10 Teror I

2.4K 178 31
                                    

Disclaimer©Masashi Kishimoto

Guardian©Angels0410

Pagi ini seperti biasanya, keluarga Sabaku melakukan sarapan bersama dengan tenang dan sunyi, tanpa kehadiran ayah Gaara. Namun ada yang sedikit berbeda, ada kecanggungan yang terlihat di antara Gaara dan Hinata. Dan entah bagaimana wajah Hinata bisa merah seperti sekarang.

"Hinata kau sakit?" Pertanyaan Temari menghentikan seluruh pergerakan di ruangan itu, "Wajahmu merah, apakah kau demam?"

"Ti-tidak, Temari-san." Jawab Hinata pelan.

"Tapi wajahmu memerah, apa ada yang terjadi?" Tanya Kankuro.

"A-Ano i-itu." Jawaban Hinata yang gugup malah membuat semua orang menjadi semakin penasan.

"Kankuro kau membuat Hinata tidak bisa memakan makanannya." Ucap Gaara sambil meletakkan gelas yang sudah kosong, "Biarkan dia menyelesaikan makannya."

"Aku hanya ingin berta-"

"Maaf tuan." Seorang pelayan datang menghampiri mereka dengan sebuah kotak yang besar, "Maaf tuan, saya lupa memberikan sebuah paket yang dikirimkan kemarin malam."

Gaara melirik kotak tersebut, tapi tiba-tiba ia merasa sebuah tarikan pada bajunya yang ternyata adalah Hinata. Gaara bisa melihat raut ketakutan pada wajah Hinata. "Letakkan di ruang kerjaku." Perintah Gaara.

"Selesaikan makanmu." Ucap Gaara pada Hinata setelah pelayan itu pergi.

Hinata mengangguk namun pikirannya tetap dipenuhi oleh kotak itu. Kotak itu sama persis dengan kotak hadiah yang selama ini ia beri pada Sasuke. Hinata sebenarnya sudah kehilangan napsu makannya, namun Gaara masih tetap memperhatikannya. Dengan terpaksa ia memaksakan diri untuk makan dan kemudian dentingan sendok yang terjatuh menganggetkan Kankuro dan Temari.

"Hinata ada apa?" Tanya Temari panik, ketika melihat Hinata yang berlari menuju toilet. Temari yang baru saja akan menyusul Hinata, dihentikan oleh Gaara.

"Aku yang akan melihat, kalian lanjutkan saja makan." Ucap Gaara.

Setelahnya Gaara pergi meninggalkan ruang makan dan menyusul Hinata. "Hinata, kau baik-baik saja?"

Hinata menggangguk, namun itu kembali muntah.

Gaara memijit tengkuk Hinata, "Sudah tak apa?" Tanya Gaara ketika Hinata sudah tak lagi memuntahkan makanannya.

Hinata berpegang pada lengan suaminya, sebab ia merasa gelisah dan tertekan. Kotak itu ia yakinin adalah kota yang pernah ia berikan pada Sasuke. Ia sangat yakin. "Gaara-kun, bu-buang saja ko-kotak itu."

"Baiklah. Jika itu maumu." Gaara tak banyak bertanya, melihat reaksi Hinata bisa dipastikan teror itu sama seperti waktu itu. "Lebih baik kamu istirahat." Gaara pun membantu Hinata kembali ke kamar.

"Hinata aku akan pergi dalam beberapa hari untuk urusan perkerjaan." Ucap Gaara setelah mereka sampai di kamar.

"Eh?" Pernyataan tiba-tiba Gaara mengejutkan Hinata.

"Kamu akan tetap di sini, kurasa itu akan lebih baik." Tambah Gaara.

Hinata memandang Gaara dengan gusar, ia merasa tidak nyaman jika harus tinggal sendiri di kediaman Sabaku. Walaupun orang-orang yang ada di tempatnya sekarang ramah, namun ia tetap merasa takut.

"Gaara-kun." Panggil Hinata pelan, dengan wajah yang menunduk ia berucap, "Bo-Bolehkah a-aku ikut saja?"

Gaara menautkan kedua alisnya, melihat tingkah Hinata. Dirinya memang sempat berpikir untuk membawa Hinata, namun memikirkan kesibukan dirinya nanti, membuatnya memilih untuk meninggalkan Hinata. Lagian jika Hinata di rumah keluarganya, itu masih lebih baik daripada harus meninggalkannya di apartemen.

Guardian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang