16. Tragedi Berdarah

1.3K 102 6
                                    

Hinata tertidur sangat lelap, wajahnya tampak tenang dan anggun. Dia benar-benar mencuri perhatian Gaara. Istrinya itu sangat mempesona bahkan dalam tidurnya.

Tapi, mau sampai kapan Gaara mau memandang wajah itu. Ia harus segera bergegas menuju kantor demi rapat pemegang saham. Perpindahan sebagian aset dari nama Gaara kepada hinata membuat beberapa pemegang saham lain sedikit keberatan.

Gaara bergerak meninggalkan tempat tidur untuk segera membersihkan diri karna memang sudah terlalu pagi. Ia sama sekali tidak ingin membangunkan Hinata. Biarlah istrinya itu tidur.

"hmgnn" Hinata bergerak dengan ringisan. Matanya membuka menunjukkan bola mata berwarna amethyst. Mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Kepala menoleh ke arah kamar mandi, saat terdengar bunyi shower di sana.

Hinata melihat jam, "Astaga, aku terlambat." Hinata dengan bodohnya bergerak asal dan menyebabkan daerah intimnya terasa sakit. "Sa...kit..."

"Kenapa?"

Suara yang berasal dari pintu kamar mandi, menarik perhatian Hinata.

Hinata langsung melihat Gaara yang hanya menggunakan selembar handuk, menunjukkan abs dan otot yang keren, dengan cucuran air disekitar. Ups, ini benar-benar membuat Hinata malu.

Apalagi ketika matanya melirik pada leher Gaara yang terdapat kissmark buatannya. Mungkin jika memakai kemeja, kissmark itu masih bisa terlihat dengan jelas oleh orang lain. Ini benar-benar membuat Hinata malu.

Gaara menyentuh apa yang sedaritadi dipandang Hinata, "Aku suka."

Hinata menunduk, menutupi rasa malunya, "..."

Hinata mengingat setelah mereka selesai bercinta, Gaara membuat kissmark di leher Hinata dan itu tidak bisa ditutupi. Hinata yang tidak suka, tentu saja marah.

Namun Gaara malah menyuruh Hinata membuat tanda yang sama. Tentu saja, Hinata melakukannya. Ini adalah kali pertama bagi Hinata. Mengemut leher Gaara dan sedikit menggigitnya keras, dia benar-benar ingin membalas perbuatan Gaara.

"Kau ingin mandi?" Tanya Gaara, dia sama sekali tidak ingin membahas kejadian malam mereka.

"I-Iya...ta-tapi i-ituku sangat sakit." Jawab Hinata memberitaukan efek perbuatan mereka semalam.

Gaara yang belum memakai baju, segera mendekati Hinata. Mengangkat Hinata tanpa kesusahan.

"Gaara tidak apa-apa membantuku?" Hinata mengalungkan tangannya pada leher Gaara, dia dan Gaara sudah menunjukkan kemajuan dalam hubungan mereka. "Apa tidak terlambat?"

"Biarkan saja." Balas Gaara datar, dia sudah kembali kepada Gaara yang datar, tidak seperti semalam yang mesum.

Hinata tidak membahasnya lagi, ia hanya mengikuti semua arahan Gaara. Membiarkan suaminya itu membersihkan dirinya. Tapi Hinata tetap merasa bahwa Gaara sedikit bermain di payudara dan daerah intimnya.

"hgmn..ahk," Hinata memegang bahu Gaara, ketika sepertinya Gaara hampir lepas kontrol. Hinata pandang Gaara yang juga memandangnya datar. Entahlah Hinata bingung mengetahui isi pikiran suaminya itu. "Ahh..."

Yup... Gaara benar-benar lepas kontrol.

Saat mereka saling memandang tadi, ternyata Gaara malah menggerakkan jarinya di dalam Hinata.

"Gaa-Gaara... ahhh..." Hinata makin mendesah dan semakin erat memegangi bahu Gaara. "Pe-pedih..."

Gaara mengabaikannya, malah Gaara memaksa Hinata untuk berdiri dan membalikkan badannya dengan sedikit membungkuk.

Guardian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang