai setitik pun rasa cinta padamu, kamu tahu itu dengan sangat jelas bukan." Kata Jazy sambil menatap mata Ria dengan dalam sebagai bukti jika dia tidak ingin mempermainkan Ria.

"Ya aku tahu, aku hanyalah orang baru yang menyelinap di dalam kehidupanmu, ya aku sadar jika aku bukanlah prioritasmu, aku tahu kamu tidak pernah mencintaiku karena aku pun tahu bahwa kamu hanya mencintai Quilla." Kata Ria yang mampu membuat Jazy terdiam sambil menatap lekat wajah Ria yang terbakar api kecemburuan.

"Kamu tahu semua itu?"
"Bagaimana bisa?" Tanya Jazy sambil memegang kedua pundak Ria, ya Jazy tidak menyangka jika Ria telah mengetahui semuanya.

"Biarkan aku menjadi yang tersakiti asalkan kamu mau melanjutkan perjodohan ini, aku tak akan meminta apa-apa, aku tak akan mengganggu kehidupanmu, aku tak akan mengurus semua tentang kamu, hanya dengan kamu berada disisiku itu sudah cukup, biarkan aku menanggung semua akibatnya." Kata Ria sambil menahan bendungan air mata yang akan mengalir, ya dia hanya mampu menatap langit sebagai saksi bisu betapa rendah harga dirinya ketika dengan hinanya dia meminta Jazy melakukan semua ini. Katakanlah dia bodoh, katakanlah dia gila, katakanlah dia pengecut namun apalah daya ini semua memang keinginannya.

"Ri, kenapa kamu melakukan ini semua?" Tanya Jazy sambil memegang kedua wajah Ria yang telah lelah dengan semua ini.

"Karena aku sangat membencimu." Kata Ria dengan penuh penekanan.

"Benci?" Tanya Jazy sambil menatap bola mata Ria yang sudah tak mampu menahan perihnya goresan hati, seakan sudah mengalir indah tetesan darah di dalam tubuhnya.

"Ya aku benci melihat senyummu yang manis, aku benci melihat wajahmu yang rupawan, aku benci melihat langkahmu yang pasti dan aku sangat benci ketika semua kamu tunjukkan bukan untukku." Kata Ria dengan kata-kata yang begitu menyayat hati, pipinya sudah dipenuhi dengan uraian air mata.

"Jika kamu tidak bisa menganggapku istri, tak apa, anggaplah aku sahabatmu, sehingga aku bisa menggantikan posisi Quilla di hatimu, aku sangat mencintaimu Jaz." Kata Ria sambil menggenggam tangan Jazy dengan erat.

Jazy hanya mampu terdiam, hatinya terasa sesak melihat begitu banyak pengorbanan yang akan dilakukan wanita dihadapannya kali ini, ingin rasanya Jazy mencintai dia namun cinta tak semudah membalikkan telapak tangan bukan.

"Aku pergi." Kata Ria melangkah jauh dari hadapan Jazy, ya dia hanya tak ingin Jazy melihat betapa lemahnya wanita angkuh seperti dirinya.

"Baiklah hanya untuk membahagiakanmu, aku kan menikahimu secepatnya." Kata Jazy sambil melihat kepergian Ria.
*****

3 bulan kemudian

"Aku hamil" Teriaknya dengan keras.

CINTA DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang