Chapter 20

9.7K 1.2K 565
                                    


"Nyari apa kamu, Wan?"

Son Seungwan menoleh ketika mendengar teguran dari Ibunya. Saking asyiknya dengan kotak-kotak barang lawasnya, cewek itu sampai tidak sadar kalau Sang Ibu telah mengamatinya sejak beberapa saat lalu. Seungwan menyengir lebar. Dia pasti akan diomeli karena telah menghamburkan isi kotak-kotak yang dua bulan ini tak pernah dibuka kembali. Setelah mereka pindah dari Seoul, barang-barang yang ada dalam kotak tersebut memang belum sempat dibongkar. Seungwan dan Ibunya terlalu sibuk untuk mempersiapkan usaha dagang kecil-kecilan mereka.

"Aku nyari notebook, Bu. Ibu lihat buku catatan warna biru pastel gitu nggak?" tanya Seungwan sembari kembali fokus menggeledah kotak-kotak itu.

"Ibu kayaknya lihat kamu masukin di box buku-buku bekas kamu," kata Ibu seraya menghampiri dirinya dan ikut mengambil box besar berisi buku paling bawah sendiri.

"Serius, Bu? Ya ampun... aku cari-cari juga dari tadi," tanggap Seungwan girang.

"Ya kamu nggak nanya sama Ibu."

"Hehe, iya juga sih."

Dalam hitungan berapa menit, setelah membuka box tersebut, Ibunya langsung menyodorkan buku catatan semasa putrinya kuliah tersebut. "Memangnya di buku ini ada apa, Seungwan?"

Son Seungwan menggaruk tengkuknya sambil menyengir dan berkata, "Ada nomornya Hoseok sama Joohyun, Bu. Dulu aku sempat catat nomor mereka pas waktu Ospek buat jaga-jaga."

Mendengar putrinya yang menyebut nama salah satu teman terdekatnya itu, mata Ibu langsung berbinar. "Aduh, Ibu jadi kangen sama Hoseok. Biasanya bantuin Ibu bikin kimchi sampai malam."

Son Seungwan tersenyum tipis. Cewek itu mengangkat buku note pastelnya sebelum berbicara, "Makanya, Bu. Buku ini penting. Ada nomornya Hoseok. Nanti, aku bakal nyuruh dia main ke sini deh, Bu. Kalo bisa, bantuin Ibu bikin kimchi semaleman, hahaha..."

"Udah, sana. Buruan hubungin Hoseok. Sampaikan salam dari Ibu."

"Siap, Bu." Seungwan memberikan hormat dengan tangannya. Berlagak seperti prajurit perang pada komandannya.

"Ibu, pergi ke pasar dulu, Seungwan. Hati-hati di rumah."

"Iya, Bu."

Beginilah rutinitas Son Seungwan selama satu bulan terakhir setelah kepindahannya dari kota Seoul. Cewek itu hanya berdiam diri di rumah. Memandangi keadaan keluarganya yang sudah hancur tertimpa bencana.

Setelah pendakian bersama Min Yoongi, cewek itu mendapati tempat tinggalnya yang sudah porak poranda. Debt collector merusak perabotan rumah tangga di dalamnya. Ibu menangis memohon agar diberikan keringanan dan mendapat memperpanjang waktu untuk membayar hutang-hutang yang disebabkan Sang Ayah. Dan adik Son Seungwan yang masih kecil hanya bisa memeluk Ibu dari belakang karena takut. Sumpah demi apapun, Son Seungwan tidak ingin lagi melihat wajah Ayah. Sudah cukup penderitaan yang disebabkan beliau pada dirinya, Ibu dan juga adiknya.

Seungwan memandang pilu semua yang terjadi selama ini. Kini dia harus tinggal di rumah sederhana yang jauh lebih sempit dari rumah yang sebelumnya. Hanya ada dua kamar. Dan sisanya, ruang tamu, dapur, kamar mandi, semua berkumpul jadi satu di tengah.

Dia bersyukur, setidaknya setelah Ayah keluar dari penjara nanti, beliau tidak akan mencari mereka untuk membuat onar dan masalah bertubi-tubi. Son Seungwan-lah yang memaksa Ibu dan adiknya untuk pindah kemari. Biar saja jauh!! Biar dia juga lupa akan perasaannya pada Min Yoongi.

Oh, nama itu!!

Nama Min Yoongi kembali terngiang di kepalanya. Dan seluruh kenangan bersana cowok itu, ingin dia buang bersama kepergiannya kemari. Son Seungwan yakin, seiring berjalannya waktu, dia akan lupa pada cowok itu.

Only Wan Save MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang