dua

562 83 2
                                    

[Kalyca]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[Kalyca]

Bagi kebanyakan manusia yang sudah dapat disebut dewasa, traveling mungkin masuk ke dalam salah satu list impian yang ingin dilakukan, tak terkecuali aku. Menikmati indahnya sebuah negara atau kota memiliki nilai kepuasan tersendiri untuk diriku.

"Ma, ayolah, cuma dua bulan." Mama menutup kupingnya, yang kuyakini sudah mulai panas akibat rengekanku sejak satu jam yang lalu, dengan bantal, "Paris ma, kapan lagi?"

"Nggak, Kal. Kamu ada mama aja masih teledor, apalagi nggak ada mama?"

"Lagian Kal disana juga nggak jalan-jalan aja, belajar juga."

Jadi, dosenku menawarkanku untuk ikut dalam program pertukaran budaya yang akan di laksanakan di Paris, Prancis. Sebagai gadis yang tidak betah di rumah dan tidak tertarik pergi ke pusat perbelanjaan hanya untuk menghabiskan waktu, tenaga, serta biaya, aku sangat ingin ikut program tersebut. Maksudku, pasti akan lebih menyenangkan menjelajah negara orang dari pada menjadi shoppaholic di Jakarta.

"Tetep aja, Kal. Dua bulan itu bukan waktu yang sebentar untuk tinggal di negara orang, sendirian."

"Aku nggak sendiri, Ma. Ada Sinta, mahasiswa yang lain juga banyak yang ikut." Aku masih meneruskan rengekanku yang belum mau berhenti hingga sebuah izin dilontarkan.

"Izin sama Papa sana."

"Papa lagi, mama tau kan pasti papa ikut kata mama." Mama bangun dari posisi tidurnya, duduk bersandar pada sandaran tempat tidurnya.

"Talk to him, mama ikut kata papa." Mama tersenyum, bukan sebagai tanda yang baik, tapi sebaliknya. Ia tahu bahwa papa pasti akan sependapat dengannya.

Tapi bukan Kalyca namanya kalau tidak terus mencoba, setidaknya hingga mendapatkan jawaban yang aku inginkan.

"Iya, Dek, kenapa?" Suara papa terdengan jelas di line telfon. Sekarang papa sedang di kantor, jadi aku memutuskan untuk menelfonnya.

"Pa, Kal mau ke Paris." Tanpa basa basi aku langsung mengutarakan maksud dan tujuanku menelfon papa, yang di telfon hanya membalas dengan hembusan nafas panjang, "Pa?" panggilku sekali lagi.

"Kal, sayang. Paris itu nggak sedekat Jakarta-Bandung yang bisa ditempuh dengan kereta apalagi mobil." Mulainya, "ke Paris itu harus naik burung besi yang namanya pesawat, tau? itu juga transit dulu. Kamu sanggup?" Iya pa, Kal juga tau naik pesawat.

"Kalau nggak sanggup, Kal nggak telfon papa sekarang." Aku menekuk bibirku ke bawah, papa memang tidak melihatnya, tapi aku yakin dia bisa menebak dari nada suaraku.

"Bilang sama mama, deh."

"Ini aja Kal udah di lempar mama suruh bilang ke papa, jangan di lempar lagi, pa." aku merengek, tapi papa hanya tertawa. Pa, ini Kalyca lagi serius loh.

Félicité [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang