Chapter 9

9.4K 1.5K 239
                                    

Suara gaduh terdengar dari koridor gedung UKM Universitas HwaYangYeonHwa. Lontaran canda dan gelak tawa segerombolan mahasiswa yang asyik nongkrong di depan studio musik UKM Seni HYYH. Keceriaan dan keakraban itulah hal pertama yang menyapa Kim Namjoon saat dia hampir sampai di sana. Meskipun tidak semua anak Seni saja yang ikut berkumpul dan berbaur. Mereka terdiri dari berbagai organisasi dan sering membantu UKM Seni jika sedang menyelenggarakan berbagai acara. Sebagai tambahan bantuan tambahan. Namanya juga satu universitas, harus tolong-menolong.

"Gileee! Ketawa lo kedengar sampe ke depan, Bang Jongdae!" celetuk Namjoon sambil tertawa.

"Iye, emang congornya dia nggak bisa di kontrol," sahut salah satu cowok yang asyik dengan sebuah gitar di pangkuannya.

"Suara gledek emang!!"

"Gue sumpelin pake kaos kakinya Bang Minseok, mau lo?!"

"Janganlah! Pake sumpelan bra-nya Kak Seohyun baru boleh! Rela dunia-akherat gue sumpah!"

"Laknat lo!!"

Mereka semua tertawa terbahak. Biasa, candaan tidak senonoh mahasiswa-mahasiswa HYYH dari berbagai jurusan. Kim Namjoon yang merupakan Ketua UKM Seni baru juga ikut tertawa dan berbaur bersama senior-senior itu.

"Mau latihan, Joon?" tanya salah satu senior yang berambut cepak.

"Nggak, Bang. Iseng-iseng. Mau cek alat musik aja, sekalian mau ganti snare drum. Kemaren dapat keluhan dari anak-anak," sahut Namjoon sumringah.

"Nah, gini nih, Ketua UKM yang bener! Peduli ama inventaris UKM!"

"Pemasukan banyak nih, sampe ganti senar segala."

Namjoon makin cengengesan. "Syukurlah, Bang. Hehe. Gue masuk dulu," pamitnya, lalu berjalan masuk ke studio.

"Ho'oh!"

Setelah melewati sekumpulan senior tadi, Kim Namjoon mengerutkan hidungnya ketika menyadari bau apek di depan studio. Dasar, kebiasaan anak-anak yang suka membuang sampah sembarangan di depan studio. Padahal bak sampah tidak jauh dari sana.

Usai membuka pintu, cowok bertubuh jangkung itu memeriksa berbagai alat musik yang tersusun lumayan rapi. Dia mulai mengecek gitar akustik yang katanya sudah tidak layak untuk dipakai. Mungkin karena sudah lama, dan kayunya yang sedikit bengkok. Namjoon mencobanya sendiri. Dia memainkannya. Melihat apa yang salah. Senarnya baru, tapi suaranya tetap fals. Meskipun sudah di setem, tetap saja ada bagian senar yang mati.

"Emang harus diganti kalo ini," gumamnya seraya menaruh kembali gitar ke tempat asalnya.

Dia terus berlanjut ke alat musik lainnya. Keyboard beres. Bass juga beres. Sound juga tidak ada masalah. Masih bagus, tanpa perlu diberi service lagi seperti bulan-bulan yang lalu.

Mengingat tawaran perform di Fakultas bahasa dua minggu lagi, membuat Kim Namjoon memastikan kembali alat-alat musik di studio aman untuk digunakan. Kalau tidak diperiksa sebelum latihan dan tampil, nanti bisa kacau urusannya.

Sepertinya semua sudah selesai. Tetapi, entah mengapa Namjoon merasa masih ada yang kurang. Cowok itu diam sejenak di depan pintu. Urung untuk keluar. Dia kembali masuk dan memperhatikan tiap alat musik yang ada satu per satu.

"Apa lagi ya?"

Cowok itu berpikir lebih keras. Dari gitar, bass, keyboard hingga seperangkat sound system.

"Oh, iya! Lupa, drum belom," gumamnya sambil menepuk jidat.

Kim Namjoon segera berjalan menghampiri satu set drum yang belum dia sentuh sama sekali. Namun ketika cowok itu berdiri di depan alat musik pukul itu, tercium semilir aroma asing yang menusuk indra penciumannya. Aromanya sangat tajam.

Only Wan Save MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang