Chapter 6

8.9K 1.5K 281
                                    

Pagi ini masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Seungwan masih harus bangun lebih cepat dan melewati kegiatan Ospek sampai dua hari ke depan. Cewek itu terbangun dari tidurnya setelah alarm dari jam weker kampret hadiah ulang tahun pemberian Mama yang berbunyi gila-gilaan. Tanpa banyak mengulur waktu, ia segera mempersiapkan diri supaya tidak telat datang ke kampus. 

"Seungwan, sarapan dulu!" seru Mama padanya ketika Seungwan langsung melesat dan mengambil sepatu di rak.

"Iya, Ma."

Cewek itu kembali ke meja makan tidak untuk berhenti dan duduk menikmati sarapan, melainkan mencomot roti selai kacang yang sudah berada di piringnya.

"Berangkafsts, Mm!" katanya tidak jelas dengan roti di mulutnya. 

Flat shoes hitamnya terpasang dengan terburu-buru. Kedua kaki Seungwan melangkah sangat pasti dan penuh percaya diri menuju halte bis. Tak perlu menunggu lama, bis dengan tujuan jalur melewati Universitas Hwa Yang Yeon Hwa pun tiba. Tanpa pikir panjang, Seungwan menaikinya dan memilih tempat duduk paling belakang yang bersebelahan langsung dengan jendela kaca. Untunglah penumpang bis tidak seramai kemarin, setidaknya Seungwan bisa duduk nyaman dan menikmati susu pisang yang ia beli di swalayan kemarin. 

Setelah beberapa menit bis bergerak, ia teringat akan satu hal yang baginya tidak terlalu penting sebelum memasang earphone ke telinga. "Oh, iya... Hari ini si senior kampret itu kan minta gue dateng jam tujuh," gumamnya. Kemudian ia menggeleng cepat. "Alah... Biarin aja deh! Salah sendiri! Kan gue nggak pernah bilang iya, lagian nolong orang kok nggak ikhlas banget!" cerocos Seungwan.








***









Cukup melelahkan untuk hari pertama Ospek Fakultas. Sistem perkuliahan dan beberapa hal penting dalam setiap program studi juga sudah diperkenalkan. Cewek itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang ia tempati. Akhirnya, setelah beberapa jam mendengarkan materi-materi yang tentunya tidak seberapa ia mengerti itu selesai juga. Seungwan lega bukan main.

Akan tetapi, rupanya rasa lega itu terlalu dini untuk Seungwan. Terdengar suara MC yang berkata, "Sekarang, masing-masing berkumpul satu Progdi. Sudah liat pengumuman di luar, 'kan? Manajemen sebelah kanan, Akutansi tengah, dan Bisnis di kiri. Nanti akan ada mentor yang mengarahkan per kelasnya." 

Astaga, apalagi sekarang?!

Son Seungwan tidak ingin mengeluh lagi. Ini demi kuliah yang ia idamkan. Tanpa banyak bicara Seungwan langsung menyandang tasnya. Segera berpindah posisi, berjalan menuju Program Studdi Manajemen berada. Ia langsung melihat papan nama kelas B yang akan menjadi kelasnya. Seungwan melangkah berdesak-desakan dengan mahasiswa lain. Segesit mungkin, cewek itu menduduki kursi tengah. Untunglah di depan sudah terisi dan ia tidak telat, sehingga cewek itu tidak akan mendapat kursi belakang.

"Halo..." sapa seorang cewek yang baru saja datang. Seungwan menoleh. "Di sini kosong nggak?" tanya cewek bermata seperti kucing itu.

"Oh, iya, kosong kok. Duduk aja," sahut Seungwan tanpa ragu.

"Kamu dari gugus mana?" tanya cewek itu ketika baru saja duduk di kursi sebelahnya.

"Gugus E. Kalo lo?" tanya Seungwan. "Sori ya, gue nggak sopan, soalnya gue udah biasa biar lebih akrab jadi gue-lo aja gitu," tambahnya sambil cengengesan.

"Haha, iya, nggak pa-pa. Santai aja. Gue dari gugus A, by the way," jawab cewek manis itu sembari tersenyum ramah.

"Widiih! Gugus A. Anak pinter-pinter dong," puji Seungwan.

Cewek itu tersipu. "Aah, nggak juga. Sama aja." 

Seungwan nyengir lebar. 'Cewek ini asyik juga. Kayaknya pinter. Kalo jadi temen, gue bisa belajar bareng sama dia,' batinnya.

Only Wan Save MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang