Note:
Untuk chapter ini Lia kasih lagu.
Jadi kalau ada lagu, boleh sambil didengarkan.
Itu bisa nambah feeling kalian untuk chapter extra ini.Happy Reading
Hampir enam tahun berlalu sejak peristiwa kematian Hizashi Hyuuga terjadi. Semua sudah mulai melangkah maju dan tidak terlalu mengingat kisah duka di masa itu.
Walau awalnya Hinata dan Hanabi sangat terpuruk namun lama kelamaan mereka bisa menerimanya dan mengikuti semua perkataan ayah mereka. Bahkan Neji sudah menikah dan memiliki sepasang anak yang sangat lucu. Sedangkan Hanabi fokus untuk mengambil gelar untuk pendidikannya.
"Hinata kau sudah selesai?" Tanya Gaara dari balik pintu kamar mereka.
Hinata hanya melirik sebentar ke arah pintu, tidak berniat menjawab pertanyaan Gaara. Malah ia kembali fokus pada kegiatannya. Sampai pintu terbuka menampilkan sosok Gaara dengan texudo berwarna dark bluenya.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Gaara yang sudah masuk dan kemudian terkekeh saat melihat Hinata yang sedang berusaha keras.
Hinata memalingkan wajahnya yang sedikit kesal dan malah melempar bantal kearah Gaara. Namun bantal itu tidak mencapai Gaara dan jatuh di lantai.
Gaara kembali terkekeh melihat lemparan Hinata yang lemah. Ia kemudian mendekat ke arah Hinata yang duduk dengan perut besarnya. Di sana Hinata berusaha untuk memakai high heels nya. Tapi saat dia membungkukkan tubuhnya, tangannya malah tidak bisa mengikat high hellnya. Ini karena perut besarnya.
"Jangan terlalu memaksakan tubuhmu seperti itu." Gaara berjongkok dan mengambil alih sepatu Hinata.
"Tidak usah memakai ini, pakai sneakers saja." Kata Gaara lagi dan mengambil sepatu lainnya di rak sepatu.
"Tidak mau. Aku ingin pakai ini, warnanya senada dengan gaunku. Dan itu membuatku semakin cantik." Balas Hinata dan menggenggam sepatu tingginya kembali.
Gaara tetap mengambil sepatu yang memang nyaman untuk Hinata. Dia sama sekali tidak merebut sepatu tinggi yang dipegang oleh Hinata. Selama tujuh bulan ini dirinya telah bersabar menghadapi perubahan Hinata yang semakin keras kepala dan sensitif.
"Ini warnanya juga senada dengan gaunmu. Pakai ini saja ya." Bujuk Gaara sambil menunjukkan sepatu di tangannya.
Hinata menggeleng.
Gaara yang sudah berjongkok, mengangkat wajahnya untuk melihat perubahan ekpresi Hinata yang seakan ingin menangis. Nah kalau sudah berbeda pendapat selalu begini, Hinata akan menangis. Tapi jika dibiarkan malah akan membahayakan Hinata sendiri.
"Sepatu tinggi tidak baik untuk si kembar sayang. Itu bisa membuatmu dan si kembar terluka. Ingat kata dokterkan?" Jelas Gaara sambil mengusap perut besar Hinata.
Hinata mengerutkan bibirnya, lalu mengulurkan tangan yang memegang sepatu tinggi. "Ini simpan. Aku memakai itu saja, demi baby di perut. Awas saja kau melirik yang lain karena aku tidak cantik."
Akhirnya Hinata menurut juga.
Gaara tersenyum dalam hati, mana pernah dalam hidupnya ia memikirkan penghianatan. Dasar perempuan hamil itu sangat sensitif.
Hinata membiarkan Gaara memakaikan sepatu sneakers ungu pada kakinya. Tapi sebelum memakaikannya, Gaara masih menyempatkan diri untuk memijit kaki Hinata.
"Ini semakin bengkak saja. Apa ini tidak apa-apa?" Tanya Gaara.
Hinata hanya tersenyum, "Tidak apa-apa, nanti setelah pulang tapi pijat lagi yaaa..." Pinta Hinata saat merasa nyaman kakinya dipijat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian (END)
FanfictionHinata terpaksa menjalani kehidupannya bersama Gaara. Kehidupannya tidaklah mudah, banyak permasalahan yang terjadi, banyak teror yang bermunculan. Pembunuhan dan kematian orang - orang disekitarnya. Seorang Gaara yang terkenal kejam dan tidak mempe...